Mata biru

35 8 0
                                    

Naruto, yang masih terpesona dengan karakteristik Gojo, akhirnya tidak bisa menahan rasa ingin tahunya dan memutuskan untuk bertanya langsung. Setelah semua ketegangan mereda dan kelompok mulai bergerak lagi, Naruto, dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu, menghampiri Gojo yang sedang berjalan santai di sampingnya.

“Oi, Gojo! Aku penasaran dengan satu hal,” kata Naruto dengan nada antusias. “Kau punya mata yang sangat keren. Itu mirip sekali dengan kekuatan yang kami miliki, tapi sepertinya jauh lebih kuat. Bagaimana caranya mendapatkan kekuatan mata biru seperti itu?”

Gojo berhenti sejenak, kemudian melirik Naruto dengan senyuman lebar yang khas. “Ah, kau suka mata ini, ya? Ini adalah teknik yang sangat unik dan kuat dalam dunia Jujutsu,” ujarnya dengan nada penuh percaya diri. “Mata biru ini adalah kekuatan dari teknik Jujutsu yang sangat jarang dimiliki, dikenal sebagai Teknik Domain dan Six Eyes.”

Naruto mendengarkan dengan penuh perhatian, matanya tidak pernah lepas dari Gojo. “Teknik Domain? Six Eyes? Apa itu berarti ada pelatihan khusus atau sesuatu yang harus dilakukan untuk mendapatkannya?”

Gojo mengangguk sambil tersenyum. “Betul. Teknik Domain adalah kemampuan untuk menciptakan ruang khusus di mana pengguna dapat mengontrol segala sesuatu di dalamnya. Sedangkan Six Eyes adalah kemampuan untuk melihat dan memahami aliran energi dan teknik Jujutsu dengan cara yang sangat mendalam. Keduanya adalah hasil dari latihan yang panjang dan bakat alami yang sangat langka.”

Naruto tampak terkesima, mencoba membayangkan bagaimana rasanya memiliki kekuatan seperti itu. “Wow, kedengarannya sangat keren. Tapi, sepertinya itu sangat sulit untuk dicapai, ya? Apa ada cara khusus untuk mempelajarinya atau mungkin ada rahasia tertentu?”

Gojo tertawa kecil, tampak senang dengan rasa ingin tahu Naruto. “Ya, memang sulit dan membutuhkan latihan yang sangat intens. Biasanya, teknik seperti ini diwariskan atau dipelajari oleh orang-orang yang memang memiliki potensi besar sejak lahir. Namun, bukan berarti tidak mungkin. Dengan dedikasi dan kerja keras, seseorang bisa mengembangkan teknik dan kekuatan mereka sendiri.”

Naruto mengangguk, merasa termotivasi. “Aku mengerti. Jadi, meskipun aku tidak bisa mendapatkan mata biru seperti itu, aku bisa terus berlatih dan mencari cara untuk meningkatkan kemampuanku sendiri. Terima kasih, Gojo!”

Gojo tersenyum lebar, senang melihat semangat Naruto. “Tepat sekali, Naruto. Yang terpenting adalah terus berlatih dan tidak pernah menyerah. Itu yang membuat seorang ninja benar-benar hebat.”

Naruto tersenyum kembali, merasa terinspirasi. Dengan semangat baru, dia melanjutkan perjalanan bersama teman-temannya, merasa lebih termotivasi untuk terus berlatih dan memperbaiki kemampuannya sendiri, terlepas dari teknik atau kekuatan yang dimiliki orang lain. Sementara itu, Gojo kembali ke sikap santainya, puas telah memberikan motivasi tambahan kepada teman barunya.

Sementara Naruto dan Itadori terus bercanda dan berdiskusi dengan penuh semangat, Sasuke dan Megumi duduk di sisi yang lebih tenang dari kelompok. Meskipun keduanya sering merasa frustrasi dengan sikap ceria dan impulsif Naruto dan Itadori, mereka berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlalu terlibat dalam kekacauan.

Sasuke duduk dengan pose santai namun waspada, matanya sesekali menatap ke arah Naruto dan Itadori dengan tatapan yang penuh penilaian. Dia sering menghela napas atau mendengus setiap kali Naruto melakukan sesuatu yang dianggapnya berlebihan. Megumi, di sisi lain, tampak lebih tenang dan introspektif, meskipun sesekali dia juga mengerutkan dahi melihat tingkah laku Naruto dan Itadori.

“Kau tahu, Sasuke,” kata Megumi, memecah keheningan, “aku mulai memahami kenapa kalian di sini selalu ceria. Mungkin mereka memang membutuhkan energi positif untuk menghadapi segala sesuatu.”

Sasuke melirik Megumi, lalu mengangguk sedikit. “Mungkin. Tapi kadang-kadang, mereka benar-benar bisa sangat mengganggu. Aku lebih suka kalau semuanya lebih teratur dan tidak terlalu emosional.”

Megumi tersenyum kecil, merasakan kesamaan dalam pandangannya. “Aku juga merasakannya. Tapi kadang-kadang, mungkin cara mereka seperti itu yang membuat suasana jadi lebih hidup dan berwarna.”

Sasuke mengangguk setuju, meskipun ekspresi wajahnya tetap dingin. “Ya, aku mengerti. Tapi terkadang aku hanya ingin mereka lebih fokus dan tidak terlalu ceroboh. Kita harus bisa menjaga situasi tetap terkendali.”

Sementara itu, Naruto dan Itadori terus bercanda, tampaknya tidak menyadari ketidaknyamanan yang dirasakan Sasuke dan Megumi. Naruto bahkan sesekali mengirimkan komentar atau lelucon ke arah Itadori, yang direspons dengan tawa lebar dari Itadori.

“Yah, aku rasa kita memang tidak bisa mengubah sifat mereka,” kata Megumi, mencoba melihat sisi positif dari situasi tersebut. “Mungkin kita harus lebih sabar dan belajar untuk menerima perbedaan cara mereka.”

Sasuke menghela napas lagi, tampaknya mulai merasa lebih bisa menerima. “Aku kira kau benar. Selama mereka tidak mengganggu misi kita, mungkin kita bisa mencoba menyesuaikan diri.”

Keduanya kemudian melanjutkan percakapan mereka, meskipun sesekali mereka masih menatap ke arah Naruto dan Itadori dengan ekspresi campur aduk. Mereka mencoba mencari keseimbangan antara mengelola frustrasi mereka dan tetap bekerja sama dengan tim yang memiliki gaya yang sangat berbeda dari mereka.

Dengan kesabaran dan sikap terbuka, Sasuke dan Megumi berusaha untuk menghargai dinamika yang ada, meskipun mereka tetap berharap agar situasi tetap terkendali dan mereka bisa menyelesaikan misi dengan sukses.

Gojo dan Kakashi, yang sedang berdiri di dekat mereka, secara kebetulan mendengar percakapan antara Megumi dan Sasuke mengenai rasa frustrasi mereka terhadap sifat ceria Naruto dan Itadori. Keduanya saling bertukar pandang, tampak sedikit terhibur oleh percakapan yang tidak sengaja mereka dengar.

Kakashi, dengan mata yang selalu tampak santai di balik masker dan kacamata, tersenyum tipis. “Sepertinya kita memiliki tim yang sangat beragam di sini. Aku tidak mengira bahwa perbedaan kepribadian bisa membuat suasana menjadi begitu hidup,” gumamnya kepada Gojo.

Gojo, yang juga mendengarkan percakapan tersebut, tertawa kecil. “Ah, mereka memang punya cara sendiri untuk menghadapi situasi. Dan sepertinya kita tidak bisa menghindari sedikit kekacauan jika mereka terlibat.”

Kakashi mengangguk, sambil memandang ke arah Sasuke dan Megumi. “Kita memang harus bersabar dan mencoba mengelola perbedaan ini. Mereka semua punya kekuatan dan kelemahan masing-masing, dan itulah yang membuat kerja sama menjadi lebih menarik.”

Gojo setuju. “Betul sekali. Kadang-kadang, sedikit ketidaksepakatan dan frustrasi bisa menjadi hal yang baik. Itu membantu kita untuk lebih memahami satu sama lain dan belajar beradaptasi.”

Kakashi kemudian melirik Gojo dengan senyum kecil. “Jadi, bagaimana menurutmu kita harus menangani situasi ini? Apakah kita perlu mengubah pendekatan kita atau mungkin lebih baik membiarkan mereka menemukan ritme mereka sendiri?”

Gojo berpikir sejenak sebelum menjawab. “Aku rasa membiarkan mereka menemukan ritme mereka sendiri adalah ide yang baik. Selama mereka bisa bekerja sama dalam situasi kritis, perbedaan mereka mungkin justru memperkaya pengalaman kita.”

Kakashi setuju. “Aku setuju. Kita harus memberi mereka ruang untuk berkembang dan belajar satu sama lain. Sementara itu, kita harus tetap siap untuk memberikan bimbingan jika diperlukan.”

Sementara itu, Sasuke dan Megumi terus berbicara satu sama lain, tidak menyadari bahwa mereka sedang diamati oleh Kakashi dan Gojo. Keduanya memang merasa lelah dengan sifat-sifat yang mereka anggap berlebihan, tetapi mereka juga tahu bahwa bagian dari kerja sama tim adalah belajar untuk menghargai perbedaan.

Kakashi dan Gojo akhirnya kembali fokus pada tugas mereka, dengan pemahaman baru tentang dinamika tim yang mereka hadapi. Mereka tahu bahwa menjaga keseimbangan antara kepribadian yang berbeda adalah kunci untuk sukses dalam misi mereka, dan mereka siap untuk menghadapi tantangan berikutnya dengan sikap yang lebih positif dan terbuka.

- T B C

JUJUTSU KONOHA TIM 7 CANON  - Shinsojae Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang