Penolakan ancaman

31 7 0
                                    

Ketika ledakan besar mengguncang Tokyo, seluruh kota seketika menjadi tegang. Suara gemuruh dan getaran hebat membuat semua orang langsung merasakan dampaknya. Gojo dan Kakashi, yang sedang berbincang dengan tim mereka, segera menyadari bahwa situasi ini membutuhkan tindakan cepat.

Gojo, dengan matanya yang tajam dan ekspresi serius, langsung berdiri dan berbicara kepada timnya. “Kita harus segera ke lokasi ledakan. Situasinya mungkin sudah menjadi sangat kritis.”

Kakashi juga segera bersiap, memeriksa peralatan dan memastikan semua orang siap untuk berangkat. “Kita perlu bertindak cepat. Jangan biarkan ledakan ini mengalihkan perhatian kita dari misi utama kita. Ikuti aku!”

Tanpa membuang waktu, Gojo dan Kakashi memimpin tim mereka menuju lokasi ledakan dengan cepat. Naruto, Sasuke, Sakura, dan Megumi mengikuti mereka, masing-masing dengan tekad untuk menghadapi apa pun yang menunggu mereka di sana.

Sakura yang merasa tertekan oleh situasi yang mendadak ini, berusaha untuk tetap tenang dan fokus. “Kita harus memastikan semua orang aman dan siap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi di sana.”

Sasuke dan Naruto, yang tampaknya semakin serius, saling bertukar pandang, memahami bahwa misi ini mungkin akan sangat menantang. “Kita harus bekerja sama dan tidak membiarkan emosi mengganggu kita,” kata Sasuke kepada Naruto.

Naruto mengangguk, terlihat lebih bersemangat. “Betul. Kita harus menunjukkan kekuatan kita dan melindungi Tokyo dari ancaman ini!”

Saat mereka semakin dekat dengan lokasi ledakan, suasana semakin tegang. Mereka melihat reruntuhan dan kerusakan yang disebabkan oleh ledakan, dengan banyak orang yang panik dan berlarian mencari perlindungan. Gojo dan Kakashi dengan cepat mulai mengatur rencana dan memberikan instruksi kepada tim mereka untuk menangani situasi tersebut.

Gojo, dengan kehadiran tenangnya, segera menggunakan tekniknya untuk menilai situasi dan melindungi area sekitar dari kemungkinan ancaman lebih lanjut. Kakashi juga mulai mengarahkan timnya untuk menolong penduduk yang terjebak dan mengatur evakuasi.

Sementara itu, Naruto, Sakura, Sasuke, dan Megumi segera terjun ke dalam aksi, menggunakan kemampuan mereka untuk membantu orang-orang yang terkena dampak dan menghadapi potensi ancaman yang mungkin masih ada. Mereka bekerja sama untuk menangani situasi yang kacau dan melindungi kota dari bahaya lebih lanjut.

Dengan kerjasama dan keterampilan masing-masing, mereka berusaha keras untuk mengendalikan situasi dan mengurangi kerusakan, sambil tetap waspada terhadap kemungkinan ancaman yang lebih besar yang mungkin mengikuti ledakan tersebut.

Saat suasana di lokasi ledakan semakin kacau, tiba-tiba Sukuna muncul kembali dari kegelapan, memanfaatkan kekacauan untuk mendekati Sakura. Dengan senyuman yang penuh ancaman dan aura yang menakutkan, Sukuna melangkah mendekat ke arah Sakura, membuatnya terkejut.

“Ah, gadis cantik,” Sukuna mulai dengan nada yang penuh dengan keinginan yang mengerikan, “aku telah memikirkan sesuatu. Aku ingin kau menerima aku sebagai bagian dari hidupmu. Aku bisa memberimu kekuatan dan segala sesuatu yang kau inginkan, asalkan kau bersedia bersamaku.”

Sakura, yang merasa hatinya berdebar kencang dan tubuhnya merinding oleh kehadiran Sukuna, mencoba untuk tetap tenang. Dia merasa tertekan dan terganggu oleh tawaran menakutkan tersebut. “Kau... tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Sukuna. Aku tidak akan pernah menerima tawaranmu.”

Sukuna, dengan ekspresi tidak percaya dan sedikit kesal, mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura. “Oh, begitu? Kau berani menolak tawaranku? Aku tahu bahwa kau bisa mendapatkan banyak dari hubungan ini, dan aku akan membantumu mengatasi semua kesulitanmu.”

Sakura menatap Sukuna dengan mata penuh keteguhan. “Aku tidak akan pernah bekerja sama denganmu atau menerima tawaranmu. Aku tidak takut padamu, dan aku akan melindungi orang-orang di sekitarku dari segala ancaman yang kau bawa.”

Sukuna tampak sedikit terkejut dengan respon Sakura, namun dia tetap tenang dan memandangnya dengan tatapan dingin. “Menarik. Aku menghargai keberanianmu, meskipun itu sangat bodoh. Tapi ingat, aku tidak akan pergi begitu saja. Aku akan selalu ada di sini, mengawasi dan mungkin datang kembali jika kau berubah pikiran.”

Dengan itu, Sukuna mundur sedikit, meninggalkan Sakura dengan rasa takut dan relief yang bercampur aduk. Sakura mengambil napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri dan fokus pada situasi yang sedang berlangsung.

Gojo dan Kakashi, yang menyaksikan interaksi tersebut dari kejauhan, segera mendekat untuk memastikan Sakura baik-baik saja dan memberikan dukungan yang diperlukan. “Sakura, apakah kamu baik-baik saja?” tanya Kakashi dengan nada khawatir.

Sakura mengangguk, meskipun wajahnya masih terlihat tegang. “Ya, aku baik-baik saja. Sukuna hanya mencoba membuatku menerima tawarannya, tetapi aku menolaknya.”

Gojo, dengan senyum penuh kepuasan, memberi Sakura tepuk tangan. “Bagus, Sakura. Itu keputusan yang benar. Kita harus tetap fokus dan bekerja sama untuk menghadapi ancaman ini.”

Dengan situasi yang kembali terkendali dan Sukuna yang mundur, kelompok melanjutkan upaya mereka untuk membantu penduduk dan menghadapi kemungkinan ancaman lain yang mungkin muncul. Mereka tetap waspada, mengetahui bahwa ancaman Sukuna masih bisa kembali kapan saja.

Setelah penolakan Sakura, Sukuna merasakan kemarahan yang mendalam dan kemarahan yang menderu di dalam dirinya. Selama beberapa saat, ekspresi dingin dan kontrol dirinya mulai pecah, dan ia menunjukkan sisi yang lebih brutal dan emosional.

Tiba-tiba, Sukuna meledak dengan amarah yang dahsyat. Suara teriakannya mengguncang udara, dan energi gelapnya meluap, menciptakan gelombang kejut yang mengacaukan lingkungan sekitar. Reruntuhan dari ledakan sebelumnya seolah-olah menjadi saksi kekuatan amarahnya.

“Bagaimana bisa kau menolak tawaranku?!” teriak Sukuna, suaranya penuh dengan kemarahan dan frustrasi. “Aku yang paling kuat di dunia kutukan, dan kau berani menolak apa yang aku tawarkan?!”

Sakura, yang melihat kemarahan Sukuna yang semakin tak terkendali, merasa ketakutan dan tertekan. Dia mundur beberapa langkah, berusaha untuk menjauh dari pusat kemarahan Sukuna, sementara Naruto, Sasuke, dan Megumi bersiap untuk melindungi Sakura jika perlu.

Namun, amarah Sukuna tidak berhenti di situ. Dia tiba-tiba terhenti dan menunjukkan ekspresi yang lebih dalam, seolah-olah dia mengalami kesedihan mendalam. Sukuna menatap Sakura dengan mata yang tampaknya berisi lebih dari sekadar kemarahan—ada nuansa kekecewaan dan kesedihan yang mendalam.

“Aku... aku tidak pernah mengalami penolakan seperti ini sebelumnya,” Sukuna mengungkapkan dengan nada yang terasa hampir putus asa. “Setiap kali aku menginginkan sesuatu, aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Tapi kau... kau menolak tanpa ragu, dan itu membuatku merasa...” Sukuna berhenti, tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

Sakura, terkejut oleh perubahan mendalam dalam ekspresi Sukuna, merasa campur aduk. Dia melihat bahwa kemarahan Sukuna bukan hanya karena penolakan, tetapi juga karena ada sesuatu yang lebih dalam dari emosinya yang tersisa.

Gojo dan Kakashi segera mendekat, melihat bahwa situasi ini bisa menjadi sangat berbahaya jika tidak ditangani dengan hati-hati. “Sukuna, kamu harus tenang,” kata Gojo dengan suara tegas. “Kemarahanmu hanya akan membawa kehancuran lebih lanjut. Kamu harus menghadapi kenyataan bahwa tidak semua orang akan tunduk pada kehendakmu.”

Kakashi juga menambahkan, “Kami tidak akan membiarkanmu merusak lebih banyak dari yang sudah ada. Jika kamu terus bertindak seperti ini, kami akan terpaksa bertindak lebih keras.”

Sukuna, meskipun masih merasakan kemarahan dan kesedihan, akhirnya mundur sedikit. Dia menyadari bahwa emosinya mungkin sudah mencapai titik puncak dan bahwa keberadaannya yang penuh amarah bisa berakhir dengan dampak yang lebih merusak daripada yang diinginkannya.

Dengan napas yang berat dan tatapan yang masih penuh emosi, Sukuna akhirnya menghilang, meninggalkan Sakura dan kelompok dengan suasana yang kembali penuh ketegangan. Sakura, meskipun merasa lega, tetap merasakan dampak dari peristiwa tersebut. Kelompok melanjutkan usaha mereka untuk mengatasi situasi dan memastikan keselamatan kota, dengan kesadaran bahwa ancaman seperti Sukuna bisa datang kembali kapan saja.

- TB c

JUJUTSU KONOHA TIM 7 CANON  - Shinsojae Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang