09. Milikku!

150 5 0
                                    

*Ni-ki P.O.V*

Jam 9.00 pagi.

"Aissss. Jay ini selalu membuatku dalam masalah. Sekarang, di mana aku harus mencari asisten?"

Aku duduk di kursi kantor, merenungkan bagaimana cara mencari asisten untuk Jay. Dia juga sangat membutuhkannya, terutama setelah apa yang terjadi pada asisten sebelumnya. Bagiku, mencari asisten yang cukup cekatan tampak seperti tugas yang mustahil, yang berujung pada siklus perekrutan dan pemecatan. Licik, kan? Aku tahu. Tapi apa langkah selanjutnya? Haruskah aku mengumumkan wawancara untuk Jay dan aku? Mungkin itu bisa berhasil. Baiklah kalau begitu.

Senyum mengembang di wajahku karena ideku yang cemerlang. Aku memanggil manajerku, yang segera memasuki kantorku.

"Ya, Tuan, apakah Anda butuh sesuatu?"

"Ya. Umumkan wawancara untuk asisten pribadi untuk Jay dan aku. Mengerti?"

"Baik, Tuan," jawabnya sambil membungkuk sebelum pergi.
Akhirnya, aku bisa bernapas. ya begitulah yang kupikirkan sampai manajerku kembali lagi keruanganku, itu sangat menggangguku.

"Apa lagi sekarang?"

"Maaf mengganggu, tapi kapan wawancaranya akan diadakan?"

"Ehmmm... Pada pukul 10..."

"Baik, Tuan. Terima kasih."

"Hmm."

+

+

+

+

Setelah itu, dia pergi dan aku mendecih.

"Aku mulai bosan. Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku tidur? Tapi aku tidak ingin tidur. Mungkin jalan-jalan saja sebentar."

Sambil menyeringai, aku mengambil ponselku dari meja dan menghubungi sebuah nomor.

"Hmm, ikuti saja dengan mobil," perintahku tanpa menunggu jawaban. Lagipula, dia tidak mungkin menolakku. Lagipula, itu tugasnya.

Aku bangkit dari kursiku sebelum rasa malas itu muncul, mengantongi ponselku. Keluar dari kantor, dan menuju mobilku.

Apakah menurutmu aku akan membiarkan pengemudi mengambil alih kemudi? Tentu saja tidak. Aku ingin menyetir sendiri.

Nyalakan mesin, aku akan memutar lagu favoritku, "Cypher pt.4," sambil melaju. Akhirnya, aku menemukan tempat parkir dan memutuskan untuk berjalan-jalan untuk menghilangkan kebosanan.

Saat berjalan, aku merasakan tatapan orang-orang terhadapku. itu Wajar saja, mengingat statusku sebagai miliarder, ketampananku yang tak terbantahkan, dan, tentu saja, afiliasiku dengan mafia. Namun seperti biasa, aku tak peduli pada mereka.

Sampai akhirnya aku berhenti di tengah jalan saat melihat malaikat. Jantungku berdegup kencang, dan tanpa ragu, satu pikiran bergema di benakku:

.............Milikku!

Kira-kira malaikat mana ya, yang membuat jantung Ni-ki berdetak. Sampai-sampai dia hanya mengatakan satu kata yang keluar dari mulutnya🤭

Mafia in Love || JayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang