Mendengar Hinata pergi ke klub karena tipuan kedua seniornya, tentu saja dengan alibi menggunakan nama Naruto yang mabuk. Hinata, wanita itu bahkan tanpa pikir panjang langsung datang ke klub.
Naruto yang saat itu tengah mengerjakan project kelompok tiba-tiba tersulut amarah. Pria itu masih menahannya dan berpamitan pada kelompoknya untuk pergi sebentar.
Sesampainya di klub Naruto melihat Hinata mendapatkan perlakuan tidak pantas, sepertinya beberapa pria dan wanita disana termasuk kedua senior nya itu hendak melecehkan kekasihnya. Saat kemarahannya sudah meluap, tiba-tiba Toneri menahannya.
"Kendalikan dirimu, mengerti?" Ucap Toneri. Ya, Tonerilah yang memberi tahu bahwa Hinata dipaksa pergi ke klub oleh dua senior laki-lakinya.
Naruto mendecih, "Kau ingin aku menahannya. Pria mana yang bisa tahan melihat kekasihnya diperlakukan seperti itu?" Setelah mengatakannya, Naruto segera menghampiri Hinata. Dan ya, kejadian selanjutnya membuat Toneri terkejut bukan main.
Maksud Toneri adalah menahan amarahnya agar tidak memukul berlebihan semua orang disana tapi ternyata pria itu melimpahkan kekesalan dan amarahnya pada kekasihnya sendiri. Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah pria itu, Namikaze Naruto memutuskan Hinata. Pria yang Toneri tahu sangat tergila-gila pada Hinata itu memutuskan kekasihnya.
"Astaga... Kesalahanku karena menasehati orang yang sedang dimakan amarah" gumam Toneri tak jauh dari sana.
***
"Kenapa kau melakukannya?" Tanya Toneri sambil menyetir, sedangkan Naruto saat ini berada disampingnya.
Naruto menghela napasnya, "Apalagi sekarang, kau kan yang ingin aku tidak menghajar dua senior kurang ajar itu?"
"Bukan itu maksudku bodoh, kenapa kau memutuskan Hinata. Kau sudah tidak waras?" Tanya Toneri karena dirinya jujur saja tidak mengerti dengan sikap Naruto.
"Kau tidak ingat kalimatmu sebelum aku masuk kedalam klub-" ucapan Naruto terpotong oleh Toneri.
"Aku tahu kau tidak bodoh" sela Toneri. Pria itu mulai jengah pada Naruto. Namun, Naruto lebih memilih menatap keluar jendela, menatap jalanan gelap disana.
Beberapa menit terjadi keheningan, Toneri juga tidak berniat bertanya kembali. Namun, Toneri tetap Toneri, pria itu khawatir dengan kebisuan Naruto saat ini. Hingga akhirnya saat Toneri menoleh pada Naruto, dirinya dikejutkan pada kondisi pria itu. Pundak Naruto bergetar dan samar-samar dirinya melihat pantulan Naruto yang tengah menangis dari kaca mobilnya.
Dengan ragu Toneri bertanya pada Naruto, "Kau-" belum saja dirinya bertanya, kalimatnya terpotong.
"Kau tahu kan terakhir kali yang aku lakukan pada seorang pria yang mengganggu Hinata. Jika bukan karena bantuanmu aku pasti sudah mendekam di penjara saat ini, bahkan pria itu masih koma sekarang. Menurutmu jika saat ini aku masih melanjutkan hubungan ku dengan Hinata, apakah dia akan baik-baik saja?"
"Aku tahu kau akan menjawab tidak" kalimat Naruto nyatanya membuat Toneri bungkam.
"Ini adalah yang terbaik bagi Hinata" tambah Naruto.
"Tapi tidak bagimu bukan?" Ucap Toneri. Namun, Naruto memilih bungkam.
***
Beberapa hari setelah Naruto dan Hinata putus...
Toneri benar-benar kesal, sudah tiga hari berturut-turut Naruto mabuk. Tak hanya berhenti disana, pria itu rela berjalan jauh untuk datang ke rumah Hinata. Menatap gerbang rumah mantan kekasihnya itu selama setengah jam, kemudian menangis dan memeluk erat buket bunga kesukaan Hinata yang selalu dibelinya sebelum datang ke rumah Hinata. Memohon-mohon maaf dan meminta wanita itu agar kembali padanya, walau secara teknis Naruto lah yang memutuskannya. Setelah jam menunjukkan pukul 09.00 akhirnya dia buru-buru pergi agar tidak berpapasan dengan Hinata yang pulang dari kerja kelompoknya.
"Astaga, dia benar-benar membuatku gila..." Ucap Toneri kewalahan dengan sikap Naruto.
***
Ternyata setelah meninggalkan Jepang dan melanjutkan studi bisnisnya di luar negeri, keadaan Naruto tidak kunjung membaik. Satu minggu pertama saat tidak sedang fokus pada studi dan pekerjaan, Naruto akan menggunakan sisa waktunya untuk melamun.
Minggu berikutnya malah semakin parah, tiba-tiba saja pria itu mengalami sesak napas. Mimpi buruk dan tiba-tiba saja bisa pingsan. Bahkan yang lebih membahayakan lagi, ditengah-tengah rapat pria itu mengalami badan bergetar hebat dan keringat dingin membasahi tubuhnya secara tiba-tiba.
"Aku rasa ini sudah tidak normal, kita harus menemui Shion" ucap Toneri.
"Aku tidak menyukai nya, sudah kubilang berapa kali-"
"Kau gila ya, Shion kan kekasih ku. Maksudku adalah kau harus berobat pada dokter kepercayaanku" ucap Toneri membuat Naruto terkekeh.
"Padahal kondisiku baik-baik saja" ucap Naruto masih dengan kekehannya.
"Dasar pria gila"
Sejak saat itulah Naruto menjalani pengobatan selama satu setengah tahun disana dengan dokter Shion. Sedikit demi sedikit kondisinya mulai membaik.
***
Setelah dua tahun, akhirnya Naruto kembali ke Jepang. Baru beberapa hari di Jepang dirinya sudah ditugaskan untuk menjalankan tugas sebagai Presdir. Semua berjalan lancar hingga malam itu datang...
Mata Naruto menangkap seorang wanita bersurai Indigo tengah berjalan sambil membawa heels nya. Langkah kakinya terlihat seperti dihentak-hentakkan, kesal. Pandangan Naruto tak bisa lepas dari wanita itu. Hingga akhirnya Naruto memutuskan turun dari mobilnya. Meraih ponsel dan menghubungi Sai.
"Sai, kau ambil mobil ku di jalan ***" bahkan Naruto langsung menutup ponselnya tanpa mendengar makian Sai diseberang sana. Naruto tidak peduli, dirinya memutuskan untuk mengikuti langkah wanita itu.
Langkah Naruto terhenti saat wanita itu memilih berjongkok dan meremas surainya frustasi.
Tiba-tiba degup jantungnya mulai berpacu saat langkahnya kian dekat pada wanita itu, wanita yang tak asing bagi Naruto.
Tepat saat Naruto berdiri dibelakang wanita itu. Pria itu sudah bisa menebaknya, tidak salah lagi, dia adalah orang itu. Bahkan sudah dua tahun berlalu tapi wangi wanita dihadapannya ini tetap sama.
"Hinata?" Akhirnya Naruto memanggil nama itu untuk memastikan bahwa wanita dihadapannya memang benar adalah Hyuuga Hinata, mantan kekasihnya.
Saat wanita itu menoleh pada Naruto, tepat saat itu juga jantung Naruto berhenti sejenak. Kemudian kembali berpacu bahkan lebih cepat dari sebelumnya.
Perasaan lega melihat wanita itu baik-baik saja membuat rasa bersalah Naruto sedikit berkurang.
Sedangkan disisi lain, Hinata yang melihat siapa orang yang memanggilnya itu memutuskan untuk langsung berbalik memunggungi Naruto.
Dibelakang sana Naruto tersenyum kecil menatap punggung Hinata, "Aku merindukanmu"
Next🔓
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Ex-lover
RomanceSudah menjadi asing tetapi anehnya malah sering bertemu.