"Bos, ada titipan dari seseorang. Katanya terimakasih sudah memberikan pinjaman alas kaki" setelah mendengar sekretarisnya mengatakan kata alas kaki Naruto langsung menoleh padanya.
"Wanita itu datang kesini?" Tanya Naruto dengan nada sedikit terkejut. Pria itu berdiri dari duduknya dan menghampiri sekretarisnya.
"Apa dia sudah pergi?" Tanya Naruto dengan menuntut jawaban cepat.
"Baru saja Bos" setelah mendapat jawaban dari sekretarisnya, Naruto dengan langkah cepat keluar dan menuruni kantornya menggunakan lift. Beberapa detik berlalu, akhirnya Naruto sampai di lantai dasar. Kakinya melangkah cepat mengabaikan beberapa pegawai yang menyapanya. Namun belum sempat dirinya bertemu dengan Hinata, langkahnya terhenti didepan pintu kaca tembus pandang itu.
Pintu itu terbuka tapi Naruto sepertinya tak ada niat untuk beranjak dari sana. Jelas saja karena dia melihat Hinata menghampiri pria yang sangat Naruto kenal. Pria dengan surai perak, Toneri Otsutsuki.
"Kapan si brengsek itu kembali. Bukankah dia sangat sibuk akhir-akhir ini dengan menjadi anggota delegasi perusahaan?" Gumam Naruto.
"Kau tidak mengecek e-mail nya ya. Dia menyelesaikan semua perintahmu lebih cepat dari jadwalnya" ucap Sai, wakil Presdir.
Naruto menoleh sekilas pada Sai dan kembali menatap Hinata dan Toneri, "Semua perjanjiannya berhasil disetujui?" Tanya Naruto acuh.
"Tentu saja" jawab Sai cepat dengan dengusan.
"Cih, dasar kompeten" kesal Naruto dengan seringainya.
"Bukankah kau terlalu cemburu pada Toneri. Dia tidak akan pernah merebut Hinata darimu" ucap Sai yang membuat Naruto menoleh padanya. Salah satu alis Naruto terangkat.
"Apa maksudmu, aku tidak peduli tentang mereka. Lagipula kau kan tahu aku memiliki Shion" ucap Naruto menjelaskan pada Sai.
"Yah, teruslah membual"
"Apa kau bilang?!" Kesal Naruto saat mendengar respon Sai.
"Ku dengar dari Ino kau yang menggendong Hinata dan mengantarkannya ke rumah sakit?" Tanya Sai. Naruto memalingkan wajahnya kearah lain, tatapannya kembali pada Hinata dan Toneri.
"Hm..." Gumamnya sebagai jawaban.
Sai mendecih, "Dasar orang gila, seenaknya saja meninggalkan mobilnya di tepi jalan raya dan menyuruh orang lain mengambilnya. Tapi tak kusangka kau sampai rela berbohong bahwa mobilmu di bengkel?" Dengus Sai diakhir kalimatnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Naruto.
Naruto menghela napasnya, "Pasangan kekasih itu sama-sama memiliki mulut yang tajam. Hinata yang lembut juga sudah berubah, pasti pengaruh dari Ino" gumam Naruto.
"Tapi bukankah aku yang lebih aneh. Aku yang memutuskan Hinata, tapi kenapa saat akhirnya bertemu kembali setelah dua tahun aku selalu ingin melihatnya. Bukankah seharusnya amarahku yang dulu masih ada?" Gumam Naruto kembali.
Suara ponsel Naruto bergetar. Ia merogoh sakunya dan membaca pesan disana. Entah kapan pria bernama Toneri itu mengirimkannya padahal dirinya dari tadi masih sibuk mengobrol dengan Hinata.
Tak perlu menatapku seperti itu, apalagi sampai merasa cemburu. Laser di matamu ternyata muncul kembali ya setelah sekian lama?
"Setelah sekian lama ya..." gumam Naruto. Setelah membaca pesan dari Toneri, Naruto mendengus dan berbalik pergi kembali ke ruangannya.
🔓🔓
"Maaf ya Hinata aku tidak sempat membalas chat mu padahal aku yang menghubungimu dulu" ucap Toneri pada Hinata.
"Tak apa, terimakasih karena sudah menghubungiku. Itu artinya kau kan baik-baik saja. Tapi kau sangat sibuk ya akhir-akhir ini" ejek Hinata pada Toneri. Toneri terkekeh.
"Yah, bagaimana lagi. Bos ku itu sepertinya setelah kembali dan mulai bekerja dia tak membiarkanku memakan gaji buta" jawab Toneri membuat Hinata tertawa.
"Yasudah kalau begitu aku pamit, sebentar lagi jam istirahat ku habis" ucap Hinata berpamitan pada Toneri.
"... Kau tidak menitipkan salam pada Naruto?" Tanya Toneri menahan langkah Hinata.
"Apa?" Beo Hinata.
"Ah, tidak. Maafkan aku. Hati-hati dijalan, Hinata" ucap Toneri tak sengaja.
"Baiklah..." Hinata berbalik memunggungi Toneri, namun langkahnya tertahan. Kemudian Hinata kembali lagi berbalik pada Toneri.
"Kumohon Toneri, berhentilah bersikap aku dan Naruto masih memiliki hubungan. Jika kau masih menghubungiku karena pria itu, aku tidak akan pernah membalas pesanmu lagi. Sudah cukup main-mainnya" tanpa menunggu jawaban dari Toneri, Hinata pergi meninggalkan pria itu.
Toneri memandangi punggung Hinata yang kian menjauh. Ia menghela napasnya kecil, "Kebiasaan lama masih terbawa" gumamnya.
Next 🔓
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Ex-lover
RomanceSudah menjadi asing tetapi anehnya malah sering bertemu.