Part 4

125 13 0
                                    

Suara musik berdentum memenuhi ruangan dimana lautan manusia menari mengikuti irama lagu sembari mengangkat gelas masing-masing, sebagian dari mereka menari berpasangan, melakukan hal tak senonoh tanpa malu dilihat orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara musik berdentum memenuhi ruangan dimana lautan manusia menari mengikuti irama lagu sembari mengangkat gelas masing-masing, sebagian dari mereka menari berpasangan, melakukan hal tak senonoh tanpa malu dilihat orang. 

Seorang pria bertubuh kekar melumat habis bibir seorang wanita alpha berpakaian minim, tangannya bergerilya menjamah tubuh ramping itu ke atas dan ke bawah. Wanita itu menggeliat kala tangan kekar sang pria meremas bokongnya kuat.

"Ayo cari kamar!" ujar sang wanita dengan mata sayu penuh nafsu.

Pria itu tersenyum, kembali mencium rakus bibir yang dipoles lipstik merah mahal yang kini sudah belepotan disana-sini.

"Not yet, Honey!" setelah mengatakannya, dia melepaskan wanita alpha itu. Berjalan meninggalkan wanita yang kini menatapnya sebal seolah tak pernah melakukan apapun.

Katakan dia brengsek, namun seorang Christopher tidak akan semudah itu untuk di taklukkan. Apalagi jika itu urusan ranjang. Chris tidak ingin sembarangan.

Terlahir sebagai top alpha dari keluarga cukup terpandang, membuat Chris tidak bisa bertingkah seenaknya. Dia tidak ingin sang kakek, orang yang selama ini mengurusnya dibuat pusing dengan berita jika dia menghamili wanita random di klub. Meskipun nakal, Chan—sebutan sayang sang kakek— tidak ingin membuat keributan dan berakhir dengan mencoreng nama baik satu-satunya keluarga yang dia punya.

Mobil Chan meninggalkan parkiran klub tepat jam 1 pagi, melajukan kendaraannya dengan santai sembari menikmati suasana malam yang sepi dan sedikit dingin mengingat sepertinya hujan baru saja selesai turun. Jalanan masih basah, jadi Chan menyimpulkan jika hujan baru saja berhenti.

Chan menghentikan mobilnya di tepi sungai Han, dia sama sekali tidak menyentuh alkohol saat di klub tadi. Tujuannya hanya bermain dengan beberapa wanita lalu pulang. Chan tidak terlalu menyukai alkohol, dan dia memiliki alasan untuk itu.

Sebatang rokok dia keluarkan dari bungkusnya, menyalakan pematik lalu mendekatkannya pada ujung rokok. Cahaya merah kecil terlihat, Chan menghisap dalam batang nikotin itu sebelum akhirnya menghembuskan asap putih lumayan tebal hasil pembakaran nikotin yang Chan hisap.

Ini adalah rutinitas yang selalu dia lakukan setiap malam sepulang dari klub, menyendiri di tepi sungai, mencari ketenangan ditengah sebagian orang yang sudah terlelap. Chan menyukai keheningan, meski rasa itu perlahan membunuhnya. Mencari kesunyian ditengah kesepian yang dia rasakan.

Tiba-tiba saja dia teringat permintaan kakeknya untuk segera memiliki pendamping dan menikah, permintaan  yang menurut Chan sama sekali tidak masuk akal. Chan mengeluarkan ponselnya, memandang lekat layar ponselnya yang terpampang foto seorang wanita cantik incarannya sejak masih duduk di bangku sekolah

Minatozaki Sana.

Wanita alpha yang keturunan Jepang yang mampu menaklukan hati seorang Christopher yang dingin. Chan tidak berani untuk mengutarakan perasaannya pada kakak kelasnya itu, Sana terlalu bersinar, wanita anggun itu kini menjadi seorang pelukis terkenal dan tinggal di Paris. Rasanya terlalu jauh jika Chan ingin mempersunting gadis impiannya itu.

Last Chance || BNHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang