Hari itu, sekolah terasa lebih ringan bagi Harsya. Bukan hanya karena tugas-tugas yang sudah mulai berkurang menjelang akhir semester, tetapi juga karena hari ini adalah ulang tahunnya. Dia tak pernah terlalu mengharapkan perayaan besar, namun tahun ini terasa berbeda. Harsya merasa ingin merayakan dengan orang-orang terdekatnya-dan tentu saja, Merva adalah bagian dari rencana itu.
Setelah bel pulang berbunyi, Harsya sudah merencanakan perayaan kecil di rumahnya tanpa orang tuanya. Dia mengundang beberapa teman dekat seperti Dania dan kekasihnya Hera, Yudith si gadis ceria yang sekarang berpacaran dengan Wonia, serta Wina, ketua kelas yang selalu siap membantu dan cukup dekat dengan Harsya. Namun yang paling membuat hatinya berdebar adalah kehadiran Merva.
Setelah pulang sekolah, mereka semua berkumpul di rumah Harsya. Ruang tamu yang luas itu kini penuh dengan tawa dan canda. Dania, dengan gayanya yang ceria dan selalu bisa membuat suasana hidup, mulai bercerita tentang kejadian lucu di sekolah, sementara Hera yang pendiam hanya tersenyum tipis di sisinya, sesekali menanggapi sambil tersipu malu.
"Ayo dong, Her, cerita juga! Jangan biarin gue yang ngomong terus," Dania menggoda, membuat Hera semakin merah.
Yudith dan Wonia duduk di pojok, berbagi kudapan dan sesekali melemparkan candaan usil kepada yang lain, sementara Wina membantu Harsya menyiapkan kue ulang tahunnya. Suasana benar-benar meriah, seperti perayaan kecil namun penuh kehangatan.
Setelah sesi makan makan, semuanya mulai memojok dan mengobrol dengan satu sama lain, sedangkan Harsya memulai sesi menerima kado dari teman yang diundangnya
"Har, kado gue paling spesial nih!" seru Dania tiba-tiba, menyerahkan sebuah kotak kecil berwarna biru kepada Harsya.
"Spesial kenapa?" Harsya tertawa sambil membuka kado itu. Di dalamnya, ada sebuah gelang kulit yang terlihat simpel tapi elegan.
"Gue bikin sendiri!" Dania menepuk pundaknya bangga.
Harsya terkesan, lalu memeluk Dania dengan penuh rasa terima kasih. "Makasih banget, Dan."
Namun di tengah kegembiraan itu, Harsya sesekali melirik ke arah Merva yang duduk sedikit terpisah dari keramaian, terlihat tenang seperti biasanya. Merva, dengan wajah datarnya, hanya duduk sambil memegang segelas jus, sesekali tersenyum kecil ketika yang lain melemparkan candaan.
Ketika semua sedang sibuk mengobrol, Harsya diam-diam mendekati Merva dan duduk di sebelahnya.
"Hei," Harsya menyapanya pelan, mencoba mencari perhatian gadis berambut panjang itu.
Merva menoleh, menatapnya sekilas sebelum menyesap jusnya.
"Kamu... ngga bosen, kan?" tanya Harsya, sedikit khawatir Merva merasa canggung di tengah keramaian.
Merva menggeleng pelan. "Ngga. Lumayan seru kok."
Keheningan singkat menyelimuti mereka, namun Harsya merasa ada sesuatu yang berbeda dari Merva hari ini. Gadis itu terlihat lebih tenang, bahkan lebih lembut. Mungkin, karena ini adalah momen istimewa.
"Va, kamu tau ngga?" Harsya tiba-tiba bertanya, "Ini ulang tahun aku yang paling berkesan."
Merva meliriknya, bingung. "Kenapa?"
"Karena kamu di sini." Jawaban itu keluar begitu saja, dan Harsya langsung merasakan wajahnya memanas setelah menyadari apa yang baru saja diucapkannya. Dia menunduk, mencoba menyembunyikan rasa malunya.
Merva, yang juga terkejut dengan pernyataan itu, hanya diam. Pikirannya berputar-putar, tidak tahu harus merespons bagaimana. Namun, tanpa berkata apa-apa, dia meraih kantong kertas kecil dari dalam tasnya dan menyerahkannya kepada Harsya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Merva.." by Harsya; 1990 | Bbangsaz ft Daerin
Romance"Harsya, kalau kamu niatnya buat meras aku karna kamu tau tentang rahasiaku, sebaiknya kamu berhenti aja." "Aku bahkan uda ngga peduli lagi kalau rahasiaku ini terbocorkan ke seluruh sekolah." "Merva.."