5. Sakit

175 23 4
                                    

Karena sudah memasuki bulan Oktober, itu berarti musim hujan mulai datang, dan itu akan menjadi pertanda buruk bagi Merva.

Suasana kelas sedikit berbeda hari ini. Cuaca di luar begitu dingin, awan gelap menggantung rendah, dan angin berembus kencang membuat suasana semakin menggigil. Merva duduk di sebelah Harsya, wajahnya seperti biasa datar tanpa ekspresi sambil membaca buku. Namun, matanya sesekali melirik ke arah Harsya yang terlihat tidak biasa.

Harsya, yang biasanya penuh energi, selalu membuka topik kepada merva, kali ini terlihat lelah dan lesu. Kepalanya tertunduk, Merva menyadari bahwa Harsya mulai terkulai lemas di meja, kepalanya bersandar pada lengannya, dia sakit.

"Har.." Belum selesai ia memanggil, bunyi lonceng yang cukup nyaring terdengar menutupi suara yang merva keluarkan sehingga ia mengurungkan niatnya

~~

Jam pelajaran berlalu tanpa banyak kata dari Harsya. Biasanya harsya akan mengganggunya dan memulai percakapan terus. Hingga pada akhirnya, ketika kelas mulai sepi karena jam istirahat tiba, Merva menyadari bahwa Harsya sudah tertidur dengan posisi yang tidak nyaman. Wajahnya tampak pucat, dan nafasnya yang berat.

Merva melihat sekeliling, memastikan ia tidak menarik perhatian. Tanpa pikir panjang, ia mengambil jaket abu abu kesayangannya kemudian menutupi tubuh harsya dengan pelan agar tidak membangunkan yang tertidur itu. Harsya menggerakkan tubuhnya sedikit, merasakan kehangatan yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya. Namun, dia terlalu lelah untuk menyadari bahwa Merva telah memberinya jaket.

Setelah itu, ia pergi keluar kelas, meninggalkan harsya takut ia akan mengganggunya

Di lain sisi, di tempat lain, Hera dan Dania sedang berjalan bersama di lorong menuju kantin.

"Dan, kamu mau makan apa?" Ucap Hera mencoba memecahkan keheningan

"Apa yaa, nasi goreng aja kali ya soalnya lagi ga pengen yang berat berat"

"Nasi goreng emang ngga berat?" Setelah mencerna pertanyaan Hera, dania tertawa pelan menyadari perkataannya yang salah

Sampai dikantin, mereka memesan dua porsi nasi goreng dan segera mengambil tempat duduk di pojok kantin, mencoba menghindari keramaian. Mereka makan dalam keheningan, sesekali Hera melirik ke dania. Hera akhirnya memberanikan diri untuk memulai pembicaraan

"Dan, minggu depan mau ikut jalan-jalan lagi nggak?" tanya Hera, suaranya sedikit canggung.

"Mau aja, tapi kemana?" Dania merespons dengan senyum ceria yang khas.

"Mungkin kaya nonton film atau nyoba kafe baru?" Hera mencoba terdengar santai, meskipun dalam hatinya dia ingin menawarkan lebih dari sekadar jalan-jalan biasa.

Dania tertawa kecil. "Kayaknya seru, Her. Gue suka kalo lo yang ngajak."

"Oh iya, harsya kayanya lagi ga enak badan ya? Biasa kan dia sama kaya kamu, suara nya paling mendominasi" Hera menyadari perubahan harsya, biasanya harsya selalu ramah dan berbicara banyak hal

"Katanya sih ngga enak badan, nanti mau gue beliin susu deh, kalo makin parah gue bawa ke uks"

Hera hanya ber oh ria, dia tidak tahu harus merespon seperti apa, mungkin dia hanya akan ikut menemani jika harsya dibawa ke uks

"Eh itu merva? Tumben banget ke kantin" Dania cukup kaget dengan melihat keberadaan merva yang berjalan cukup cepat layaknya terburu buru

~~

Di kelas, Harsya akhirnya terbangun dari tidurnya. Dia merasakan kehangatan di punggungnya dan mendapati jaket Merva menutupi tubuhnya. Dengan bingung, dia melihat merva baru kembali dan berjalan duduk di bangkunya dengan tenang, ia meletakkan kresek ke meja harsya, isinya ada sebungkus roti, air putih, dan obat paracetamol

"Merva.." by Harsya; 1990 | Bbangsaz ft DaerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang