Sudah sebulan sejak kepindahan Harsya ke sekolah ini, dan ia merasakan cukup perubahan dari sikap Merva walaupun hanya sekedar 10-15%
Apakah ini karna pertemuan mereka di carnaval kemarin?
~~
Harsya berjalan menuju kelas dengan sedikit lesu, hujan yang cukup deras membuat suasana sekolah semakin suram. Ia menenteng jaket abu abu kebesaran milik Merva untuk dikembalikan. Sebenarnya sisa-sisa flu yang kemarin masih melekat pada tubuhnya. Namun, ia memaksakan diri untuk tetap masuk sekolah, berpikir bahwa Merva tidak akan suka jika dia absen. Sebagian dari dirinya ingin tetap berada dengan dengan Merva, tapi mengapa?
"Pagi, Va" sapa Harsya dengan saat melihat Merva sudah duduk di bangkunya, suaranya sedikit serak tapi tetap penuh semangat.
Merva melirik sekilas ke arah Harsya, lalu kembali fokus pada bukunya. "Pagi," jawabnya singkat, tanpa menunjukkan banyak emosi. Namun, dia lega melihat Harsya yang kembali ceria.
"Ini jaket kamu, makasih ya buat kemarin"
Merva hanya mengangguk pelan, mengambil jaketnya kemudian dimasukkan kedalam laci
"Hari ini aku udah hampir sembuh, kamu ngga perlu khawatir lagi," tambah Harsya dengan nada menggoda.
"Siapa yang khawatir? Gue cuma ga mau lo jadi beban di kelas"
Harsya tertawa kecil, merasa senang meskipun Merva masih berusaha menjaga jarak. "Yakin? Soalnya kemarin kamu yang paling heboh narik aku ke UKS."
Merva segera memalingkan wajahnya, ia merasakan pipinya merasa panas. Semu merah di wajahnya akan segera muncul dan ia tidak mau harsya melihatnya
Merva tidak menjawab, tapi Harsya bisa melihat wajahnya sedikit memerah. Dia tahu bahwa di balik sikap dingin Merva, ada perhatian kecil yang mulai muncul, meskipun Merva masih enggan menunjukkannya secara terang-terangan.
Tiba tiba, Dania yang sudah masuk ke dalam kelas segera meloncat dan memeluk harsya dari belakang dengan kencang
"HUAA, lo ga tau sekangen apa gue sama lo karna kemarin ngga masuk sekolah"
Benar, hari itu saat harsya dibawa oleh merva ke uks, besoknya ia memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Demamnya cukup parah, dan hidung yang tersumbat membuatnya susah bernafas.
Merva yang melihat Dania sudah datang, cepat cepat mengalihkan pandangannya dan pura pura membaca buku. Ia takut Dania akan seperti harsya, suka menggodanya.
"Baru juga sehari, lebay banget Dan" Harsya tertawa pelan merasa sikap Dania yang lucu dan terlalu berlebihan
Dania berpura pura cemberut mendengar ucapan dari harsya. "Gue kan sayang banget sama lo"
Merva mencoba fokus pada bukunya, namun pikirannya tetap saja melayang ke arah Harsya dan Dania. Ia mengerutkan kening, bingung dengan perasaannya sendiri. Selama ini, dia selalu bisa mengabaikan semua orang di sekitarnya, tapi kenapa sekarang dia jadi mudah terusik hanya karena Harsya?
"Kamu udah beneran sehat, Harsya?" Dania bertanya lagi, kali ini suaranya lebih pelan dan khawatir.
"Udah kok, tinggal sedikit pilek doang" jawab Harsya sambil tersenyum.
Merva mendengarkan percakapan itu tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Dia tahu bahwa perhatian yang ditunjukkan Dania kepada Harsya adalah sesuatu yang wajar di antara teman, tapi mengapa hatinya merasa tidak nyaman?
"Va, lo juga harusnya perhatiin Harsya lebih baik lagi, jangan cuma ngasih jaket terus selesai" kata Dania tiba-tiba, suaranya mengandung nada usil, membuat Merva terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Merva.." by Harsya; 1990 | Bbangsaz ft Daerin
Romantiek"Harsya, kalau kamu niatnya buat meras aku karna kamu tau tentang rahasiaku, sebaiknya kamu berhenti aja." "Aku bahkan uda ngga peduli lagi kalau rahasiaku ini terbocorkan ke seluruh sekolah." "Merva.."