Pagi itu, suasana di sekolah terasa berbeda. Merva, yang biasanya tampak dingin dan tak tersentuh, kini mulai membuka diri-walau hanya sedikit. Dia tidak lagi menghindar sepenuhnya dari Harsya. Meski tidak banyak bicara, ada momen-momen di mana dia membiarkan Harsya berada di dekatnya tanpa menutup diri.
Harsya, tentu saja, tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Va, tadi kan disuruh tugas kelompok lagi di kelas Kimia. Kamu kelompok sama siapa?" tanya Harsya sambil berjalan di samping Merva menuju kelas setelah berada di laboratorium
Merva meliriknya sebentar, wajahnya tetap datar, tapi kali ini dia menjawab, "Sama siapa aja boleh"
"Sama aku mau ngga?" Merva berhenti berjalan, menatap harsya sejenak kemudian mengangguk sambil melanjutkan jalannya menuju kelas
"Boleh aja"
"Kalau gitu, nanti malam mau kerjain? Soalnya tugas nya lumayan ribet, butuh banyak waktu jadi harus cepetan dikerjain"
Setelah mereka berdua sampai dikelas, Merva mendudukkan dirinya di kursi diikuti harsya yang ikut mendudukkan dirinya
"Boleh, mau dimana?" Ini pertama kalinya harsya bisa berbicara dengan Merva sambil menatap wajahnya. Biasanya merva hanya akan melirik singkat kemudian kembali sibuk dengan buku bukunya
"Dirumah kamu aja gimana? Setelah pulang sekolah langsung aja, Aku kangen sama Yeva" Harsya teringat pada adiknya Merva yang wajahnya sangat mirip dengan Merva, yang berbeda hanya wajah Yeva lebih lucu dan menggemaskan
"Oke" Merva mengangguk singkat mendengar usulan Harsya
Kali ini, Merva tidak bergerak menjauh atau memperlihatkan tanda-tanda kesal. Mereka mulai menikmati waktu bersama meski obrolan mereka masih terbatas, tapi setiap kata yang keluar dari Merva membuat Harsya merasa ada perkembangan.
"Va, gimana rasanya punya rahasia besar kayak gitu?" tanya Harsya tiba-tiba, suara sedikit pelan. Dia sudah lama ingin tahu, tapi baru kali ini merasa waktunya tepat.
Merva terdiam sejenak, menatap tabung reaksi di tangannya. "Ngga mudah. Tapi gue udah terbiasa."
"Sekarang kamu nggak sendirian lagi, kan?" kata Harsya pelan, senyumnya hangat.
Merva hanya mendesah pelan, tapi Harsya tahu, di balik sikap dinginnya, ada pengakuan kecil yang tersirat dalam keheningan itu.
"Merva, pake 'aku' dong, kaya semalam saat kita di minimarket" Harsya tersadar dengan ucapan Merva yang kembali menggunakan 'gue-lo', tak seperti kemarin malam
"Buat apa? Lagian sama aja kan"
"Pakainya pas lagi sama aku aja" Harsya mengerucut kan bibirnya mencoba membujuk Merva, lucu rasanya saat mendengar Merva menggunakan 'aku-kamu'
"Oke"
Harsya tersenyum lebar. Dia tahu, pelan-pelan, Merva mulai membuka diri. Dan meski mereka belum benar-benar mengakui perasaan mereka, Harsya merasa mereka semakin dekat setiap harinya.
~~
Jam pelajaran berlanjut dengan membosankan tanpa hal menarik diantara mereka, hingga jam pulang pun sampai
"Dan, kamu pulang sama siapa?" Harsya bertanya pada dania yang menghampiri meja nya ingin mengucapkan perpisahan sebelum pulang ke rumah masing masing
"Gue sama hera kayanya, lo mau tau ngga," Dania memelankan suaranya dan mendekatkan wajahnya kepada harsya
"Gue jadian sama Hera"
"HAH?" Yang bersuara bukanlah Harsya, melainkan Merva yang tanpa sadar mengeluarkan suaranya setelah syok mendengar bahwa sahabatnya berpacaran dengan Dania.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Merva.." by Harsya; 1990 | Bbangsaz ft Daerin
Romance"Harsya, kalau kamu niatnya buat meras aku karna kamu tau tentang rahasiaku, sebaiknya kamu berhenti aja." "Aku bahkan uda ngga peduli lagi kalau rahasiaku ini terbocorkan ke seluruh sekolah." "Merva.."