Nika Sappho

2 1 0
                                    

Nikka Sappho
“Nika”
“Nikaaa”
“WOYYY NIKA!”
Teriak seorang siswi sekolah menengah atas kepada temannya yang duduk mematung di sebuah kafe. Teriakan tersebut saking kerasnya sampai menarik perhatian beberapa pelanggan. “Iya ada apa?” Balas Nika. Teman siswi bernama Nika itu marah sekaligus bingung lantaran akhir akhir ini Nika sering melamun dan mematung.

“Kamu kenapa sih? Omong omong kamu jadi ikut piknik satu kelas ke Fluminia minggu depan atau tidak?” Tanya teman Nika. Nika hanya bisa mengangguk dan terdiam karena yang ia lihat adalah penampakan yang sangat mengerikan, yaitu sesosok roh hantu yang sangat besar bahkan besarnya sebesar sebuah rumah. Roh tersebut berjalan melintasi gedung demi gedung di seberang kafe yang saat ini Nika berada.

Bunyi telepon berdering di saku teman Nika. Temannya itu berkata bahwa ia lupa ada ekskul bela diri di sekolah dan kini ia terlambat. Ia pun bergegas meninggalkan Nika untuk berangkat ke ekskul. Karena hal itu, Nika pun beranjak dari kursinya dan membayar kopi yang sudah ia teguk kemudian bergegas pulang ke rumah saking takutnya melihat penampakan hantu besar tadi.

Nika adalah seorang siswi sekolah menengah atas dengan tinggi tubuh sekitar 154 cm yang memiliki kemampuan melihat roh di sekitar dirinya. Nika Sappho adalah nama lengkapnya. Ia memiliki rambut keriting yang bervolume sehingga ia harus mengikat rambutnya kemanapun ia pergi. Warna kulitnya yaitu kuning langsat serta wajahnya yang bersih tanpa jerawat membuatnya mampu menjadi primadona sekolah, namun kemampuan berbicara nya yang sangat rendah lah yang menghambatnya.

Saat ini Nika sudah berada di kamar. Ia membuka jendela untuk membiarkan udara dan cahaya matahari masuk. Namun pada saat itu juga ia melihat roh berbentuk seperti seorang pria jakung dengan hanya memiliki mata satu dan 4 tangan berjalan kesana kemari di jalanan. Merasa jijik, ia menutup kembali jendela nya sambil berbisik dalam hati,” Apa yang sedang terjadi dengan tubuhku? Apakah aku terkena gangguan jiwa?”

Sebenarnya kemampuan yang Nika miliki saat ini mulai muncul saat ulang tahunnya yang ke 16 dua minggu yang lalu. Saat itu ia berjalan menuju ke rumahnya dari toko dan saat ia menyeberangi jembatan, ia melihat sesosok ular yang sangat besar melata melewatinya. Sungguh, kejutan dari ulang tahunnya bukanlah kue ulang tahun ataupun sebuah hadiah namun adalah kemampuan di luar logika manusia.

Hari silih berganti, waktu piknik kelas pun tiba. Dalam perjalanan di dalam bus, Nika duduk bersebelahan dengan sahabatnya yang bernama Thalia Demetrius. ia sering dipanggil Alia. Ia sendiri adalah seorang siswi periang dengan rambut pirang dan badan berisi. Tingginya yang 179 cm membuatnya terlihat seperti guru jika ia duduk bersebelahan dengan Nika.

“Alia, kamu percaya hantu tidak?” Celetuk Nika bertanya memecah keheningan. Alia terus terang berkata bahwa ia sedikit percaya pada hantu. Ia menceritakan saat ia terakhir kali melihat hantu yaitu satu bulan yang lalu. Waktu itu dia piket membersihkan kelas sendirian dan tiba tiba muncul kepala manusia menggantung tanpa badan dari jendela yang notabene kelasnya berada di lantai 3 gedung sekolah.

Nika pun bertanya pada Alia mengapa ia tidak skeptis pada apa yang dia lihat seperti jangan jangan Alia hanya salah lihat, atau itu semua hanya halusinasi karena Alia kelelahan. “Oleh karena itu aku sedikit percaya pada hantu dan bukan sepenuhnya percaya, karena bisa saja aku salah lihat,” Balas Alia.

“Tumben kamu bertanya begitu? Ada apa sih?” Tanya Alia balik kepada Nika. Nika menerangkan bahwa semenjak ulang tahunnya yang ke-16 ia menjadi sering melihat hantu dan berbagai roh. “Wuih keren sekali!. Tapi bisa jadi ada dua kemungkinan siiih. Satu kamu mengidap skizofrenia atau bisa disebut gangguan halusinasi. Dan dua, indra ke enam milikmu terbuka,” Balas Alia dengan semangat.

Mereka berdua terlalu asik berbincang bincang sampai tak terasa sudah sampai di Desa Wisata Fluminia. Desa tersebut terkenal akan arsitektur rumahnya yang unik dan terkesan kuno. Tak lupa ada berbagai destinasi wisata seperti sungai Pax yang jernih yang menyediakan wahana gondola dan arung jeram serta ada Danau Livia yang menyuguhkan pemandangan yang menenangkan.

Setelah sampai di sana semua murid kelas 10A berbondong bondong menuju homestay di desa itu.  Sedangkan wali kelas tersebut bercakap-cakap dengan kepala desa setempat.

“Nika? Kamu ngelamun lagi? Ada apa sih? lagi mikirin crush?” Tanya Alia sambil menepuk pundak Nika yang belum masuk ke penginapan untuk mencari kamar atau sekedar meletakkan beban di pundak. Sebenarnya ia tidak ngelamun, tetapi memperhatikan sesosok aneh di hutan seberang sungai Pax. Sosok tersebut memiliki perawakan sangat kurus bahkan terlihat seperti tengkorak berjalan. Menyadari sedang diperhatikan, sesosok itu menatap balik Nika.

Karena takut, Nika mengalihkan pandangannya dan sontak berbicara kepada Alia. “Ngga kok, lagian emangnya aku punya crush?” Timpal Nika.
“Kakak kelas yang namanya Mas Clio? Eh ups,” Ucap Alia menahan tawa. Canda ria saling dilontarkan, sampai tak terasa malam pun tiba. Seluruh siswa kelas 10A beserta wali kelas, pengawas dan sopir bus ikut makan malam dengan kepala desa di sebuah prasmanan yang telah disiapkan.

Di tengah malam hari saat semua orang tengah tertidur, terdengar jeritan anak kecil dari tengah hutan seberang sungai Pax.  Mendengar hal itu, Nika terbangun dari tidurnya dan anehnya semua orang tertidur pulas seakan akan tidak mendengar jeritan tersebut sama sekali.

Nika pun bergegas menuju rumah kepala desa. Meskipun ia mengetuk pintu rumahnya berkali-kali, namun tetap tidak ada tanggapan. Tak mungkin pula dia membangunkan sahabatnya yang tertidur pulas seolah olah tak mendengarkan apapun. Dengan penuh keberanian dengan bumbu rasa takut Nika berlari menuju sumber suara tersebut.

Mortis EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang