Titik Terang

0 0 0
                                    

Di bangku tamam anak kecil itu tanpa henti merengek dan memohon dengan suara yang semakin nyaring, meminta Nika dengan sangat agar ia segera mengikutinya ke tempat yang ingin ditunjukkan, seolah-olah ada sesuatu yang sangat penting dan tak bisa ditunda.

“Alia, haruskah kita menurutinya?” Tanya Nika kepada sahabatnya.
“Anak kecil yang mana?” Balas Alia.
Seketika Nika sadar anak kecil yang ia lihat bukanlah manusia melainkan roh gentayangan. Ia pun bercerita pada sahabatnya itu bahwa ia melihat roh yang terus menerus meminta mereka berdua untuk mengikutinya.

Karena sudah mengetahui kemampuan Nika, Alia hanya mengiyakan dan mereka bertiga berlari menuju suatu tempat yang ternyata adalah sebuah rumah kosong. Di sana mereka bertemu seorang pria dengan pakaian lusuh tengah fokus terhadap roh wanita tua.

“Pria itu hendak membasmi ibuku. Aku minta tolong kak hentikan dia,” ucap roh anak kecil itu dengan lirih seakan akan tidak ingin pria tersebut mendengarnya. Orang itu mengisyaratkan Nika dan Alia untuk menjauh.

“Hentikan!!! Apa yang kamu lakukan!!! Roh wanita itu tidak berdaya!!!” Teriak Nika.
“Minggir anak muda!!!, kau tidak tahu apa yang terjadi. Wanita tua ini telah menghisap energi kehidupan sekitar,” bentak pria itu.
“Sungguh bukan aku yang menghisapnya. Aku hanyalah roh lemah yang lewat, bahkan aku tidak memiliki kemampuan untuk menghisap energi apapun. Aku mohon ampuni aku. Atau kalau tidak jangan basmi anakku,” ucap roh wanita tua itu sambil menangis.
“Tidakkah kau mendengarnya!!! Roh tersebut sangat lemah!!!” Teriak Nika sambil mendorong pria itu.

Kemudian terjadi adu mulut antara Pria pembasmi dan Nika. Alia yang tak tahu apa apa pun seketika menjadi penengah.
“Tunggu, kamu tidak bisa mendengar apa yang roh itu ucapkan? Kalau boleh tahu namamu siapa?” Tanya Alia.
“Urrgghh namaku Cicero. Tentu saja aku tidak peduli omongan roh. Aku adalah pemburu jiwa. Aku terlatih untuk membasmi roh tanpa jasad di dunia ini, bukan untuk berbincang bincang dengannya sambil minum teh!” Balas Pria itu dengan nada tinggi.

Kemudian perundingan pun dimulai. Cicero menjelaskan bahwa ia ditugaskan oleh saudagar kaya untuk membasmi rumah tua itu dari roh apapun sehingga nyaman ditinggali. Alia meminta Nika untuk berbicara kepada roh wanita dan anaknya untuk pindah tempat tinggal supaya mereka berdua tidak dibasmi.

Akhirnya kesepakatan terbentuk. Dua roh tersebut tinggal di rumah Nika dan Cicero tidak jadi membunuh mereka.  Tak hanya itu, ia menawarkan Nika sebuah pekerjaan yaitu menjadi rekan tambahannya dalam memburu roh karena kemampuannya untuk mampu berbicara dengan berbagai jenis roh. Ia pula menjelaskan bahwa pekerjaan ini bisa sebagai sambilan sehingga Nika bisa sekolah seperti siswi pada umumnya.

Dengan alasan tersembunyi Nika menyetujui tawaran tersebut. Namun Alia merasa kesal karena berpikir bahwa ia sedang diabaikan. “Hei, aku bagaimana?” Ucapnya. Kemudian mereka berdua tertawa terbahak bahak karena menganggap reaksi Alia lucu sekali.

Merasa masalah sudah selesai, Nika mengajak mereka berdua untuk nongkrong di kedai terdekat yang ia tahu. Di kedai itu ia bertanya kepada Cicero bagaimana bisa dia menjadi pemburu roh.
“Sejarahnya panjang sekali, tetapi aku ingat waktu dulu,” balasnya sambil bercerita bahwa dulu kedua orang tuanya dirasuki oleh roh jahat yang mendorong keduanya untuk bunuh diri.

Ia juga menjelaskan bahwa pemburu roh sendiri bukanlah sebuah pekerjaan sendiri melainkan sebuah organisasi. Di luar sana ada beberapa orang dengan indra ke-6 seperti mereka bertiga yang bertarung melawan roh jahat.

“Lalu bagaimana bisa roh berubah jadi jahat? Apakah mereka juga punya akal seperti kita?” Tanya Alia. Kemudian Nika menjelaskan bahwa sepengetahuannya roh jahat terbentuk dari orang yang meninggal namun tidak dengan tepat. Seperti dibunuh, ataupun meninggal namun masih memiliki dendam di dalam hatinya.

Cicero juga menambahkan kalau rasa benci yang dimiliki manusia adalah makanan dari roh jahat. Bahkan ada beberapa roh jahat yang terbentuk dari rasa benci manusia itu sendiri. Roh jahat pula bisa merasuki tubuh manusia dan terkadang ia harus melawan si manusia dengan bela diri karena berbagai jenis mantra dan jimat yang tak mampu melawan roh jahat yang sudah memiliki inang.

“Apa! Kita harus melawan dengan fisik jika roh jahat sudah memiliki inang? Aku nggak jadi ikut pemburu roh anehmu deh-” ucap Nika yang kemudian disela Cicero dengan mengatakan bahwa dia tak perlu menguasai bela diri karena yang dibutuhkan dari Nika adalah kemampuannya untuk dapat berbicara dengan roh jahat, kemampuan tersebut sangat langka.

“Oh iya Alia, bagaimana kamu dapat menemukanku saat insiden penculikan Desa Wisata Fluminia itu?” Tanya Nika.
“Aku hanya mengikuti jejak kakimu. Anehnya itu bercahaya,” ucap Alia. Mendengar hal itu Cicero sontak kaget. Ia mengatakan bahwa kemampuan melihat jejak kaki bercahaya bukanlah kemampuan biasa. Karena sebenarnya jejak kaki itu tidak dapat terlihat oleh manusia biasa. Merasa senang, ia dengan tegas akan membayar apapun yang Nika dan Alia pesan untuk makananan saat itu.

“Ada apa Nika?” Tanya Cicero yang heran melihatnya tiba tiba diam mematung. Nika tak menjawab sama sekali. Sebenarnya ia sedang melihat sesosok berjubah hitam memegang kapak besar masuk ke dalam kedai tersebut. Wajahnya yang membusuk dipenuhi belatung menambah aura mengerikan yang membuat tubuh Nika bergetar ketakutan.

Segera ia menulis di kertas dengan tulisan “Ada roh jahat di dalam kedai” dan menunjukkannya kepada mereka berdua. Cicero melihat ke sekeliling, ia tak melihat apapun. Ia bertanya kepada Nika apakah roh tersebut merasuki manusia dan Nika menulis kembali bahwa roh itu belum memiliki inang.

Sadar akan yang ditulis Nika, Cicero bergumam merapal mantra kemudian menginjakkan kaki tiga kali dan menepuk tangan 2 kali serta menengadahkan tangannya ke atas seolah olah sedang berdoa. Karena hal itu ia menjadi pusat perhatian bagi orang sekitar yang hal itu berarti sang roh jahat pula menyadari apa yang dilakukan olehnya.

Segera roh jahat tersebut mengayunkan kapak besarnya ke arah leher Cicero namun tidak sempat, kemudian Roh itu meledak menjadi abu. “Itu tadi adalah roh jahat kutukan dan kamu bisa melihatnya?!! Wow bahkan dalam organisasi ini hanya para pilar saja yang mampu melihatnya! Tak sia sia aku merekrutmu Nika,” ucap Cicero berdecak kagum.

“Pillar? Apa itu? Tapi bukannya kamu lebih hebat bisa mengalahkan roh jahat kutukan?” Tanya Nika. Ceciro menjelaskan bahwa roh jahat kutukan bukanlah roh yang sangat kuat melainkan roh yang sangat pandai bersembunyi. “Asal muasal kemunculan roh jahat kutukan sendiri sesuai dengan namanya. Ia muncul dari seseorang yang ingin mengutuk orang lain dengan bekerjasama dengan setan,” tutur Cicero.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mortis EnigmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang