4. Buatlah Cahaya

531 250 249
                                    


Saat dunia begitu gelap, buatlah cahaya dengan kemampuan diri sendiri.

Jika sudah tidak kuat lagi, maka coba untuk kendalikan diri sendiri, dan lebih banyak berbuat baik karena hati yang berada dalam diri kita tidak ada yang buruk. Yang buruk adalah diri kita yang telah menodai hati dalam diri sendiri.

Bukan gunung yang ditaklukkan melainkan diri sendiri. -kupusaturn.

₊✩‧₊˚‧。⋆˚🦋˚⋆。‧˚₊✩‧₊



Pagi seperti biasanya, sebuah kapur menggoreskan pada setiap bagian papan tulis berlatar hijau yang dikendalikan oleh tangan kanan pengajar untuk menyampaikan kepada pelajar sebuah materi baru.

Pak Tian, menjabat sebagai wali kelas serta pengampu mata pelajaran fisika. Beberapa soal fisika telah tersaji di salah satu sisi dari sebuah dua papan tulis besar, dimana satu pada sisi papan tulis terdapat soal dan satu sisi yang lain akan digunakan untuk jawabannya.

"Baik semuanya saja, pada tahun ajaran kedua kita akan mempelajari Vektor pada bab 1, Kinematika pada bab 2, Dinamika gerak partikel pada bab 3, dan yang terakhir Fluida pada bab yang terakhir, bab 4." Uraian Pak Tian.

"Ada yang mau ditanyakan?".

"Belom pak." Teriak salah satu murid yang terlena dengan penyampaian materi mata pelajaran yang paling tidak disukainya, siapa lagi kalo bukan Rizal Abigail, dia Rizal sebangku dengan Kaden. Berperawakan lima senti lebih pendek dari Kaden. Sikap lawaknya membuat dia gampang untuk bersosialisasi dengan orang baru. Dijawab dengan anggukan kepala oleh pengajar di hadapannya.

"2 soal yang tertera di papan tulis merupakan contoh soal dari materi vektor."

"Soal yang pertama, Budi berlari kearah timur sejauh 9 meter, kemudian berbelok ke selatan sejauh 12 meter. Berapakah perpindahan dan panjang lintasan yang ditempuh Budi?"

"Soal yang kedua, 2 buah gaya besarnya masing-masing 20 newton mengapit sudut 120°. Berapakah resultan kedua gaya?" Jelas pembacaan soal dari pak Tian yang berhasil membuat semua murid membelalakkan matanya, tak sedikit raut wajah murid yang diajar beliau kelihatan linglung.

"Saya beri waktu lima menit untuk mengerjakan soal tersebut." Ujar pak Tian.

"Siap-siap untuk yang maju mengerjakan didepan, saya pilih secara acak." Sahut pak Tian again.

Semua murid bergegas untuk melaksanakan perintah dari pengajar, pulpen yang berada ditangan kanan serta timer yang berada pada tangan kiri. Empat menit lebih lima puluh detik, TIT.. gadis itu selesai mengerjakan dua soal tersebut. Posisi tubuh yang awalnya tertunduk pada buku di hadapannya kini Vanya menegakkan bahunya dalam posisi duduk siap.

"Baik. Lima menit telah berlalu, bapak akan menunjuk dua anak untuk mengerjakan didepan."

"Supaya adil, pada dua soal tersebut diwakili oleh satu putra satu putri."

"Baik pakk." Jawab semua murid dengan raut yang menunjukkan kecemasan.

"Karena tadi hanya Rizal yang menjawab belom saat saya mengajukan pertanyaan, jadi soal pertama yang maju- sebelahnya, KADEN."

Kaden yang awalnya menertawakan Lawaknya Rizal, kini dia membelalakkan matanya seolah tak percaya atas apa yang diucapkan guru dihadapannya. Mau atau tidak, sanggup atau tidak, bisa atau tidak. Kaden harus tetap melakukan apa yang dikatakan pengajarnya.

Confession: Makes! |On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang