8. Penolong

312 109 160
                                    


✉️dari Ndaa:
Kalau dunia nggak baik buat kamu.
Kamu harus baik sama diri sendiri.

Mungkin kamu nggak beruntung seperti orang lain. Tapi orang lain belum tentu bisa sekuat kamu.

Kamu harus bangga pada dirimu sendiri, ya..

────୨ৎ────

Melangkah dengan kesabaran, bertahan dengan doa, selalu kuat dengan keyakinan, capek boleh, nyerah jangan.

Alam semesta sedang tidak terburu-buru. Kitalah yang sedang terburu-buru. Itu sebabnya merasa cemas, stres, dan kecewa. -kupusaturn.

₊✩‧₊˚‧。⋆˚🦋˚⋆。‧˚₊✩‧₊

Pagi itu, suara jam weker berdentang mengingatkannya bahwa libur akhir pekan telah berakhir, dan rutinitas sekolah kembali menanti.

Biasanya anak-anak lain mengingat momen-momen seru bersama teman-temannya, datang memasuki pintu kelas dengan ceria, bertemu dengan sahabat dan teman, berbagi cerita, atau saling sapa satu sama lain.

Namun sangat berbeda dengan gadis itu, kini harus menghadapi tumpukan masalah yang tak tahu sumbernya dari mana, asalnya dari mana, dan kesalahan dia apa.

Saat melangkah keluar rumah, angin pagi yang sejuk menyapa wajahnya, membawa harapan akan kejutan baru di sekolah.

Setelah Atlan melakukan pekerjaan yang satu ini---mengantar gadis itu ke sekolah. Vanya berjalan ringan menuju gerbang SMANDA Taruna Wijaya. Hentakan kaki dan ayunan tangan mengalun berirama senada. Mengulum senyum yang merekah menghiasi sudut bibirnya yang cantik. Walaupun setiap harinya tidak seperti anak-anak yang lain, sepertinya gadis itu memulai hari yang indah di awal pekan.

Bruk...

Karena kaki tidak bisa menopang keseimbangan tubuh gadis itu, dia tak melihat ada polisi tidur yang terlentang di sana. Terjerembab menyeruduk berlutut ke tanah "Aduh-h.." Vanya merungut pelan. Telapak tangannya tampak sedikit tergores akibat mencoba menahan berat badannya, "hah? apa ini? Eh..," tak berapa lama, gadis itu dikejutkan saat seorang cowok menarik kerah seragam putih miliknya ke atas. Sepertinya cowok tersebut hendak membantunya untuk berdiri dengan cara yang tak biasa, mungkin niat dia baik untuk menolong seseorang, tapi dengan cara yang kurang tepat.

Setelah memastikan Vanya berdiri dengan tegak. Cowok tersebut berlalu tanpa memperlihatkan wajahnya, sepertinya Vanya mengenali perawakannya meskipun dilihat dari belakang punggung cowok itu, benar itu teman sekelasnya--Kaden.

Seragam yang dikenakan gadis itu terlihat sedikit berantakan, karena Kaden menolong Vanya dengan cara yang tak biasa. Tanpa berpikir lama gadis itu menyusul dengan langkah cepat.

"Tunggu!" Titah Vanya yang berhasil membuat orang di depannya berhenti melangkahkan kaki. Kaden geming.

"Makasih,"

"Ya."

"Gue tau niat lo baik buat nolongin, tapi seragam gue berantakan."

Kaden memutar bola matanya malas.

"Tapi mungkin ini cara lo sendiri, merespon sesuatu."

Confession: Makes! |On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang