7

146 34 3
                                    

Nuran datang mendekat dan berlutut. "Tuan, anda harus melepaskan nona saya. Nona saya belum menikah jadi menyentuhnya seperti ini hanya akan merusak nama baiknya. Saya mohon."

Kaufman menatap Nuran sejenak dan mengalihkan pandangannya ke arah Lucinda. Tidak memedulikan permohonan pelayan kecil itu.

"Tuan, saya—"

Mata Kaufman yang menatap garang dan penuh dengan aura membunuh segera membungkam Nuran. Tapi keresahan Nuran bisa membuatnya bersikap lancang. Karena kalau sampai ada yang melihat, nona yang selalu menjaga diri dari pria ini akan sulit mendapatkan jodohnya.

Meski Nathan sendiri tidak yakin kalau ada yang tidak menginginkan gadis secantik Lucinda ini. Bahkan meski dia janda beranak, Nathan juga akan menyambutnya dengan senang hati. Dan keresahan pelayan itu dapat diciumnya. Tapi untuk melepaskan Lucinda, butuh gunung dipindahkan ke pundaknya. Dia tidak dapat melakukannya. Memegangnya saat terluka seperti ini seperti harus dilakukan. Tidak boleh tidak.

"Nuran, jangan kasar. Dia penolong kita," Lucinda mengingatkan. Lucinda jelas dapat merasakan aura membunuh pria itu yang memang tidak biasa dibantah. Bukan tidak mungkin leher Nuran akan berlubang karena pelayannya mendesak pria itu. Lucinda tidak mau segalanya sampai mengarah ke sana. jadi dia membuat Nuran mengerti.

"Tapi, Nona—"

"Tidak masalah." Lucinda kemudian mendongak. "Tuan, terima kasih sudah membantu saya. Tapi sekarang saya—Tuan?" Lucinda kehilangan ketenangannya sejenak saat pria itu bukannya melepaskannya malah menggendongnya dengan kedua lengannya.

Nathan menatap ke arah Elijah yang baru saja memasukkan pedangnya ke sarung. "Kau jadilah kusir kereta itu," perintahnya mutlak.

"Aku?"

"Lalu kau mau aku melakukannya?" tanya Nathan dengan kesal.

Elijah mendengus dan kemudian mengangguk saja. "Aku akan melakukannya," timpal Elijah tanpa semangat. Dia seorang bangsawan kelas atas dengan kepandaian berkuda dan memanah yang begitu hebat. Yang saat ke mana-mana pasti memiliki kusir pribadi dan tidak pernah menjadi seorang kusir kereta kini harus menjadi kusir untuk peertama kalinya dalam sejarah hidupnya.

Dia seperti kehilangan harga dirinya. Tapi siapa yang bisa melawan perintah yang mulia raja? Kalau Elijah mau berakhir di pedang sang raja itu, mungkin dia bisa melawan.

Elijah segera membukakan pintu untuk Nathan membawa gadis itu ke dalam kereta. Saat Nuran akan ikut dengannya, Nathan memberikan tatapan agar pelayan itu tidak dibiarkan masuk. Itu membuat Elijah berdiri di depan pintu setelah dua orang itu masuk.

"Di mana Nuran?" Lucinda bertanya kelabakan sendiri setelah Nathan mendudukannya.

"Dia akan duduk di depan katanya."

"Tapi—"

"Tenang saja, dia aman. Sampai detik ini," ucap Nathan dengan nada ambigu yang tidak menyenangkan untuk didengar.

Lucinda yakin itu ancaman kalau dia terus membuat keributan karena pelayannya. Itu membuat Lucinda akhirnya diam.

Sedangkan Nuran yang ada di depan Elijah segera memberikan perlawanan untuk diberikan masuk. Bagaimana pun dia harus menemani Lucinda di dalam sana, dia tidak dapat membiarkan Lucinda berduaan dengan pria itu. Tapi hadangan Elijah sama sekali tidak dapat ditembus.

"Kau akan terus seperti ini sampai darah nonamu terkuras habis? Mengingat lukanya?"

Nuran yang mendengarnya akhirnya hanya menatap pria itu dengan kesal. Dia kemudian bergerak ke depan dan duduk di depan bersama dengan Elijah yang sudah bergabung dengannya. Setelahnya kereta bergerak pergi meninggalkan bagian sisi pegunungan itu.

Lucinda meringis dengan luka yang terus berguncang. Dia memegang lukanya dengan tidak tahan.

"Pelan-pelan, El. Dia terluka," ucap Nathan dengan penuh perintah.

Elijah hanya mendumel dalam hati. Dia sudah melakukannya dengan sangat pelan, tapi jalanan gunung yang tidak rata seperti ini jelas bukan sesuatu yang dapat dia kendalikan. Apalagi dengan rencana mereka yang kacau total hanya karena gadis itu terluka.

Seharusnya hari ini hanya Elijah yang tampil sebagai penolong Lucinda. Menjadi orang baik dan dengan maksud akan mengantarnya sampai ke rumah gadis itu. Lalu melihat anak siapa sebenarnya Lucinda ini.

Siapa yang menduga kalau sedikit luka dari Lucinda akan membuat Nathan tidak tenang dan malah membuat dia menangkap gadis itu yang hampir jatuh. Gagal sudah rencana awal mereka, entah apa rencana Nathan ke depannya, Elijah hanya bisa menunggu sampai yang mulia mengatakannya.

Lucinda terus menekan lukanya dan itu membuat darahnya cukup banyak. Nathan yang duduk di depannya tidak tahan juga, dia mendekat dan meraih gaun indah gadis itu kemudian merobek bagian bawahnya.

"Apa yang kau lakukan!?" seru sekaligus tanya Lucinda ke arah pria itu yang sudah gila.

"Jangan melakukan hal buruk pada nona saya!" timpal Nuran.

"Kau bisa tidak ikut campur?" tanya Elijah dengan kesal. "Kau tahu betapa tipis kesabaran pria itu? Sedikit mengusiknya, kau akan membuat dia menjadi monster dan membunuhmu. Sebaiknya kau tenang saja, dia tidak akan melakukan sesuatu yang buruk pada majikanmu itu."

Bibir Nuran hanya cemberut dan menatap lagi ke depan. "Kalian sebenarnya penolong atau pembawa bencana bagi kami?" suara itu kecil tapi Elijah masih dapat mendengarnya.

"Kurasa kamu lebih seperti pengacau."

Bibir Nuran semakin cemberut. Mereka sepertinya menemukan penolong yang salah.

Nathan lebih mendekat dan segera menepis tangan Lucinda yang terus menekan lukanya. Lucinda awalnya melawan tapi dengan pertimbangan betapa mudah pria itu membunuh, kalau dia mau Lucinda mati, dia sudah melakukannya sejak semalam. Jadi Lucinda menyerah dan membiarkan pria itu melakukan apa yang ingin dilakukannya.

Nathan semakin mendekatkan diri, meraih bahu Lucinda dan segera melingkarkan kain itu di bahunya. Menekan kain itu dan mengikatnya dengan kuat sampai Lucinda berteriak dengan sangat keras. Rasa sakitnya sanggup membuat bibir Lucinda menggigil. Tapi kemudian rasa sakit itu berkurang dan darahnya tidak menetes lagi. Itu membuat nafas Lucinda mulai tenang.

"Nona, anda tidak apa-apa?" tanya Nuran dari arah depan.

"Tidak masalah. Lebih baik."

Nafas lega Nuran terdengar kemudian.

"Tuan, terima kasih sudah membalut lukaku," ucap Lucinda tanpa memandang ke arah Nathan.

"Itu hanya sementara. Kau harus segera dibawa ke dokter."

"Tuan, apa kita pernah bertemu?"

"Hm?"

"Suaramu terdengar sangat familiar."

Pria itu memiringkan kepalanya, mendekatkan pandangannya. Dia dekat dan terus mendekat.

Dengan kedekatan yang sekarang sudah cukup mencuri nafas Lucinda. Tapi tampaknya pria itu tidak akan berhenti sampai bibir mereka bertemu. Jadi saat Lucinda bisa merasakan nafas pria itu membelai wajahnya, dia segera bertindak dengan meraba dan mendorong pria itu menjauh.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Lucinda penuh tuduhan."

"Menurutmu, apa yang sedang kulakukan?"

"Mana kutahu. Aku tidak bisa melihat."

Pria itu menyentuh kain yang membungkus luka Lucinda. Merabanya pelan seolah membaca apa yang tertulis di kain. "Aku hanya memeriksa lukamu."

Pembohong! Pikir Lucinda. Dia jelas-jelas melihat pria itu coba menyasar bibirnya. Tapi dengan kebutaan ini, Lucinda tidak dapat mengungkap apa yang ada di kepalanya.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa ya
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

My Cruel King (MIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang