hai hai haiiiiiiiiii, finally aku buka lembaran baru untuk short story lagi karena yang pertama keknya udah cukup banyak
ga ada yang special sih, ini cuma cerita pendek kayak yang biasa aku bikin di short story awal, untuk cerita pembuka ini aja cuma cerita klise yang itupun aku daur ulang dr cerita aku yang love, Anin dan cerita lain
sebenarnya ada beberap ide lain tapi masih susah ngembanginnya gengs, nulis yang ini aja kek ngaretnya bikin istighfar, lama gak nulis bikin imajinasiku jadi redup, semoga aja dgn adanya short story kedua ini makin terpacu deh jiwa halu aku wkwk
*
*
*
"Mbak pas ke Korea kemarin ketemu Yana"
Ibnu yang sedang bermain dengan keponakannya itu menghentikan gerakannya.
"kayaknya terakhir ketemu tuh pas om Husain meninggal, itupun cuma sebentar. Terus tiba-tiba ketemu dia lagi tuh rasanya excited banget"
"senang dan lega banget lihat anaknya sehat-sehat dan ceria lagi"
"tapi sayang banget waktu itu dia lagi sibuk banget, mbak ajak ketemuan habis acara juga dia gak bisa, padahal mbak bawa Kyla waktu itu"
Raina, kakak Ibnu tak bisa menyembunyikan nada kekecewaannya.
Pekerjaan suami wanita itu memang seringkali membuatnya harus keluar kota bahkan keluar negeri. Dan Raina beserta anaknya terkadang mengikuti suaminya bepergian.
"untung bentar lagi tuh anak selesai, gak sabar nunggu dia balik biar kita rusuhin, ya kan Kyla?" ucap Raina pada anaknya.
Mendengar perkataan ibunya, gadis kecil yang tengah bermain itu mengangguk, "aku mau main sama kak Yana juga!" ujarnya penuh semangat.
Ibnu yang duduk disisinya tersenyum tipis dan mengacak gemas rambut keponakannya.
Kyla memang sangat lengket dengan Yana dan sebaliknya, Yana pun begitu menyukai gadis kecil itu. Ketika keduanya bertemu, maka akan sulit sekali untuk dipisahkan.
Yana tidak akan menolak sesuatu yang berkaitan dengan Kyla. Tapi ternyata sekarang itu tidak berlaku lagi.
Hal ini sudah mengganggu Ibnu sejak awal, sejak gadis itu memutuskan hubungan mereka dengan alasan studi dan tidak siap menjalani LDR.
Semuanya memang terkesan baik-baik saja. Yana tidak memberikan sikap permusuhan ataupun antipati setelahnya.
Tapi anehnya Ibnu tetap merasa ada yang berbeda. Jika karena perhatian Yana yang tidak intens lagi, itu mungkin salah satunya.
Yang Ibnu rasakan lebih buruk dari itu, Yana terasa membatasi diri darinya yang awalnya Ibnu pikir karena kesibukan gadis itu semata.
Masih melekat dalam ingatan Ibnu ketika beberapa bulan yang lalu ayah gadis itu meninggal. Itu adalah pertama kali Ibnu kembali melihat Yana setelah kepergiannya mengejar studi di negeri orang.
Binar mata itu meredup. Perasaan membuncahnya seketika berdebar menakutkan. Ibnu serasa dipukul mundur dengan tatapan datar yang gadis itu tunjukan. Darah Ibnu terasa mendidih, pria itu tidak tahan dengan perasaan tidak mengenakkan yang ia rasakan.
Yana enggan melihat kearahnya. Kala itu Ibnu hanya bisa menyiksa diri dengan menyaksikan gadis itu yang menangis dan merintih kehilangan ayahnya dari jauh.
Ibnu merasa tidak terima, ia tidak seasing itu. Meskipun bukan lagi kekasih, setidaknya Ibnu merupakan salah satu orang terdekat gadis itu dan keluarganya.
YOU ARE READING
My Short Story (2)
ChickLitFinally aku beranjak ke short story ke dua yang berarti short story yang pertama udah tutup buku hehe. (sampul aku bikin by Canva)