Lala dan Raga (1)

8.7K 760 110
                                    

.

.

.

Lala menatap penuh penilaian pada pria yang tengah mengobrol dengan ayahnya diujung sana. Matanya sampai memicing hingga ia benar-benar sadar jika pria itu, well, jika dilihat-lihat, memang cukup tampan. Tidak begitu jauh jika harus disandingkan dengan dirinya yang cantik dan memukau.

Gadis dengan rasa percaya diri yang tinggi itu terus saja memperhatikan pria itu hingga sang ibu datang menginterupsi.

"nah, nah, nah. Terpesona juga kan kamu? Udah mama bilang Raga itu ganteng, mama nih gak salah pilih" ucap sang ibu menepuk dadanya bangga. Jika saja bukan orang tuanya, Lala mungkin sudah memutar bola matanya saat ini.

Raga, pria yang akan dijodohkan dengannya, tiga tahun lebih tua darinya, berasal dari latar belakang keluarga yang tidak main-main dan tentu saja pria itu sendiri punya sepak terjang yang tak kalah tidak main-main, itu yang dipaparkan sang ibu padanya sebelum acara keluarga hari ini.

Dan satu lagi yang paling penting, Raga masih termasuk kerabat jauh mereka meski Lala sendiri baru melihatnya hari ini, selama ini ia hanya pernah dan sekedar kenal dengan orang tua pria itu.

Jika dipikir-pikir, pria setampan dan semapan Raga rasanya tidak mungkin tidak memiliki kekasih sampai butuh dijodohkan seperti ini. Raga tidak tampak se-hopeless itu.

Dan, hey, itu juga berlaku padanya! Dirinya, seorang Lala, tidak seputus asa itu dalam urusan asmara hingga harus dijodohkan seperti ini. Rentetan pria yang pernah dikencaninya sudah tak terhitung jari. Ingat! Dirinya ini cantik dan memukau!.

Hanya saja, selama ini tidak ada satupun pria yang dekat dengan Lala disukai oleh keluarganya, ugh... Lala selalu saja salah dan tampak main-main dimata kedua orang tuanya.

Jadilah ia dibujuk rayu untuk menerima mencoba berkenalan dengan pria pilihan orang tuanya. Lala sendiri merasa penasaran dan ingin menantang dirinya untuk mencoba hal baru. Ya, perjodohan adalah hal baru dalam sepak terjangnya berkenalan dengan lelaki.

"nah itu mereka udah berhenti ngobrol, ayo kesana biar mama kenalin" sang ibu kembali menginterupsi dan dengan semangat menyeret Lala menuju pria bernama Raga itu.

"nak Raga, kenalin ini Layla anak tante. Cantik, kan?" wanita paruh baya itu tersenyum sumringan sembari menyodorkan anaknya yang kini dibuat keki.

Lala tahu dirinya cantik dan memukau, tapi apa ibunya harus sampai seperti itu?.

Tidak ingin memperpanjang rasa malunya, gadis itu sebisa mungkin memasang senyum terbaiknya dan memperkenalkan dirinya dengan lebih kalem. "panggil Lala aja, mas" Lala dari kecil memang sudah tidak suka dipanggil Layla, entah karena apa.

"saya Raga" pria itu menjabat tangan Lala dengan pasti. Ugh, sepertinya bukan pria yang pandai berbasa-basi.

Untungnya setelah itu kedua orangtuanya meninggalkan mereka untuk mengobrol berdua, setidaknya Lala akan bertindak sendiri tanpa campur tangan ibunya yang super centil dan lebay. Ibunya siapa dulu, kan?.

"Aku denger mas Raga kerja di P*****a ya? eh aku panggil mas ya?" Lala membuka obrolan dengan lancar, senyum manisnya tak berhenti terpatri.

Raga mengangguk singkat, masih tampak cukup canggung.

"mama yang cerita, itu deket tempat kerja ku loh mas" too much information, tapi ini Lala.

"kamu kerja dimana?" Raga akhirnya bertanya balik.

Lala kemudian memberitahukan nama kantornya dengan antusias kemudian Raga mengangguk paham.

Setelah itu obrolan mereka cukup mengalir meski Lala harus mengeluarkan kempuan ekstra untuk membuat pria itu sedikit nyaman mengobrol dengannya. Lala juga berusaha keras untuk terus menyambung obrolan mereka yang terkadang dibalas seadanya oleh pria itu.

My Short Story (2)Where stories live. Discover now