Lapangan futsal SMA Harapan menjadi pusat keramaian saat jam istirahat. Tribun yang mengelilingi lapangan dipenuhi siswa yang bersorak, menyoraki pertandingan futsal antar kelas 10. Hiruk pikuk suara siswa yang bercanda, berteriak mendukung tim kesukaan mereka, serta gemuruh langkah kaki yang beradu dengan bola futsal menciptakan suasana meriah yang khas di setiap jam istirahat. Matahari menyinari dengan hangat, sementara angin yang bertiup sejuk menjadi pengiring bagi pertandingan seru yang tengah berlangsung.
Di salah satu sudut tribun, geng Hades berkumpul dengan santai. Ada Ares yang duduk dengan ekspresi penuh semangat, Oscar yang tak henti-hentinya melempar komentar pedas, Louis dengan kacamata hitam yang memperlihatkan sikap cool-nya, Hugo yang tertawa keras di sela-sela candaan, serta Ben dan Nevin yang sibuk membahas strategi futsal.
Samudera, mantan ketua geng mereka, duduk tak jauh dari mereka bersama Olivia, pacarnya, sementara Lacy duduk diam di samping mereka. Ada sedikit senyum di wajah Lacy, yang membuat Bermuda sedikit lega. Setidaknya, walaupun belum sepenuhnya sembuh, Lacy sudah mulai sedikit demi sedikit bangkit dan pulih dari kesedihannya setelah kematian Sagara, pacarnya.
Saat Bermuda dan Vivian memasuki lapangan, seolah waktu berhenti sejenak. Semua mata sahabat-sahabat Bermuda langsung tertuju pada mereka, terutama Vivian yang berhasil menarik perhatian dengan kecantikannya yang alami. Sejak kemunculannya di SMA Harapan, Vivian memang selalu menjadi pusat perhatian, tapi kali ini, suasana berbeda terasa saat ia bersama Bermuda.
"Wah, akhirnya Tuan Muda kita muncul juga!" seru Ares, memulai rangkaian godaan yang segera disambut tawa teman-temannya.
Oscar yang duduk di sebelahnya langsung menimpali dengan penuh semangat, "Eh... eh... eh, kok bawa cewek cantik? Siapa tuh?"
"Wah, ternyata ini alasan kenapa Ketua Geng Hades kita sering menghilang belakangan ini," Louis menambahkan sambil memasang senyum penuh arti. "Pantes saja sibuk sendiri. Ternyata Tuan Muda kita sudah punya pacar toh."
Bermuda hanya bisa menghela napas mendengar ocehan sahabat-sahabatnya, ternyata membawa Vivian kesini adalah pilihan yang salah, Bermuda tidak menyangka akan seheboh dan sekonyol ini reaksi mereka. Sedang Vivian terlihat salah tingkah. Wajahnya sedikit memerah, namun ia berusaha tersenyum dan tetap tenang di hadapan mereka.
"Pantas aja grup sekolah penuh notifikasi gosip," Nevin ikut bercanda, "Ternyata lo yang bikin rame, Muda. Baru pacaran di perpus ya tadi?"
"Diem lo pada," Bermuda berusaha membela diri, meski tidak sepenuhnya bisa menyembunyikan rasa canggungnya. "Nggak lucu, tau nggak."
"Kenalin dong, Tuan Muda. Masa cewek lo nggak dikenalin ke sahabat-sahabat lo sendiri?" Ares mengangkat alis dengan ekspresi penasaran.
"Dia bukan cewek gue. Dia sahabat baru gue," jawab Bermuda tegas. "Kita baru kenal beberapa hari. Dia anak pindahan."
Namun, sahabat-sahabat Bermuda tak ada yang percaya dengan jawaban itu. Mereka langsung menertawakan jawaban Bermuda, tidak peduli seberapa serius nadanya. "Iya iya, si paling sahabat," ejek Hugo. "Paling seminggu lagi udah manggilnya sayang."
"Dasar orang gila!" Bermuda menyandarkan tubuhnya ke bangku tribun dengan pasrah. Vivian yang ada di sampingnya tak bisa menahan senyum kecil melihat interaksi konyol mereka.
"Vivian, kenalin, mereka sahabat-sahabat gila gue," akhirnya Bermuda memperkenalkan Vivian, berusaha mengalihkan topik.
"Hai, aku Vivian. Panggil saja aku Vivi," ucap Vivian sambil melambaikan tangan sedikit kaku.
"Hai, Vivi," mereka serempak menyambut, seolah Vivian sudah menjadi bagian dari mereka sejak lama.
"Vian, kalian semua panggil Vivian dengan panggilan Vian aja, jangan Vivi," Bermuda tiba-tiba menambahkan.
"Lah, kenapa?" Oscar menoleh, bingung dengan instruksi tersebut.
Seketika senyuman penuh arti muncul di wajah semua anggota geng. "Cieee, Muda nggak rela kita manggil dia Vivi, cieee," goda Ares dengan nada menggoda.
"Iya deh, Vivi kan panggilan kesayangan Tuan Muda buat Princess Vivian," sahut Hugo sambil mengangkat bahunya dramatis. "Panggilan khusus jangan diganggu katanya. Cieee."
Bermuda hanya bisa mengusap wajahnya, berusaha menyembunyikan rasa malunya, sementara Vivian tampak tak kalah salah tingkah. Mereka tak tahu harus bereaksi apa, terutama dengan godaan yang semakin tidak terkontrol.
"Udah, stop, kalian semua. Kalian buta apa gimana, Vivi nggak nyaman digodain terus," tiba-tiba Olivia angkat bicara, menghentikan tawa dan godaan yang masih berlanjut. Dia bangkit dari tempat duduknya, menggandeng Lacy di sampingnya. "Gue sama Lacy bakal ajak Vivian keliling sekolah. Kayaknya dia belum punya temen cewek di sini."
Lacy mengangguk setuju. "Gue sama Olivia bisa jadi temen lo di sini. By the way, kita mayoret marching band sekolah ini. Mau nggak, kita tunjukkin ruang ekskul marching kita? Siapa tahu lo berminat."
Vivian tersenyum sedikit gugup. "Boleh, sounds fun."
"Jangan mau, Vian," ledek Louis. "Nanti lo disuruh jadi tukang pukul tanjidor sama mereka."
"Diem lo, Louis!" Olivia menoleh ke arah Samudera, "Sam, marah Louis buat aku."
"Idih, beraninya ngadu ke pacar. Nggak asih ah!" ejek Luois.
Olivia menoleh ke Vivian lagi dengan senyum manis. "Ayo ikut kita aja, lo bakal seneng. Marching band di sini seru kok, gue jamin."
Vivian menoleh ke Bermuda seolah meminta izin. Olivia, yang menangkap hal itu, langsung mengangkat alis, menatap Bermuda dengan penuh sindiran. "Lo serius? Mau izin sama Bermuda dulu?"
"Gue nggak kasih izin," jawab Bermuda singkat tapi tegas.
Olivia tertawa kecil, seolah tidak mempercayai jawaban Bermuda. "Ribet banget sih lo, Muda. Lo siapa sih buat Vivian, sampai dia butuh izin segala?"
"Katanya cuma sa-ha-bat doang," Lacy ikut mengkonfrontasi.
"Gue cuma takut kalian bawa pengaruh buruk ke Vivi," sahut Bermuda, sedikit menegaskan.
Mendengar itu, Olivia melotot lebih lebar. "Duh, paranoid banget, lo! Gue sama Lacy nggak akan bawa dia ke club malam, kok. Kita udah tobat."
Bermuda menghela napas panjang, seolah ragu melepaskan Vivian. Rasa khawatirnya memang beralasan, mengingat reputasi Olivia dan Lacy yang dulunya terkenal sering melakukan hal-hal di luar kontrol. Namun, melihat Olivia kini lebih tenang sejak berpacaran dengan Samudera, dan Lacy yang perlahan pulih dari depresinya, ia akhirnya mengangguk setuju.
"Nggak apa-apa, Muda," tambah Samudera yang sejak tadi diam. "Pacar gue sama Lacy cuma mau ngajak Vian jalan-jalan. Kalau mereka macam-macam, gue bakal putusin Olivia detik itu juga."
Olivia menatap Samudera penuh kaget. "Kok gitu sih ngancamnya, Sam? Males ah!"
Mendengar itu, semua orang tertawa, dan akhirnya Olivia, Lacy, dan Vivian melangkah pergi. Namun, sebelum mereka terlalu jauh, Bermuda berdiri dan memanggil. "Vivi!"
Vivian berbalik, penasaran. "Iya?"
"Jangan lupa, nanti pulang sama gue lagi ya," ucap Bermuda dengan nada datar, namun cukup keras untuk didengar semua orang di tribun.
Tiba-tiba, sorakan riuh meledak di lapangan futsal. Semua orang yang berada di sana, baik dari anak-anak geng Hades maupun siswa lain, bersorak dan menggoda Bermuda tanpa henti. Mereka menyoraki Bermuda dengan ejekan yang semakin kencang, membuat Bermuda tersipu.
Vivian tersenyum malu-malu, menunduk, lalu mengikuti Olivia dan Lacy menjauh dari tribun. Di saat yang sama, Bermuda duduk kembali di bangku tribun bersama sahabat-sahabatnya, mencoba memulihkan kewarasannya setelah sorakan dan godaan yang tak ada habisnya. Namun, suasana yang tadinya penuh tawa mulai berubah ketika obrolan mereka beralih pada hal yang lebih serius.
Instagram: @andwyansyah
KAMU SEDANG MEMBACA
Ballad Of Highschool Teenager
Teen FictionBermuda tidak tahan lagi. Mereka semua palsu. Mereka semua telah mengkhianatinya. Pikiran tentang mengakhiri segalanya merayap masuk, semakin jelas di benaknya. Mungkin satu-satunya cara untuk lepas dari rasa sakit ini adalah dengan mengakhiri hidup...