Samuel terbangun dari tidurnya. Ia mengernyit saat tak mendapati keberadaan sang Daddy di kamar. "Hngg.. D-Daddy.. " Gumamnya sambil mengubah posisinya menjadi duduk.
"Daddy.. Mana? " Ia menatap sekeliling.
Kosong.
Daddynya tidak ada di sana.
"Daddy.. Hiks.. Daddy ninggalin.. Hiks.. Sam.. " Anak itu tiba-tiba menangis.
"Hiks.. Daddy jahat! Hiks.. Daddy biarin Sam sendirian.. Hiks.. "
Tak lama setelahnya, pintu kamar Samuel dibuka oleh Kris. Kakaknya itu tampak menatapnya datar, sebelum akhirnya menghampirinya. "Hei.. Kenapa menangis? " Tanya Kris terdengar lembut, namun yang ditanya tak menjawab dan malah memunggunginya, masih dengan tangisan kecilnya.
Samuel masih marah pada Kris karena pria itulah yang menguncinya di gudang meski sebenarnya itu pun karena perintah dari sang Daddy, juga membentaknya keras.
"Hei.. Kau marah? Hmm? " Tanya Kris lembut, namun tak dibalas sama sekali oleh adik manisnya ini.
"Hei.. " Kris mengangkat tubuh Samuel lalu mendudukkan anak itu di pangkuannya, posisinya sekarang tangan besar Kris melingkari pinggang sang adik, dan wajah mereka sekarang berhadapan, membuat Kris dapat melihat jelas wajah kesal sang adik.
"Merajuk karena hukuman kemarin, ya? " Tanya Kris sambil mengunyel unyel pipi adiknya yang mulus itu.
"Hnngg! Jangan sentuh! " Samuel menepis tangan Kris dari pipinya.
"Aahh.. Lucunya.. " Batin Kris. "Baru bangun ya? Mau abang mandiin, hmm? "
"Nggak mau! " Tolak Samuel mentah-mentah.
"Kok nggak mau sih, baby? Mandi yukk.. Abis itu abang ajak jalan jalan, deh! " Bujuk rayu Kris membuat wajah masam Samuel berubah menjadi berseri-seri.
"Jalan jalan??? " Tanya Samuel dengan mata berbinar.
"Hmm.. " Balas Kris. "Tapi baby harus mau dimandiin sama Abang, okey? "
Samuel mengangguk semangat. "Tapi abang jangan bohong loh! "
"Abang nggak akan bohong, boy.. "
"Janji? " Samuel mengacungkan jari kelingking nya ke sang kakak, dibalas baik oleh sang kakak.
"Yeayyy! Akhirnya gue bisa jalan jalan!! "
.
.
.
.
"Yeay! Yeay! Jalan jalan! " Pekik Samuel kegirangan. Saat ini ia sedang dipakaikan baju oleh sang kakak, sebelumnya tubuhnya diolesi minyak telon dan bedak bayi, aroma tubuhnya sangat wangi, mampu membuat Kris kecanduan untuk menghirupnya.
"Abang! Ayo! Sam udah selesai gini loh! " Ajak Samuel bersemangat.
"Sstt.. Baby boy.. Masih belum. Abang belum menguncir rambut belakangmu". Ujar Kris lalu menguncir rambut Samuel yang panjang agar tidak mengusik anak itu nanti.
" Ah.. Imutnya adikku ini". Gumam Kris setelah selesai mendandani Samuel, adik kecil kesayangannya itu.
Ia memberikan sekotak susu pisang untuk Samuel dan diterima dengan baik oleh anak menggemaskan itu.
"Let's go, baby! " Ajak Kris sambil menggandeng tangan Samuel, mengajak anak itu pergi bersamanya.
Saat ia baru membuka pintu kamar Samuel, ia mendapati Blacky yang membungkuk sopan padanya. "Tuan, anda dan Tuan Muda Samuel akan ke mana? " Tanya Blacky padanya formal.
"Jalan jalan sebentar". Jawab Kris. " Ayo baby boy.. " Ajaknya lembut dibalas anggukan manis oleh adiknya itu.
.
.
.
.
"Abangg.. Mau es krim! " Rengek Samuel pada Kris saat ia melihat penjual es krim di taman kota tempatnya saat ini bersama dengan sang kakak.
"No, baby.. Kau baru saja sembuh. Nanti Daddy akan marah kalau tahu kau memakan es krim". Tolak Kris lembut.
Samuel cemberut. " Abang.. Sam janji nanti nggak bakal sakit! Beliin Sam es krim ya? Plissss!!! " Samuel memohon. Tangannya menyatu di depan wajah, ia menatap wajah abangnya dengan puppy eyesnya itu.
Kris hendak kembali menolak, namun melihat mata Samuel yang sepertinya ingin menumpahkan cairan bening saat ini juga, membuat Kris menghela nafas. "Okey. Hanya kali ini ya boy.. "
"Abang baik, dehhh.. " Samuel tersenyum senang.
Senyum tipis ikut tercetak di wajah tampan Kris. Ia senang melihat Samuel yang bahagia sekarang. "Ayo ikut Abang ke penjual Es Krimnya. Jangan ke mana mana, ya? Nanti kalau kau sampai hilang, Daddy akan mengamuk lagi". Ujarnya diangguki oleh Samuel.
Mereka pun mulai melangkahkan kaki mereka menuju penjual es krim yang dimaksud oleh Kris, Kris memesankan es krim rasa Vanilla untuk sang adik lalu menemani anak itu duduk di salah satu kursi taman.
Samuel menjilati es krimnya hingga belepotan, Kris terkekeh melihat kelakuan adiknya itu. "Setelah ini langsung pulang ya? Abang takut Daddy akan marah kalau kita keluar lama". Ujarnya dibalas anggukan patuh oleh sang adik.
Setelah menghabiskan es krimnya dan bekas es krim di wajahnya dibersihkan oleh Kris, Samuel pun diajak kembali pulang. Ia tampak lebih senang daripada sebelumnya namun saat matanya menangkap sosok pria yang sangat dikenali olehnya, Tiba-tiba langkahnya berhenti, matanya memanas saat itu juga.
Ia melihat Papanya—yaitu Javier Agrava berjalan memasuki mobil yang terpakir tak jauh dari tempatnya berada, dengan tergesa Samuel berlari ke arah mobil Papanya, membuat Kris terkejut saat itu juga.
"Papa! " Teriak Samuel, namun terlambat karena mobil Javier telah meninggalkan taman kota.
"Samuel! Kenapa kau berlari seperti itu?! " Kris mencekal tangan Samuel.
"A-abang.. I-itu.. I-itu tadi mobil-"
"Ayo pulang! "
"T-tapi abang.. I-itu.. P-papa.. "
"Jangan membantah, Samuel! " Bentak Kris membuat tubuh Samuel bergetar. Mata anak itu berkaca-kaca.
Kris menghela nafas. "Pulang, okey? Kau pasti lelah".
" Papa.. Juna kangen.. Kenapa papa nggak berhenti tadi? Apa papa nggak kangen sama Juna sekarang? "
Dengan terpaksa, Samuel menuruti keinginan Kris. Ia menggigit bibir ranumnya kuat, menahan air mata yang ingin mendesak keluar.
Ia merindukan keluarga aslinya. Ia merindukan segalanya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juna Or Samuel? [TAMAT]
FanfictionJunartha Malendra Agrava, laki-laki dengan sifat jahil dan bobrok itu mengalami nasib buruk akibat menjahili temannya yang berujung terpeleset di tangga dan nyawanya tak dapat ditolong. Namun bukannya pergi ke alam baka, jiwa Juna malah nyangkut...