Perang belum usai dalam hidup Wonwoo Rimba Jati. Luka yang dipikul sedalam samudera, tak ada satu orang pun berani menyelami. Bahkan mungkin berakhir tenggelam dan mati--sama seperti dirinya kini.
Tapi ada satu kebaikan yang Tuhan sisakan untuknya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
_____ __ __ _____
17 Juli 2012
“ADAapa sih rame banget?”
“Oh, itu ... biasalah ada yang ulang tahun kasihkejutan.”
“Kejutan?”
Mingyu mengerutkan kening. Daripada sebuah kejutan, bising yang bersumber dari lapangan basket lebih menganggu daripada suporter bola. Tawa sepuluh murid laki-laki yang saling merangkul bahu, kompak membuat barikade berbentuk lingkaran persis tarian di depan api unggun. Membuat Mingyu yang penasaran memberanikan diri untuk mendekat, yang ternyata tawa itu terdengar salah karena objek yang ditertawakan adalah anak laki-laki dengan sekujur tubuh basah kuyup.
Refleks Mingyu membelah barikade, memaksa masuk dan menghambur untuk memeluk bahu anak laki-laki yang gemetar itu. Aroma pesing dan busuk air gotdari seragam basah itu membuat rahangnya mengeras. Menatap nyalang sekumpulan murid seumurannya yang masih tertawa seolah tindakan yang dilakukan hiburan belaka.
“Apa-apaan ini? Kalian ngebully di lingkungan sekolah?!”
Decih protes dari salah satu murid yang berdiri di depannya. “Nggak usah ikut campur, lo nggak diajak.”
“Demi apa sih gak asyik banget. Kita ketawa karena lagi rayain ulang tahun dia lah. Bukannya lo tahu yang namanya ulang tahun harus dirayakan dengan tawa sukacita? Saking pedulinya kita kasih kado juga. Tuh dia suka, sampe nangis terharu gitu.”
Mingyu tak tahan mendengar nada tanpa dosa keluar dari lawan bicaranya, mencengkram kerah seragam dan mendorongnya ke tanah.
“Jaga bicara lo! Ini bukan perayaan ulang tahun, ini perundungan! Sekarang minta maaf, atau gue laporin ke guru BK tindakan biadab kalian.”
“Bacot lo anjing,” Mingyu tersungkur namun tidak sampai jatuh saat anak itu balas mendorong bahunya. “Gak usah sok peduli. Lo cuma orang luar. Urusan gue mau ngapain bukan urusan lo. Kalau berani sini, lawan gue biar gue buat babak belur tampang songong lo.”
“Bro, udah. Mending jangan diladenin lagi, dia anak yang punya yayasan sekolah ini.”
“Hah? Lepasin! Gue belum kasih pelajaran si monyet ini.”
“Udah anjirrr, ayo balik.”
Kalah suara, pentolan murid yang memprovokasi dibawa oleh sembilan temannya meninggalkan lapangan. Mingyu menepuk seragam yang berdebu, lumayan keren juga dia jadi pahlawan kesiangan.