_____
__
__
_____28 Desember 2013
“AW, SAKIT. Pelan-pelan dong.”
“Salah sendiri ngisengin kucing. Kena cakar kan, besok-besok cari kucing gede sekalian biar wajah juga kena cakar.”
“Ih, Jati galak. Gak suka.”
“Manja banget River. Luka segini mah gak ada apa-apanya.”
“Tapi sakiiiiiitttt, tuh lihat dalem banget lukanya. Banyak juga darahnya. Kalau aku mau cebok gimana coba? Perih dong pas kena airnya?”
“Sebenernya ini gak akan terjadi kalau kamu gak cari gara-gara sih.”
“Tetap aja kamu harus lembut pas treatment aku. Aku lagi kesakitan Jatiiii, mau peluuuuuk mau disayang-sayang.”
Bukannya meladeni rengekan Mingyu, Wonwoo membungkus kepala si lawan bicara dengan kresek hitam. Lebih memilih fokus mengoles betadine di telapak tangan kanan dan kiri milik lelaki bongsor itu, lalu menempelkan plester motif hewan yang dibeli di warung terdekat.
Senyumnya menyembul tipis kala menemukan bibir Mingyu mengerucut lucu. Badan saja boleh besar, tapi nyalinya hanya secuil kuku. Padahal agenda malam ini akan menghabiskan malam minggu di akhir tahun 2013 dengan hal seru. Tapi belum apa-apa Mingyu terkena musibah. Tahu jika Wonwoo menyukai kucing, dia inisiatif mengejar kucing liar yang berkeliaran di area tersebut. Bermaksud memberikan pada Wonwoo, namun dua telapak tangannya tumbang lebih dulu. Habis menjadi korban cakaran kucing liar nan barbar.
“Udah kok, gak akan sakit lagi. Tiga hari juga sembuh, asal sering diganti plesternya.”
“Kalau aku gak bisa makan, kamu yang suapin aku ya!”
“Tangan kamu cuma kecakar, River. Bukan patah.”
“Aaaaah, Jati gak peka.”
Tak tahan, Wonwoo meledak dalam tawa. Membuat Mingyu bingung tapi ikut tersenyum, sedikit malu karena hal ini dia jadi tidak terlihat keren di hadapan Wonwoo. Tapi seumur hidup memang baru kali ini Mingyu dicakar kucing. Rasa perih meski sudah diobati cukup mengganggu momen yang ingin dilalui penuh suka cita dengan sahabat spesialnya itu.
“Beneran sesakit itu?” Wonwoo menatap mata Mingyu dengan raut khawatir.
“Beneran dong, masa aku bohong? Sakit banget ini.”
“Ya udah sini, biar aku tiupin.”
Tak mampu menyembunyikan senyum kemenangan, Mingyu menyodorkan telapak tangan yang digenggam lembut oleh Wonwoo. Memerhatikan wajah manis itu meniupi lukanya dengan tak kalah lembut, bahkan mendoakan kesembuhan membuat Mingyu melambung tinggi ke angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
drowning
FanfictionPerang belum usai dalam hidup Wonwoo Rimba Jati. Luka yang dipikul sedalam samudera, tak ada satu orang pun berani menyelami. Bahkan mungkin berakhir tenggelam dan mati--sama seperti dirinya kini. Tapi ada satu kebaikan yang Tuhan sisakan untuknya...