16. Hukuman!

356 65 6
                                    

Jam pelajaran sedang berlangsung, semua murid masih fokus dengan guru di depan mereka. Namun, berbeda dengan Gio dia sedari tadi tak bisa fokus karena sehabis kelas dia harus ke ruang BK memenuhi panggilan dari guru BK. Dia terus melamun dan sama sekali tak memperhatikan guru yang ada di depannya.

Di sebelahnya Daniel cukup heran dengan tingkah Gio yang tak biasa, dia menepuk pundak Gio membuat Gio mengalihkan pandangannya ke arah Daniel dan menatapnya dengan tatapan datar.

"Lu kenapa? Sakit kah lukanya?" Tanya Daniel penasaran dengan apa yang dirasakan Gio saat ini, tapi Gio tak menjawab membuat Daniel menghelakan nafasnya dan memutarkan matanya malas. Akhirnya dia menyerah, membiarkan Gio dengan isi pikirannya itu. Dia rasa apa yang guru terangkan di depan lebih penting untuk saat ini, walaupun dia tak terlalu paham dengan itu.

Kembali ke Gio, sepertinya apa yang dia pikirkan cukup banyak. Karena selain memikirkan masalah kemarin, Gio juga memikirkan bagaimana hubungannya dengan Shani setelah ini. Dia sudah mulai nyaman dengan Dey, dan saat seperti ini Shani baru bisa digapai. Dia berpikir betapa jahatnya dia kalau harus mengikuti ego-nya untuk memiliki Shani, sementara Dey secara terang-terangan menunjukan rasa suka padanya.

"Niel" Panggil Gio pada Daniel. "Menurut lo, mending gw sama Shani apa Dey?" Tanya Gio tanpa menoleh kearah Daniel dan tetap menatap ke arah luar jendela.

Daniel yang mendengar itu tentu saja bingung, kenapa tiba-tiba saja Gio bertanya demikian. "Lah pertanyaan lu konyol banget dah!" cibir Daniel "Tapi saran gw nih, mending lu coba aja sama Dey. Jarang-jarang ada cewek kayak dia soalnya" Ucapnya lagi.

Gio yang mendengar itu semakin dibuat bingung dia merebahkan kepalanya kemeja dengan tangan sebagai bantalnya, dia dibuat pusing dengan masalah Cio ditambah dia masih ragu dengan pilihannya.

Namun, disaat sedang asik melamun dia seketika menghelakan nafasnya saat mendengar bel istirahat berbunyi. Untuk pertama kalinya dia benci dengan jam istirahat, dia belum siap dipanggil ke ruang BK. Bukan karena takut, melihat bundanya menangis kemarin, dia tak mau membebani bundanya lagi.

"Gi-" ucapan Daniel yang hendak mengajak Gio untuk makan tiba-tiba terpotong karena salah satu murid kelas lain yang memanggil Gio dan mengatakan dia di tunggu di ruang Bk.

"Kalian istirahat duluan aja" Ujar Gio sambil bangkit dari duduknya dan berjalan sempoyongan menuju ke luar kelas.

Sesampainya di depan ruang BK, dia mengerutkan keningnya melihat ada Feni, Sisca, Jinan, Shani, dan Anin terduduk di bangku depan ruang BK. Dia tak tahu jika para kakak kelasnya itu dipanggil juga ke ruang BK, dia kira bundanya hanya akan melaporkan dirinya dan Cio saja.

"Gi" Panggil seseorang dari arah belakangnya, dia menoleh kebelakang mendapati Dey yang datang bersama Muthe juga.

"Loh kalian?" Tanya Gio menunjuk ke arah Dey dan Muthe yang tampaknya hubungan mereka tidak baik-baik saja.

Tak lama pintu ruang BK terbuka dan keluarlah guru BK memandangi mereka semua secara satu persatu lalu berakhir menatap Gio yang berdiri tak jauh dari pintu.

"Gio masuk!" Titah sang guru BK membuat Gio hanya bisa mengangguk dan masuk ke dalam, setelahnya masuk pintu BK tertutup.

Di dalam sudah ada Melody dan juga ada satu guru BK wanita disana, tak lupa juga Cio terduduk di salah satu sisi sofa yang ada di dalam ruang BK. Kemudian tanpa Gio sadari, dibelakangnya sudah ada kepala sekolah.

"Kalian ini hobi banget berantem" Komentar sang kepala sekolah membuat Gio spontan menoleh kebelakang dan mendapati kepala sekolahnya itu berdiri dengan secangkir kopi di tangannya. "Saya kesini mau santai-santai minum kopi sama pak Budi padahal" Ujar sang kepala sekolah bernama Pak Akbar.

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang