-Cup-
Carla mengecup lembut bibir suaminya yang masih terbaring di ranjang dengan hanya mengenakan celana boxer. "Pagi, sayang." Bisiknya pelan di telinga Donny.
Donny terjaga ketika mendengar suara Carla di telinganya namun ia tidak lantas membuka matanya. Ia menggeliat dan berguling kearah datangnya suara lalu memeluk tubuh istrinya yang berada tepat di sebelahnya. Membuat wajahnya saling berhadapan satu sama lain. Donny membuka mata lalu menatap wajah istrinya itu. "Pagi, cinta." Ucapnya sembari tersenyum lalu mengecup lembut bibir Carla.
Carla menarik bibirnya "Bau kain pel." Ucap Carla dengan nada mengejek.
Donny tergelak. "Masa? Tapi biar mulut aku bau begini, ini mulut sakti tau."
"Mana ada mulut bau jigong, sakti?"
"Dih, mulut aku ini bisa bikin kamu uget-uget keenakan nih. Mau coba?" Donny menggoda Carla. Ia dengan cepat bergerak ke bagian bawah tubuh Carla.
Carla yang mengerti maksudnya, segera menahan tubuh Donny. "No, no. Gak mau!"
Donny bersikeras. Ia terus menciumi perut Carla, sampai ke bagian pusar. Membuat Carla merasakan sensasi merinding di sekujur tubuhnya. Seolah ada sengatan listrik kecil yang bergerak cepat dari bagian perut sampai ke ujung kepalanya.
"Sayang, udah ih." Mohon Carla. Andai hari itu hari libur mungkin ia akan membiarkan Donny melakukan apapun. "Aku mau anter Tasya sekolah, yang."
Donny yang sedang menciumi perut ramping Carla mendongak melihat Carla yang sedikit memelas. "Masih bisa lah." Jawabnya santai.
"Ngaco, ini udah mau jam enam. Belum lagi harus bangunin Tasya dulu, mandiin, suapin." Protesnya.
Donny menyela "Ah, bisa. Kamu kan hebat. Yuk bisa yuk." Candanya. Ia kembali menciumi perut Carla yang terlihat putih dan mulus.
Seketika itu pula ponsel Donny mengeluarkan denting nada dering tapi ia menghiraukannya dan terus mengecup perut Carla. Namun bunyi denting ponsel yang berbunyi terus menerus rupanya dirasa sedikit mengganggunya.
Carla terlihat sedikit senang walaupun dalam benaknya ia juga menginginkannya. "Angkat dulu, sayang. Siapa tau penting." Kata Carla lembut.
Dengan malas Donny menghentikan kegiatannya. Ia juga sedikit penasaran hal penting apa yang mengganggunya sepagi itu. "Huh. Gak tau timing." Gerutunya.
Donny bergerak dengan malas meraih ponsel yang berada diatas meja di samping ranjang. Ia melihat nama Mang Didin yang meneleponnya. "Mang Didin? Ada perlu apa nelpon gue pagi-pagi?" Ia membatin dan menahan sejenak sebelum menerima panggilan tersebut.
-Tut-
"Halo, mang." Sapanya sembari menyandarkan punggungnya di headboard ranjang membuat posisinya menjadi setengah berbaring. Ia menahan lengan Carla yang hendak bangkit dari ranjang. Donny memberi isyarat dengan matanya untuk tidak beranjak.
"A, punten ganggu pagi-pagi." Sahut Mang Didin.
"Iya gak apa-apa. Ada apa, mang?" Tanya Donny sembari mendekap Carla menahannya untuk tetap berada di sisinya. Carla menuruti. Ia menyandarkan kepalanya pada dada bidang Donny.
"Saya sama temen-temen ijin hari ini kerja setengah hari. Cuma sampai siang aja."
"Lho, kenapa?" Tanya Donny heran.
"A Donny tau Arthur yang pernah kerja di bengkel?"
Donny mencium lembut puncak kepala Carla yang berada di dadanya. "Oh iya. Yang langsung gak masuk setelah insiden dulu di bengkel?" Donny mengkonfirmasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Bayangan
ActionSebuah sekuel dari Bintang diatas Balkon. Mengisahkan tentang kehidupan selanjutnya setelah konflik yang terjadi pada seri Bintang diatas Balkon. Dendam Roy, kepada Donny dan Iwan yang telah menghancurkan keluarganya.