-- 6. Fraud --

23 14 1
                                    

-Ting- -Ting-

Sendok dan garpu berdenting terus menerus tanpa henti di piring Iwan yang masih dengan lahapnya menyantap hidangan Rawon dan nasi hangat di depannya. Eyang Uti yang duduk di sebelah Iwan hanya menatap sembari tersenyum kearah Iwan yang masih dengan lahapnya menyantap makanan yang tersaji di hadapannya. Sepintas seperti kembali di masa lalu dimana Iwan kecil yang sedang asyik makan rawon dengan lahapnya sampai belepotan di pipi.

"Kamu urusan makan gak berubah." Kata Eyang Uti.

"Iwan mah kalau urusan makan rawon buatan Uti, gak bakalan berubah." Sahutnya dengan mulut penuh.

"Ah, rawon kan dimana-mana banyak yang jual. Lebay kamu."

"Beda, Ti. Iwan udah nyobain rawon dimana-mana. Rasanya gak sama kayak buatan Uti." Sanggah Iwan sembari menyendok suapan nasi terakhir. "Iwan tambah nasi ya, Ti?"

"Ya ambil sana di Magic Com."

Iwan berdiri lalu membawa piring kosongnya serta kearah Magic Com. Ia membuka tutup Magic Com dan seketika mengepulkan uap panas. "Iwan minta resepnya Uti sampai sekarang gak pernah dikasih. Ajarin sih, Ti." Ujarnya sembari menyendok nasi hangat kedalam piringnya.

"Gak ah!" Jawab Eyang Uti.

"Lah kok gitu? Pelit banget." Protes Iwan.

"Ya, cuma itu kan yang bisa bikin kamu kesini terus?" Jawab Eyang Uti. "Nanti kalau kamu udah bisa sendiri, kamu gak mau lagi main kesini."

Iwan menyambar cepat. "Ya gak gitu lah, Ti. Masak Iwan tega begitu sama Uti." Jawabnya sembari duduk kembali di kursinya lalu menyendok mangkuk yang berisi rawon ke piring yang sudah berisi satu porsi nasi. "Kita semua sayang Uti kok. Tenang aja. Apalagi masakan-masakan uti. " Jawab Iwan sembari nyengir.

"Hmm... tetep aja kangennya sama masakan Uti aja." Jawabnya sembari cemberut "Eh ngomong-ngomong, gimana kabar anak sama istrimu?" Tanyanya dengan ekspresi yang langsung berubah ceria.

"Baik, Ti. Eh iya, weekend ini kita ada rencana mau nginep disini ya. Jessie udah kangen banget sama Uti." Jawab Iwan sebelum menyendok makanan ke dalam mulutnya.

"Bagus dong. Kalau bisa sih seminggu gitu nginep sini. Atau sebulan. Setahun juga gak apa-apa." Mohon Eyang Uti.

"Jessie sekolah, Ti."

"Ya pulang sekolah kan bisa?"

"Dia banyak les-les gitu abis pulang sekolah. Sampai rumah bisa pulang sore. Kalau mampir kesini takut kecapean. Kasian." Kata Iwan sembari memasukan suapan terakhir ke mulutnya.

"Emang kamu gak mau nambah anak lagi?" Tanya Eyang Uti.

"Mau. Cuma masih belum dikasih sama Tuhan, gimana?" Jawab Iwan sambil mengunyah makanannya dan memegang perutnya yang terasa penuh.

"Kan kalau cicit Uti banyak makin tambah ramai gitu rumah Uti, kalau mereka lagi kesini." Kata Uti. "Cucu Uti kan cuma kamu doang." Tambahnya sembari melambai ke Asisten Rumah Tangga seolah memberi kode untuk mengangkat piring Iwan yang sudah kosong.

"Iya, nanti ya. Iwan bikin sebelas cicit biar rame." Nyengirnya. Ia meminum air di gelas setelah ART mengangkat piringnya. "Makasih ya, mbak." Kata Iwan ramah.

"Iya, den." Jawab sang ART.

"Kayak kamu kuat aja." Ledek Uti yang kemudian bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju kamarnya.

Iwan mengeluarkan bungkus rokok dari sakunya. Kebiasaan perokok setelah makan. "Iwan di pool ya, Ti." Kata Iwan setengah berteriak dan berjalan ke kolam renang di belakang rumah.

Jejak BayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang