Happy reading
And thank you.*****
[Paman dewasa.]
Sekarang, Weinz bisa merasakan duduk lebih nyaman daripada di tanah yang keras, duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja bundar, menghadap Neo yang juga duduk di seberangnya, tidak lupa dengan sepiring buah stroberi yang belum habis dimakan.
Mereka duduk di salah satu gazebo, dengan atap yang menaungi diri mereka dari sinar matahari, udara segar menjadi makanan mereka yang harus dihirup setiap kalinya.
Kaki Neo di atas satu kakinya, ia mencondongkan tubuhnya ke depan, "Pertama, akan aku tanyakan padamu lagi, kau mengatakan padaku jika kau melihat pola bundar di leher adikmu, bukan? Bisa jelaskan lebih detail walaupun kau tidak terlalu mengingat?"
Otak kecil Weinz menguras memori yang selalu terputar di benaknya saat mengingat adik satu-satunya, memang benar ia tidak terlalu melihat akan pola itu, namun, "pola bundar, yang dikelilingi oleh beberapa bintang kecil, berwarna hitam, namun, garis bundarnya memancarkan sinar ungu." Hanya ini yang dia lihat.
Neo mengangguk, mencoba mencocokkan dengan yang pernah dia lihat, "Dengan garis segi tiga maupun kotak bertabrakan dengan garis bundar?" Ia menambahi perkataan Weinz.
"Mungkin saja," ucap Weinz ragu. Ia tidak terlalu mengingat akan hal itu, namun, mengingat garis bundar yang agak rumit dan bertabrakan, sepertinya perkataan Neo benar adanya.
Neo menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sembari menghela nafas, "Ya .... Seperti, ini?" Tangan kiri Neo mengeluarkan secarik kertas dari saku bajunya, membuka lipatan kertas dan meletakkan membiarkan terbentang di atas meja.
Perlakuan Neo tidak luput dari pandangan Weinz, ia melihat setiap gerakannya, menatap selembar kertas yang terbentang di atas meja, suatu gambar terlukis di kertas.
"Apakah—! Bagaimana anda tau?" Pertanyaan terlontar dari mulut Weinz, matanya terbelalak, bagaimana dia tau? Pikirnya praktis.
Neo kembali mengambil buah dan memakannya, ia mengangkat bahu, "sudah kubilang, kan? Aku harus menangkap iblis itu juga. Dan, apa kau tau? Pola ini, asal mulanya?"
"Tidak ..." Ia bergumam, memang benar ia tidak mengetahui apapun, ia hanya melihat pola aneh itu tergambar di leher adiknya, dan perlahan menghilang, dia pikir, itu tidak penting, dan hanya halusinasi nya saja.
Ia melontarkan pertanyaan yang sama, "Anda tau?" Pada Neo.
Neo menatap Weinz dengan serius sejenak, mengunyah buah yang masih di dalam mulutnya lalu menelan, "Tidak, jika aku tau, aku tidak akan bertanya dengan mu," ucap Neo, ekspresinya yang serius luntur di gantikan dengan ekspresi yang seperti 'kau benar-benar bertanya?'
Weinz merutuki kebodohannya, "Benar juga," ia bergumam pelan, mengambil kertas yang di letakkan Neo, mengamatinya, bentuk, dan garisnya.
[Bodoh.]
"Seperti yang kau lihat saat itu?"
"Ya ... mirip."
"Hanya mirip?"
"Saya agak melupakannya, aku bilang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead or Alive [Slow up]
Random-D'O'A- Arez, remaja laki-laki dengan sikap yang acuh tak acuh, pembangkang, sering memberontak dan nakal. Namun, dengan siapa ia akan mengubah sikapnya itu? Teman? Mungkin kurang. Kekasih? Ia sudah bersumpah tidak akan jatuh cinta dengan mudah lagi...