Yo!
Gw up!
Baca lagiiVote
Happy reading :')
*****
"Apa karena tuannya itu yang menyuruhnya untuk menyembuhkan mu saja? Dan tidak menyebutkan nama ku? Aakhh..." Lanjutnya, mengacak-acak rambutnya sendiri.
(Apa kau cemburu, sean?)Ok, itu cuman bercanda.
"Sudahlah, hm.. apakah kau tahu orang itu?.. maksudnya apakah kau lihat muka orang tadi?" ujar Vyis, mengalihkan pembicaraan daripada dia mendengar ocehan temannya itu terus. Juga..kenapa kau jadi seperti orang yang sangat stres?
"Kalau itu, aku tidak. Yang kulihat cuman hidungnya yang mancung dan memiliki rahang yang tegas ... ah! Kalau ku ingat lagi, aku sempat melihat matanya yang agak unik? ..." ucap Sean menjelaskan, kalimatnya menggantung.
"Apa?"
"Matanya berbeda."
"Katakan intinya saja, bodoh!" Ujar Vyis tak sabaran, sehingga mengumpat Sean.
"Warna bola matanya berbeda, sebelah."
"Benarkah? Itu agak langka kan? ... maksudku, aku baru mendengar kasus berwarna yang berbeda itu, kalau berwarna langka tapi sama sudah biasa aku dengar." Ucap Vyis mengeluarkan pendapatnya.
"Benar, lagi-lagi aku setuju dengan mu," ujar Sean membenarkan pernyataan Vyis.
"Sialan! Aku lupa untuk membalas budi atau tidak menanyakan siapa dirinya! ... sial, kau sangat bodoh Sean!" ucap Sean, menyumpah serapahi dirinya sendiri, sambil memukul-mukul kepalanya pelan.
"Apa-apaan itu kau, Sean? Apa kau pengen menjadi bodoh lagi, Huh? Emang untuk apa kau se-inginnya seperti itu."
"Hah.. sudah mulai, bajingan! ... Panas sial!"
"Bisakah kau dinginkan pergelangan tangan ku ini?.. panas, begini kah orang-orang yang terkena sihir api-ku?" mengarahkan pergelangan tangannya didepan wajah Vyis, menatapnya dengan tatapan yang memohon, dengan paksa Vyis sedikit membekukan tangannya itu.
"Kenapa? Apakah kau itu terkena kutukan atau, apa?"
"Lebih tepatnya.. karena sumpah yang tidak terpenuhi."
.
.
."Ini, milik anda, 'kan?" ujar Ran. Memperlihatkan sebuah kalung yang Neo berikan padanya tadi.
"Ah! I-iya, ini milik saya, terima kasih banyak, tuan. Telah mengambilkan kalung ini, kalung ini adalah pemberian cucu saya, sangat berharga." Pemilik toko itu mengambil kalung tersebut dan memeluknya.
"Sebagai gantinya, saya akan membelikan kue yang anda inginkan tadi, Feys!" Meninggikan nada suaranya diakhir ucapannya.
Tak lama Feysen- datang, atau sering dipanggil Feys itu, keluar dari dapur dan membawa sekantong kertas yang berisikan kue-kue. Lalu ia berucap, "Baik nek! Ini tuan, Selamat menikmati, dan saya juga sangat berterima kasih atas bantuan yang anda lakukan," dan menyerahkan kantong tersebut pada Neo, dengan senyuman tercetak indah diwajahnya.
"Ran, bayar itu." Suruh Neo, melihat Ran yang berada di belakangnya berdiri, dan mengeluarkan kantong kain yang disampul pakai tali, dan yang tentunya berisi koin-koin emas itu, sebagai alat pembayaran.
"Tidak perlu tuan, saya-"
"Saya tidak mengharapkan imbalan, dan juga, saya mengejar orang tadi tidak juga berniat mengambil kalung milik anda, saya juga punya urusan dengan orang tersebut," potong Neo pada pemilik toko yang mau menyanggah, lalu berjalan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead or Alive [Slow up]
De Todo-D'O'A- Arez, remaja laki-laki dengan sikap yang acuh tak acuh, pembangkang, sering memberontak dan nakal. Namun, dengan siapa ia akan mengubah sikapnya itu? Teman? Mungkin kurang. Kekasih? Ia sudah bersumpah tidak akan jatuh cinta dengan mudah lagi...