“Akh... hah... ini di mana?” Aslan terbangun dan mencoba untuk duduk. Ia terbangun di sebuah gubuk. Gubuknya terlihat sangat buruk, ada banyak lubang di dinding dan atapnya. Lantainya berupa tanah, dan tempat Aslan berbaring adalah sebuah tikar anyaman yang sudah lapuk, sementara selimut yang menutupi tubuhnya terbuat dari kain-kain sobek yang dijahit menjadi satu.
Beberapa saat kemudian, pintu pun terbuka, dan muncullah seorang anak berumur sekitar 13 tahun. Rambutnya hitam dan berantakan, matanya hijau terang seperti giok. Saat dia melihat Aslan, dia berbalik dan berteriak.
“Kakak! Kakak! Orang yang kita temui semalam sudah terbangun!” teriak anak itu.
“Siapa kau?” tanya Aslan.
“Akulah yang seharusnya bertanya, siapa kau?” teriak anak itu.
“Tenanglah, Ishak.” ucap seorang gadis yang muncul dari belakang anak itu. Gadis itu terlihat berumur sekitar 15 tahun. Sepertinya dia adalah kakak yang dimaksud oleh anak itu. Terlihat ia memiliki warna mata dan rambut yang sama dengan adiknya.
“Kami melihatmu jatuh dari tebing semalam saat mengumpulkan tanaman herbal. Untungnya kau terjatuh di sungai, lalu kami membawamu ke sini” ucap gadis itu menjelaskan.
“Benarkah? Terima kasih.” ucap Aslan.
“Sama-sama. Oh iya, namaku Amanda dan ini adikku, Ishak. Namamu siapa?”
“Namaku... namaku Galang,” ucap Aslan, menyembunyikan identitasnya.
Kecanggungan pun muncul di antara mereka untuk beberapa saat.
“Hahaha, baiklah kalau begitu. Kami akan mencari herbal dulu. Kau bisa tinggal di sini sampai sembuh. Ayo, Ishak,” ucap Amanda, lalu pergi.
“Mereka cukup aneh. Mereka tanpa ragu meninggalkan orang asing di rumahnya. Apa mereka tidak takut jika aku mengambil barang-barang berharga?” gumam Aslan sambil melihat sekitar.
“Sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kandang kuda di istana bahkan lebih baik daripada gubuk ini” ucap Aslan, lalu berdiri dan keluar dari gubuk itu. Dari dekat tampak sebuah desa di timur, dan dari jauh tampak sebuah gunung di sisi barat. Kemungkinan besar dari tebing di gunung itulah Aslan melompat.
“Ini membingungkan. Dengan ketinggian tebing yang aku lompati, seharusnya aku tidak dapat bangun untuk beberapa hari”
Di sisi lain, Amanda juga memikirkan hal yang sama.
“Kakak, ada apa?” tanya Ishak karena melihat kakaknya terlihat kebingungan.
“Kita sendiri yang melihatnya jatuh dari tebing semalam. Dengan ketinggian tebing itu, bertahan hidup saja sudah bisa disebut sebagai berkat, tapi dia terlihat sehat sekarang. Tidakkah itu aneh?” ucap Amanda.
“Mungkin saja dia itu pengguna energi” ucap Ishak asal bicara.
Amanda pun terdiam. Dia baru kepikiran tentang itu sekarang. Entah kenapa wajahnya terlihat takut.
“Apa yang harus kita lakukan? Mungkin saja dia itu orang yang berbahaya” ucap Amanda khawatir.
“Hmmm... tapi dia tidak terlihat seperti orang jahat” ucap Ishak sambil menatap kakaknya.
“Kau benar, dia tidak terlihat seperti orang jahat... semoga.”
Kembali ke Aslan. Saat ini dia sedang melatih tubuh fisiknya. Dia masih belum bisa menggunakan energi tors, jadi Aslan hanya bisa melatih tubuh fisiknya sekarang.
Tempat ini sedikit aneh. Biasanya, energi tors yang dihasilkan makhluk hidup akan menyebar ke alam, namun di tempat ini, semua energi tors selain yang sudah disimpan dan yang langsung diserap tubuh akan diserap tanah. Hal ini membuat Aslan hanya bisa mengumpulkan energi tors yang dihasilkan tubuhnya. Dia tidak bisa menyerap energi tors dari alam karena energi tors di alam akan langsung diserap oleh tanah dengan cepat.
“Tempat ini mungkin sudah berada di wilayah Kerajaan Ardan” ucap Aslan.
Berdasarkan peta yang dilihatnya sebelumnya, Aslan harus pergi ke arah timur untuk kembali ke desanya. Ia juga harus memutari Kerajaan Arganta, pusat kekaisaran. Jarak yang harus ditempuh Aslan lebih dari ribuan kilometer. Mungkin perjalanan ini akan memakan waktu bertahun-tahun jika Aslan belajar.
“Aku akan tinggal di sini sementara. Aku akan melatih fisikku sampai cukup kuat untuk menempuh perjalanan yang panjang” ucap Aslan.
Waktu pun berlalu. Aslan sudah menginap di sana selama beberapa hari. Setiap pagi dan sore, Aslan berlatih, dan di waktu siang, dia membantu mencari herbal untuk mengurangi beban mereka.
Selama beberapa hari ini, mereka sudah cukup dekat. Amanda dan Ishak yang awalnya cemas dengan kehadiran Aslan mulai menerima keberadaannya. Amanda semakin sering tersenyum kepada Aslan, dan Ishak sering bermain dengannya.
Di sisi lain, Aslan merasa nyaman dengan sifat Amanda yang lembut. Sepertinya Aslan dan Amanda sudah menumbuhkan ketertarikan satu sama lain dan saling menyayangi. Ia merasakan ketenangan saat dekat dengannya. Aslan juga merasa senang saat bermain dengan Ishak, yang sifatnya ceria dan mengingatkannya pada dirinya sendiri saat masih kecil.
Di sini, Aslan kembali merasakan kehangatan keluarga, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan saat berada di istana. Senyuman yang telah lama hilang, kembali ada diwajahnya.
Sekedar informasi, Amanda dan Ishak adalah yatim piatu. Kedua orang tua mereka meninggal saat Ishak masih kecil, dan Amanda pun terpaksa mengambil peran sebagai orang tua mereka.
***
Di sore hari, Aslan pergi berlatih seperti biasa. Saat dia berlatih, Ishak datang menghampirinya.
“Kak Galang, untuk apa kakak selalu berlatih setiap hari?” tanya Ishak.
Aslan terdiam. Dia sendiri tidak terlalu yakin mengapa dia terus berlatih. Dia tidak tahu apa yang akan didapatkannya jika sudah menjadi kuat. Sejujurnya, Aslan bahkan sudah tidak berharap bisa pulang ke desa kelahirannya. Jika dia pergi, dia belum tentu dapat kembali ke desa asalnya. Nama desanya saja Aslan tidak tahu. Lagipula, Aslan sudah merasa cukup bahagia di sini.
Aslan menatap Ishak cukup lama, lalu dengan spontan dia memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan anak itu.
“Kakak berlatih supaya kakak bisa menjadi lebih kuat dan dapat melindungi keluarga yang kakak sayangi.”
“Wah... Ishak juga ingin jadi lebih kuat, supaya Ishak bisa melindungi Kak Amanda” ucap anak itu dengan semangat.
Aslan tersenyum melihat Ishak yang begitu bersemangat. Dia terpikir untuk mengajari anak itu cara mengumpulkan energi tors, namun suara teriakan Amanda terdengar sehingga Aslan mengurungkan niatnya. Lagipula, Aslan juga belum tahu cara menggunakan energi ini, jadi dia memutuskan untuk mengajari Ishak ketika dia sudah cukup terampil.
“hey! ayo pulang”
“Iya, kami datang!” Aslan pun menggendong Ishak dan kembali ke gubuk
“Kalian selalu saja bermain. Apa kalian tidak lihat kalau langit sudah gelap” ucap Amanda mengomel mereka berdua.
Aslan yang tidak tau harus berkata apa, hanya bisa tersenyum sambil menggaruk kepalanya.
“Hah… kalian ini. Sudahlah, ayo masuk, aku sudah memasak untuk makan malam.
Aslan pun mengikuti Amanda masuk ke dalam gubuk.
“saat ini mereka lah tempatku untuk pulang”
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
My destiny: looking for peace (Volume 1)
FantasyBercerita tentang anak haram kaisar. Ibunya, seorang perempuan desa, ditiduri oleh kaisar secara paksa dan ditinggal begitu saja. Di usia dua tahun, ibunya meninggal dan diasuh oleh pamannya dengan penuh kasih sayang. Namun, ketika ia menginjak usia...