"Jika kau terus berbicara omong kosong di luar dan melakukan hal-hal bodoh ini, aku bersumpah kau tidak akan mendapatkan satu sen pun dari saham Yoo Corp..."
Suara merdu biola terdengar dari ujung telepon yang lain, bercampur dengan sumpah serapah serta kutukan yang terdengar nyaring.
Jeongyeon benar-benar merasa bahwa dia bisa melihat wajah jelek yang memerah sedang bicara di ujung telepon.
Dia menginjak rem dan lampu lalu lintas merah di malam hari menari-nari di wajahnya melalui jendela mobil.
Jeongyeon menarik napas dan berkata dengan tenang, "Apa kakek sedang bercanda? Saham Yoo Corp jelas di tinggalkan oleh ayah kepadaku dan bukan urusanmu untuk mengatur berapa banyak saham yang akan aku dapatkan. Lagi pula, aku juga tidak akan pernah menyerahkan properti ini pada orang lain..."
"KAU! Beraninya kau bicara seperti ini padaku?! Bahkan jika ayahmu mengakuimu, aku tidak sudi mempunyai cucu sepertimu uhukk...uhukk..."
Batuk keras terus keluar dan pelayan buru-buru menyerahkan air dan obat-obatan pada lelaki tua itu.
Jeongyeon mengetukkan jarinya ke kemudi dua kali dan mencibir, "Kau selalu seperti ini, kakek. Kau hanya memperhatikan cucumu yang beharga sejak aku masih kecil. Kau bisa memberikan bagianmu kepadanya atau siapa pun yang kau mau, tapi kau tidak bisa menyentuh sedikit pun milik ayahku. Kau tidak perlu mengancamku di sini. Besok pagi jam 9, kau bisa bertemu dengan pengacaraku..."
"Yoo Jeongyeon! Apa kau akan mengajukan tuntutan hukum denganku? Apa menurutmu kau bisa mengalahkanku? Dasar anak bodoh! Kau bahkan membatalkan pertunangan itu dan sekarang kau berani mengancamku.." kutukan di ujung telepon tidak kunjung berhenti dan malah semakin parah.
Jeongyeon menendang kakinya dengan keras ketika menekan pedal gas. Cahaya putih tiba-tiba menyala bersamaan dengan klakson yang tajam dan diiringi hantaman keras.
BANG!
BRAKKK!
Jeongyeon benar-benar merasakan seluruh tubuhnya diselimuti oleh panas selama sesaat dan kemudian dia tidak dapat mendengar apapun.
Musik biola, pujian palsu di jamuan makan, omelan serta kutukan yang mendominasi dan seruan hati-hati dari pelayan.
"Tuan muda, tuan muda..."
"........."
Dunia tiba-tiba menjadi sunyi. Jeongyeon sebenarnya merasa rileks sejenak, bahkan lebih rileks dari sebelumnya.
Putra tertua dari keluarga Yoo yang cerdas dan pekerja keras telah di usir oleh kakeknya karena tidak mau mematuhi perintahnya.
Ayahnya meninggal mendadak tepat ketika perusahaan yang dia dirikan mulai lepas landas.
Perusahaan pamannya diam-diam mendambakan perusahaan ayahnya.
Juga, sepupunya yang menyebalkan itu, si cucu paling berharga kakeknya.
Ahhh...
Mengapa kecelakaan mobil ini terjadi?
Itu pasti kecelakaan mobil, ya pasti hanya kecelakaan mobil.
Sial!
Sekarang semuanya menjadi lebih baik, lebih mudah bagi keluarga pamannya untuk menguasai semuanya.
Memikirkan semua ini, Jeongyeon sebenarnya merasa sedikit sedih. Dia telah berjuang begitu lama, tapi akhirnya meninggal tanpa memiliki satu hubungan pun dengan keluarganya.
Dia berusia 26 tahun. Dari kelulusan hingga memulai bisinis, dia telah berjuang dengan kecerdasan dan keberanian sampai hari ini untuk nyonya dan tuan Yoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where am i?
FanfictionJeongyeon mengalami kecelakaan mobil hingga merengut nyawanya. Ketika dia membuka matanya lagi, dia malah terbangun di tempat lain dan menjadi suami dari seorang wanita yang dingin dan kaya raya. Untuk bertahan hidup dan menyembunyikan rahasianya, J...