ㅡ O2. A Quiet Day? Not for Long.

183 72 42
                                    

Tumben sekali siang hari ini, suasana kos-kosan Pak Sumanto sedikit damai. Maven, Rasen, dan Jaival sudah berangkat tadi pagi. Si bongsor pun sudah pergi menghadiri kelasnya sejak satu jam yang lalu. Jayen hanya akan menghadiri 4 kelas saja.

Tersisalah tiga anak nakal yang herannya dari Jayen berangkat, mereka bertiga hanya ngomong seadanya. Sibuk pacaran sama handphone soalnya.

Selain itu, mereka bertiga mengambil kelas sore dalam semester mereka. Jadi sekarang, mereka mah santai-santai aja.

Sekarang, Hiran lagi main game billiard, kadang dia ngumpat pas bolanya nggak masuk atau ngga mukul Chandra yang duduk disebelahnya.

Nartha lagi nontonin penjelasan tentang astronomi biar pas Jayen cerita, dia ngga 'hah-heh-hoh'. Padahal dia nonton penjelasan ini juga ngelag otaknya.

Sebagai penggemar berat basket, Chandra nonton pemain basket favoritnya yang lagi tanding. Kadang dia teriak seneng atau nggak ngumpatin lawannya.

Kedamaian para tetangga akan berlanjut sampai sore nanti jika Hiran sudah menaruh ponselnya dan mulai muncul ide jahilnya.

"Nartha, Chandra."

"Hah?" sahut keduanya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Nartha, Chandra."

"Apasih, nyet?" Ini Nartha yang menyaut. Mana berani Chandra manggil orang dengan sebutan kasar atau hewan? Apalagi ke Rasen. Harus sopan sama yang lebih tua. Kalau marah 'kan ribet, ntar cepet tua.

"Orang kalau manggil tuh nengok."

Nartha dan Chandra langsung mengalihkan pandangannya ke Hiran. Namun, lelaki itu langsung beranjak dan melangkahkan kakinya ke dapur.

"Nggak jelas banget jadi cowok," gumam Chandra sambil melirik sinis ke Hiran lalu melanjutkan menonton pertandingan basketnya.

"Kalian nggak laper apa?" tanya Hiran dari dapur. Dia sedang membuat es teh. Panas cuy.

"Lo tadi nggak liat pas sarapan, gue ngabisin nasi semejikom?" tanya balik Nartha. Nggak semejikom sebenarnya, cuma 1/4 doang. Soalnya tadi malam, Nartha lupa buat makan. Jadi, Rasen nyuruh Nartha habisin nasi yang sisanya lumayan banyak di mejikom.

"Oh iya, masih kenyang ya?" Nartha mengangguk walau Hiran tak melihatnya.

"Masakin mie dong, bang," pinta Chandra. Sebab Hiran menanyakan hal itu, dirinya jadi pengen makan mie.

"Kemarin lo udah makan mie, ya," ucap Nartha dengan tegas.

"Seminggu ini baru makan satu kali, bang. Boleh lah... Ya? Ya?" Chandra menggoyangkan lengan Nartha sambil memohon.

Karena Nartha baik hati dan nggak kuat sama kelucuan Chandra yang buat dia mual. Akhirnya dirinya menganggukkan kepalanya, "Ini terakhir, ya. Lo boleh makan lagi minggu depan."

Wajah Chandra menjadi sumringah, ia menganggukkan kepalanya dan beranjak menghampiri Hiran yang sudah memasak mie duluan.

"Punya gue yang isi dua ya, bang!"

"Buset dah, gue laporin ke Rasen, ya?!" ancam Nartha. Chandra pun menoleh dan tersenyum manis.

"Gue beliin lo airpords warna pink keluaran baru, bang."

"Oke, gue nggak jadi bilang ke Rasen."

Mendengar itu, Hiran menjadi iri dan mempunyai ide, "Gue nggak mau buatin lo mie, ah."

Chandra memperhatikan Hiran kembali, "Ntar malem gue ajak lo ke tempat billiard bapak gue."

"Gas! Oke, gue buatin nih. Isi 4 'kan?"

[i] bimantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang