ㅡ O4. A Day in the Life.

125 62 31
                                    

Esok hari telah tiba, bunyi kicauan burung dan sinar matahari yang belum terlalu terang membuat para penghuni bumi ingin meneruskan tidur.

Namun, tidak untuk penghuni kos Pak Sumanto itu-- Maven, Rasen dan Nartha. Mereka bertiga sudah bangun dari pukul 6 tadi.

Maven sedang mengecek kembali proposal yang ia buat untuk presentasi proyek nanti. Sedangkan Rasen dan Nartha sibuk memasak untuk sarapan. Menu-nya simpel sih, sayur bening dan juga tempe goreng.

"Eh, sekitaran jam 2-an tadi, gue bangun buat ambil minum. Terus gue liat ruang tengah kok lampunya masih nyala, ternyata masih ada bang Jaival sama Hiran lagi ngobrol. Insomnia-nya kambuh katanya," celetuk Nartha memecah keheningan.

"Lah, pantes Jaival belum bangun jam segini," ucap Maven dengan mata melirik ke jam yang tertera di pojok kanan bawah layar laptopnya. Menunjukkan pukul 7 kurang 10 menit.

Jaival itu berangkat kerja jam 09:30. Masih bisa buat tidur lebih lama sih. Tapi, Jaival tuh tipe bangun pagi. Bahkan dia sudah bangun sebelum Maven, Rasen atau Nartha bangun.Paling telat bangun itu jam 7 lebih 15 menit doang. Sedangkan Maven dan Rasen berangkat jam 07:30, pasti bangun lebih pagi. Tapi, tergantung shift yang mereka dapet sih.

Namun, salah satu syarat menjadi sumber uangnya Pak Sumanto adalah bangun pagi. Mereka harus bangun pagi buat bersih-bersih kosan sebentar dan sarapan bersama. Terus kalau sudah selesai, boleh tidur lagi.

Oke, balik lagi ke dapur yang sudah tambah personel-- Chandra. Anak itu masih dengan wajah bantalnya dan rambut yang seperti sarang burung.

"Abang, laper," ucapnya dengan tangan kanan mengusap perutnya dan tangan kiri mengucek mata sipitnya.

"Bentar lagi matang. Lo mandi dulu deh atau sikat gigi sama cuci muka. Intinya jangan lanjut tidur," jawab Nartha yang lagi sibuk goreng tempe.

Chandra berdehem tidak niat. Laki-laki chindo itu duduk disebelah Maven dan meletakan kepalanya diatas lengannya yang sudah ia tekuk sebagai bantalan. Ia akan melanjutkan tidurnya.

"Jayen ada persentasi katanya. Berangkat jam berapa nanti?" tanya Maven dengan tangan mengusap puncak kepala Chandra kemudian kembali fokus ke layar laptopnya.

"Nggak tau. Kayak kemarin kali atau bareng Jaival," balas Rasen. Ia berbalik dengan kedua tangan membawa panci kecil berisi sayur bening kemudian diletakkan di tengah meja makan.

Maven hanya mengangguk paham, fokusnya buyar setelah melihat kepulan uap dari masakan tersebut. Ditambah Nartha yang menyusul membawa sepiring tempe goreng. Lapar, bro.

"Gue bangunin anak-anak dulu," ucap Rasen sesudah membangunkan Chandra, kemudian berjalan ke area samping dalam rumah, dimana kamar mereka berada.

Pemuda 24 tahun itu menarik nafasnya dan kemudian berteriak, "DALAM HITUNGAN 5 MENIT, SEMUANYA HARUS DI MEJA MAKAN!! SEKIAN DARI RASEN, KAMSATHANKYOU!!"

Rasen berbalik menuju ruang makan. Tidak peduli dengan Jaival yang hampir saja kehilangan keseimbangannya saat belum 2 menit ia beranjak dari kasur tercinta, Hiran yang langsung bangun dan mendapat pusing dikepalanya, serta Nartha dan Jayendra yang jatuh dari kasur karena bangun terburu-buru.

Lah, kondisi tetangga gimana?

"Kami sudah kebal kok."

[i] bimantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang