ㅡ O7. Panic Mode: Clean Up!

129 52 16
                                    

Pagi ini, suasana kos yang lagi damai tiba-tiba menjadi kacau setelah Maven mengatakan bahwa Pak Sumanto menghubunginya jika ia akan datang untuk melihat keadaan kos-an nanti. Kabar ini membuat seluruh penghuni kos panik karena keadaan kos yang jauh dari rapi. Rasen, yang secara alami menjadi 'komandan' dalam hal bersih-bersih, segera memberikan instruksi.

"Oke, ges! Kita harus cepet rapihin kos ini! Kalau Pak Sumanto datang dan lihat berantakan, bisa habis kita, anjir!" Rasen berseru sambil menunjuk ke semua area yang perlu dibereskan.

"Gue sama Jaival bersihin kamar mandi, Hiran sama Chandra beresin ruang tengah. Sisanya bersihin dapur," lanjutnya. Namun perintahnya ditolak oleh Nartha.

"Gue bersihin dapur? Sama dua anak ini? Dua anak ini, Sen?" tanya Nartha sambil menunjuk Maven dan Jayen secara bergantian.

Siapapun juga tahu kalau Maven dan Jayen nggak boleh ada didapur ataupun memasak. Bisa-bisa Pak Sumanto dateng nanti cuma tersisa puing-puing bangunan doang.

"Terus mau ditaruh mana? Genteng?" balas Hiran yang setelahnya mendapat pukulan di kepala belakangnya. Nggak kenceng Jaival nampolnya, takut otaknya tambah geser nanti.

Ya, selain itu. Keduanya juga mempunyai tangan ajaib.

Nartha menghela nafasnya lelah kemudian beralih menatap si tertua dan si termuda, "Yaudah lah..."

Akhirnya mereka berpencar melaksanakan tugasnya masing-masing dengan semangat.

Ah, kecuali Nartha.

Ya, sesuai prediksi Nartha. Bukannya bersih, Marven yang mau mengambil lap kain, tanpa sengaja sikutnya menyenggol solet yang di atas piring kotor, hingga jatuh ke lantai. Sontak Nartha yang melihatnya hanya bisa menarik napas panjang.

"Bang... seriously?" Nartha menatapnya dengan tatapan letih.

Mark meringis sambil mengangkat solet yang jatuh, "Nggak sengaja. Sorry sorry."

"Air itu terbuat dari apa, bang?" celetuk Jayen setelah beberapa menit sunyi. Hanya terdengar suara benturan antara gagang sapu dan ember yang dilakukan oleh Hiran dan Chandra sampai kena marah (lagi) oleh Rasen.

Anyway, Jayen lagi menuangkan sabun cuci. Pemuda itu akan mencuci bekas alat makan mereka saat sarapan tadi.

Nartha yang lagi berusaha menjaga kesabarannya menoleh, "Jangan buat gue mikir, Yen."

Maven yang mendengar itu malah ikutan penasaran. "Iya juga ya? Kalau air dari gunung. Nah, air gunung itu terbuat apa? 'Kan gunung cuma ada--"

"Kebetulan gue lagi megang pisau nih. Mau perut kanan atau kiri?" tanya Nartha dengan imbuhan senyumannya yang sangatlah manis dan tangan kanan menunjukkan pisau kecil yang ia gunakan menghilangkan kerak di kompor.

Kesabaran Nartha lagi menipis, guys.

Maven dan Jayen kompak menyengir kemudian melanjutkan pekerjaan masing-masing.

Awalnya damai, tapi lama-lama, Nartha semakin frustasi. Bukan hanya karena kekacauan yang ditimbulkan oleh duo 'dra' ini. Tetapi juga karena mereka berdua terus-menerus mengobrol tentang hal-hal yang diluar nurul.

"Nyesel gue..." gumamnya lelah.

Sementara di ruang tengah, Hiran dan Chandra sibuk membersihkan lantai sambil bergosip tentang tetangga sebelah.

"Eh, lo tau nggak? Kemarin gue liat si Bu Surti ngobrol lama banget sama tukang sayur depan gang," celetuk Hiran sambil fokus menyapu lantai.

Chandra langsung menoleh dengan mata penasaran. Dia tuh seneng kalau diajak gosip. "Serius? Gue curiga deh, kayaknya mereka lebih dari sekadar ngobrol belanjaan doang, deh. Gue yakin pasti ada yang lain!"

[i] bimantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang