14. Terkuak

226 51 18
                                    

Terhitung sudah tiga hari mereka saling berdiam-diaman. Mau First atau pun Khaotung sama-sama tidak ada yang mau mengalah. Semuanya sibuk dengan ego dan gengsi mereka sendiri.

First dan Khaotung tidak tidur di kamar yang sama, First lebih sering pulang larut sementara Khaotung menghabiskan banyak waktu di kos Neo, sekedar curhat atau numpang makan bahkan kadang menjaga pintu biar tidak di grebek karena Neo masih sering jual diri dan membawa tante-tante ke kosnya.

Sekarang First masih sibuk di ruang tamu, mengerjakan pekerjaan kantornya yang menumpuk sembari menonton acara musik sementara Khaotung duduk tidak jauh darinya, sibuk bermain game di ponsel.

Harusnya dia hari ini perawatan wajah tapi dia gengsi mau bilang ke First!

Suara bel yang di tekan dengan brutal itu mengganggu First. Laki-laki itu mengernyit sebal dan Khaotung yang peka langsung berdiri, mengalah untuk membuka pintu.

Daripada First mengamuk, mending dia tau diri.

"Bagus, hanya perlu salah kamar tiga kali dan aku menemukanmu."

"K-kak.."

Toptap memasuki ruangan itu dengan wajah dingin, bahu mereka bertabrakan dan Khaotung tidak bisa tidak panik.

Kakaknya muncul secara tiba-tiba, tidak membawa apapun, memasang raut mengerikan.

Matilah.

First yang lelah karena kesibukannya vs kakaknya yang terlihat emosi.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya First. Raut wajahnya terlihat tidak suka namun tidak bisa menyembunyikan sedikit rasa panik dari sana. Ia berdiri, menaruh laptopnya dan menatap Toptap cukup tajam.

"Pricil, Woyong atau siapa pun itu. Bisa-bisanya kau menyamar cuma karena tidak mau aku temui?" Murka Toptap, mengabaikan First dan menatap nyalang ke adiknya yang menunduk takut. "Apa yang ada di pikiranmu sih Khao?"

"Kak.. maaf, aku bisa jelaskan.."

"Apa? Apa yang mau kau jelaskan hah?" Toptap berteriak nyalang, mendekat ke Khaotung dan mencengkram bahu adiknya erat. "Tatap aku, Khao."

Khaotung tidak punya pilihan lain selain menurut, mengangkat wajahnya dan menatap wajah kakaknya yang sudah merah padam menahan amarah.

"Toptap.." First mencoba menyela.

"Apa yang mau kau jelaskan? Mau menjelaskan kalau kau pergi ke kota ini dan menjual dirimu ke laki-laki hanya karena uang? Apa yang ada di pikiranmu hah? Siapa yang mengajarimu kehilangan harga diri seperti ini? Neo kan? Sudah ku bilang dari dulu jangan berteman dengannya! Kenapa susah sekali mendengarkan apa kata keluargamu!" Bentak Toptap dengan nada tinggi.

"Kak, aku melakukan ini bukan karena aku mau senang-senang.."

"Bukan untuk senang-senang? Mana ada orang yang menjual dirinya kalau bukan karena mau hidup yang lebih mudah dan bisa bersenang-senang! Kau capek hidup susah? Kau malu bekerja dengan gaji kecil? Kau mau beli ini itu seperti teman-temanmu? Apa Khaotung? Apa yang kau incar sampai menjual diri seperti ini? Kau bukan manusia cacat, kau punya keluarga, kau punya ijazah, kenapa harus menjadi laki-laki yang menjijikkan seperti ini hah? Aku rela tidak menikah kalau kau memang mau kuliah, aku rela kerja dari SMA demi membantu biaya sekolahmu! Kau bayar aku dengan pekerjaan menjijikkan seperti ini? ini balasanmu? Kemana urat malu mu?"

Satu pukulan mendarat di wajah Khaotung, membuatnya tersungkur dan First dengan refleks menarik bahu Toptap, mendaratkan satu pukulan di wajah itu.

Tidak ada yang boleh menaruh luka di asetnya yang berharga.

Mr. Sugar Kanaphan (FirstKhao)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang