5. A Little Piece Of Heaven

1.2K 77 84
                                    

Khaotung menghela nafas panjang.

Dari matanya melek sampai sekarang, First tidak berhenti seperti anak koala yang masih di beri asi. Menempel dan membuat Khaotung risih jujur saja.

Dia sikat gigi di intilin.

Dia mandi di intilin.

Dia masak sarapan di intilin.

Dia potong kuku di intilin.

Dan sekarang dia mau buang hajat saja First masih memeluknya dari belakang. Benar-benar menempel tanpa jarak satu inchi pun!

Sudah ambil cuti mendadak, mengganggu ketenangan Khaotung pula galah jemuran satu itu.

"First aku ini mau berak, kau mau menempel dan melihat aku ngeden? Berakku tidak wangi."

"Nanti saja beraknya."

"Apa-apaan." Khaotung melepas paksa tangan First yang sedari tadi melingkar di pinggangnya. Dia menatap First kesal, benar-benar tidak bisa membaca pikiran pemuda itu.

"Aku sedang merasakan euphoria pengantin baru, Khao." Rengek First.

"Pengantin baru gundulmu." Khaotung berkacak pinggang. "Sudah sana nonton tv, aku mau nongkrong dulu."

"Khao..." Rengek First lagi.

"Apa?"

"Sun."

Khaotung merotasi bola matanya.

First ini habis ahoy ahoy kenapa jadi seperti ini sih?

Otaknya tidak ikut luruh kan? Atau dia seperti ini karena pesona bokong Khaotung ya? Bokong Khaotung lebih mulus dari apapun soalnya, itu juga kata First.





.


.














.


.


"Ini? Mau ini?" Khaotung mengangguk.

Mereka memutuskan jalan-jalan ke mall karena Khaotung sudah tidak tahan di tempeli terus menerus. Bukannya apa-apa tapi Khaotung merasa aneh dan sedikit merinding saja. Mereka kan bisa ketemu tiap hari, tapi First menempel seolah-olah tidak ada hari esok.

Ya meski ketika jalan seperti ini First tetap nekat menggenggam tangannya dan tidak melepasnya sedetik pun, tapi setidaknya punggung Khaotung tidak pegal menahan badan First yang seperti monster exhuma itu.

Besar.

Dedeknya juga besar hehe.

"First, kalau ini?" Khaotung menunjuk sebuah gelang.

"Mau jam tangan atau gelang?" First mendekat, merangkul pinggang Khaotung dengan santainya.

"Gelang saja. Aku mau yang ini. Lucu kan?" Khaotung menunjuk-nunjuk gelang perak yang ia mau.

"Aku ambil gelang itu."

Khaotung sudah cengar-cengir.

Jujur saja ya, dia bangga kalau jalan dengan First dan belanja seperti sekarang. Meski orang-orang tidak tau kalau dia sugar baby tapi Khaotung suka rasanya.

Rasa menjadi orang kaya dan mendapat tatapan iri dari gadis-gadis atau boti boti yang jalan sendirian.

Serius, First itu setiap belanja mana pernah tanya tentang harga. Sekiranya dia suka ya dia langsung minta di bungkus. Khaotung jadi penasaran sekali sekaya apa First ini aslinya sampai-sampai dia enteng saja gesek menggesek kartu hitam mewahnya itu.

Mr. Sugar Kanaphan (FirstKhao)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang