11. No Surprises

962 71 52
                                    

"Tidak boleh ya kalau keluar sendirian."

"Khao, sedang apa? Jangan keluar pakai baju itu."

"Kenapa tidak balas chat? Bosan ya denganku?"

"Khao, aku sedang di jalan, kau tidur?"

"Tidak selingkuh kan? Kenapa tidak balas chat?"

"Khao, mau cangcut model cutbray? Di sini ada yang jual, beli 5 harganya 100.000 kalo beli 3 harganya 250.000. Mau yang polos atau motif sinchan?"

"Aku tadi lihat ikan cupang mirip denganmu, monyong-monyong tapi buntutnya cantik. Tapi aku tidak nafsu sih, bokongmu tetap tidak ada lawan."

"Khao..."

"Khao..."

Khaotung memajukan bibirnya. Dia harus bangun pagi-pagi sekali karena ponselnya yang terus menerus berdering.

Siapa lagi kalau bukan First.

Sumber uangnya itu sedang ada perjalanan bisnis dengan Tay ke Hongkong selama tiga hari dan belum ada dua puluh empat jam, ponsel Khaotung sudah menerima banyak panggilan dan chat masuk.

Pusing sekali.

Dia semalam bergadang menonton drakor dan baru bisa tidur di jam dua pagi karena matanya membengkak. Pemeran wanita di drakor sedang operasi tumor sementara suaminya di jebak oleh pria yang menyukai wanita itu hingga di tahan di kantor polisi.

Hati Khao sakit sekali sampai dia menangis tersedu-sedu.

Dari semalam dia memang sengaja tidak mengangkat telpon dari First. Jangankan mengangkat telpon, membalas chat nya saja Khaotung malas sekali.

Bukannya apa-apa ya, tapi First itu benar-benar memborbardir ponselnya dengan hal-hal yang tidak jelas.

Maksud Khao, dia kan sedang perjalanan bisnis, kenapa tidak sibuk mengurus bisnis saja? Kenapa harus mengurus Khaotung yang bahkan hidup dengan nyaman dan santai?

Drrrttt....

Tuh, kan. Di telpon lagi.

"First, sumpah ya, kau di sana itu perjalanan bisnis atau cuma merecoki Kak Tay? Bisa tidak fokus disana dan jangan terus menerus menghubungiku?"

"Khao, aku kan rinduuuu." Rengekan First membuat Khaotung menghela nafas.

"Kan cuma tiga hari, kenapa harus tantrum sih?"

"Kau tidak rindu aku ya? Memangnya kau tidak merasa kesepian?"

"Tidak, aku hidup dengan nyaman dan damai. Tidak ada yang menggelendotiku seperti anak monyet. Punggungku benar-benar terasa bebas."

"Jahat sekali." Suara First di ujung sana berubah sedih sementara Khaotung hanya terkekeh kecil.

"Aku baru tidur beberapa jam, aku masih harus kuliah jam satu nanti. Kalau tidak ada yang mau di bicarakan aku matikan ya? Aku mengantuk sekali, serius."

"Video call ya? Aku temani tidur. Aku jam sepuluh mau ada pertemuan penting, mau bahas masalah saham, nanti teleponnya aku matikan."

"Ya sudah, sebentar." Khaotung meminta panggilan video yang langsung di terima First detik itu juga.

Lihatlah cengiran lebar itu.

"Tidur sana, aku mau sarapan."

Khaotung menaruh ponselnya di bantal yang ada di sampingnya, membiarkan First melihat wajahnya. Tidak butuh lama, Khaotung langsung terlelap.





Mr. Sugar Kanaphan (FirstKhao)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang