Running

182 22 12
                                    

Part VII

***

Dalam sekejab mata, dua bulan telah berlalu dan kini sudah memasuki pertengahan musim semi. Salju-salju mencair, menunjukkan wujud asli dari tumbuhan di sekitar gubuk yang sebelumnya tertutup oleh es putih. Burung-burung mulai meninggalkan sarang mereka setelah hibernasi, menciptakan harmoni indah yang membuat seseorang menjadi sangat tenang.

Shen Jiu tengah duduk di depan gubuk kayu, di pangkuannya terdapat secangkir teh hangat yang masih mengepulkan uap. A-Ying tengah menjemur kasur-kasur tak jauh darinya, dengan telaten menepuk-nepuknya agar semua debu kotornya keluar. Shen Jiu memperhatikan A-Ying sekilas lalu kembali berfokus memandangi hutan di depan matanya.

Ketika udara tidak begitu dingin, A-Ying mulai sering membawa Shen Jiu keluar gubuk untuk berjemur di pagi hari. Setelah sarapan dan minum obat, Shen Jiu akan dituntun oleh A-Ying untuk berlatih berjalan di sekitar gubuk. Lalu Shen Jiu akan beristirahat di kursi yang sudah disiapkan A-Ying selagi pemuda itu memotong kayu atau melakukan kegiatan lainnya. Terkadang Shen Jiu akan melukis untuk menghilangkan kebosanan, terkadang juga merajut. Seminggu yang lalu A-Ying membelikannya alat sulam agar Shen Jiu tidak jenuh, jadi sekarang Shen Jiu memiliki lebih banyak pilihan kegiatan selain melihat A-Ying bekerja.

Diletakkannya cangkir teh itu di meja di sebelahnya. Shen Jiu mengambil keranjang alat sulamnya dan mulai menyiapkannya. Dia memutuskan untuk membuat angsa berdasarkan ingatannya. Shen Jiu berharap angsa ini bisa dijual cukup mahal. Pemikiran seperti inilah yang membuat Shen Jiu giat mengerjakan proyek-proyek kecilnya.

Sepanjang pagi Shen Jiu menyulam, sepenuhnya mengabaikan A-Ying yang kini sedang mengamatinya dari samping. Karena terlalu fokus, Shen Jiu tidak menyadari seekor bajing sedang mengintainya dari atap gubuk. Shen Jiu menusukkan jarumnya, membuat paruh angsa ketika bajing itu memutuskan meloncat ke arahnya. Terkejut, Shen Jiu tanpa sengaja menusuk jarinya. Bajing laknat itu menggigit tangan Shen Jiu dan mencakarnya, mendesis kepadanya lalu naik ke meja di sebelah Shen Jiu dan mencuri kue-kue buatan A-Ying.

"Tuan!" A-Ying berseru, menghampiri Shen Jiu yang masih memelototi bajing brengsek itu. Shen Jiu mengambil jarumnya, lalu dengan teknik Petikan Daun Bunga Terbang, menyerang hewan itu. Serangan ganas Shen Jiu dapat membunuhnya dalam sekejap mata, namun keberuntungan bajing itu sepertinya sangat besar karena dia berhasil menghindari jarum Shen Jiu.

Shen Jiu memelototi bajing yang kini pergi menyelamatkan dirinya. Bajing sial itu memandang ke belakang, seakan mengejeknya karena gagal membunuhnya sebelum lari ke sebuah pohon. Shen Jiu menggertakkan giginya, bersumpah akan menghancurkan bajing sialan itu jika bertemu nanti. A-Ying berlutut di depannya, dengan hati-hati memegang jari Shen Jiu yang terluka. Darah menetes ke atas kain sulaman Shen Jiu, mengotori angsa putih yang tengah dibuatnya.

"Tanganmu terluka," kata A-Ying pelan. Shen Jiu melihat luka kecil di jarinya dan memencetnya, mengeluarkan lebih banyak darah. "Jangan begitu! Kau akan semakin terluka! Kau harus menghentikan darahnya."

Aku sedang menghentikannya, bodoh, pikir Shen Jiu gemas. A-Ying mengambil tangannya, tanpa pikir panjang memasukkan jari telunjuk Shen Jiu ke dalam mulutnya. Shen Jiu terdiam, untuk beberapa saat tidak bisa bereaksi. A-Ying menghisap jarinya, mengeluarkan darah yang tinggal sedikit itu. Wajahnya begitu fokus, alisnya menukik dan ada sorot ketidakbahagiaan di matanya. Melihat pemuda yang begitu fokus dengan jari di mulutnya, Shen Jiu tiba-tiba merasakan kedua pipinya memanas. Entah disengaja atau tidak, A-Ying mengulum jarinya, membuat Shen Jiu hampir tersedak. Secepat kilat ia menarik jarinya.

Memalingkan wajahnya, Shen Jiu tidak dapat melihat tatapan penuh nafsu di mata A-Ying. Pemuda itu menjilat sudut bibirnya, menikmati sisa-sisa rasa Shen Jiu. Yang dipandangi mengambil saputangan dan membebat jarinya. Shen Jiu melihat telapak tangannya yang memiliki bekas gigitan bajing dan cakaran, untungnya kulitnya tidak robek dan hanya memerah--Shen Jiu yakin ini akan menjadi memar besok--jadi Shen Jiu tidak begitu khawatir.

Bamboo LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang