Shit Happens

311 29 3
                                    

"Frankly, my dear, I don't give a damn."

Luo BingHe menguap dan mengucek kedua matanya yang masih terpaku ke arah layar di depan kelas. Sepertinya tidak hanya dirinya yang bosan mengikuti kelas Professor Shen. Pandangannya beberapa kali menangkap teman-temannya yang diam-diam menutupi wajah mereka menggunakan buku dan tertidur.

Pemuda itu jelas sudah jenuh dengan film yang ditayangkan. Luo BingHe tahu Shen QingQiu adalah seorang bomer. Tapi ia tidak menyangka wanita itu akan menampilkan film dari era '30 yang sangat membosankan dan menyuruh mahasiswanya untuk membuat essay dari itu. Luo BingHe sebenarnya bahkan tak sudi menonton film itu jika bukan karena pemeran wanitanya yang cantik.

Selagi pemikirannya melayang-layang, Luo BingHe tidak sadar bahwa Shen QingQiu yang duduk di mejanya mengambil pulpen dan melemparnya ke arah pemuda itu. Luo BingHe tersentak kaget, tersadar dari lamunannya kala benda itu mengenai wajahnya.

"Ahh!" Ia berteriak. Membuat perhatian sekelas teralih kepadanya.

Shen QingQiu menatapnya tajam. "Jangan melamun dan perhatikan filmnya, Tuan Luo."

Rasa kesal segera memenuhi hatinya tetapi Luo BingHe memilih untuk memasang senyum dan meminta maaf. Kemudian berakting sebagai mahasiswa teladan, dan menonton dengan serius. Meskipun begitu hatinya tak berhenti mengutuk wanita hamil gila yang menjadi dosennya. Luo BingHe bersumpah akan membuat Shen QingQiu merasakan pembalasannya nanti.

Film itu selesai diputar tak begitu lama kemudian. Shen QingQiu mematikan laptopnya dan mesin pemancar lalu mendiktekan tugas yang akan diberikannya. Luo BingHe dengan malas mencatatnya. Mungkin nanti ia akan melihat catatan milik Ning YingYing.

"Sekian untuk hari ini. Selamat siang." Shen QingQiu mengucapkan salam dan pergi tanpa menunggu balasan dari mahasiswanya, berjalan dengan cukup lucu akibat perutnya yang buncit. Luo BingHe menghela napas panjang dan mulai memberesi barang-barangnya sendiri ketika gadis-gadis berkumpul mengelilingi mejanya.

"A-Luo, ayo kita ke cafe yang baru dibuka di dekat sini. Katanya menunya sangat banyak dan enak-enak." Ning Ying Ying tersenyum manis dan membujuknya. Beberapa orang gadis menganggukkan kepala dan ikut membujuknya ikut bersama mereka.

Luo BingHe ingin menolak namun setelah berpikir beberapa saat menyanggupi. Biarlah essay Shen QingQiu menanti, toh pertemuan mereka masih ada waktu hingga minggu depan.

Cafe yang didatangi oleh rombongan mahasiswa itu terletak tak jauh dari kampus. Pemiliknya adalah seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik. Kabarnya dia memiliki keponakan perempuan yang juga berkuliah di kampus mereka. Saat Luo BingHe membuka pintu cafe ia segera disambut oleh pemiliknya.

"Selamat datang," ia berkata ramah. Ada beberapa meja yang masih kosong dan para gadis langsung menempatinya sebelum diambil orang lain. Luo BingHe sendiri berjalan ke etalase untuk melihat pilihan menu.

Memang benar ada beragam makanan dan minuman di sana. Luo BingHe memesan segelas espresso dan tiramisu. Ning Ying Ying memesan beberapa minuman serta kue-kue titipan teman-temannya. Mereka berdua kemudian membayar dan duduk di meja yang sudah dipersiapkan selagi menunggu pesanan diantar.

Sebagai satu-satunya laki-laki, Luo BingHe tidak merasa rendah diri kelilingi para wanita. Mereka semua berusaha bermanja-manja kepadanya dan menggodanya. Tak terhitung beberapa pasang mata yang melirik ke arah meja itu.

Pesanan akhirnya diantar oleh seorang gadis cantik yang mengenakan masker. Luo BingHe segera mengenalinya sebagai Liu MingYan, salah satu mahasiswi primadona. Liu MingYan menatapnya sesaat dan meletakkan beberapa piring kue kemudian kembali ke dapur untuk mengambil minuman.

Bamboo LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang