Welcome back, Shizun

2.9K 260 90
                                    

"Tu-Tuanku! K-kami bisa menjelaskannya!"

Para penjaga berlutut tak jauh darinya. Lima orang lelaki berbaju zirah menunduk ketakutan di hadapan tuan mereka. Tubuh mereka bergetar tak terkendali, perasaan ngeri bercampur penyesalan tak dapat dihilangkan dari dalam hati.

Luo BingHe melihat sesosok tubuh berlumur darah yang bersandar di dinding batu. Sosok itu hanya mengenakan atasan yang sudah basah kuyup oleh darah. Luka di perutnya menganga lebar, terpampang dengan jelas. Usus yang panjang menjuntai keluar. Di tengah lubang itu terdapat sosok tubuh kecil yang juga sudah tidak bernyawa. Terbelit tali pusar hingga mati.

Tanpa rasa jijik Luo BingHe berjongkok di samping tubuh Shen Jiu yang baru saja menghembuskan napas terakhirnya. Tangannya terulur, mengelus lembut kepala bayi dengan rambut tebal ikal. Darah dagingnya yang bahkan belum sempat membuka kedua matanya dan sudah mati dengan begitu kejam.

"Kalian bilang kalian tidak mendengarnya?" Luo BingHe bertanya dengan tenang. Ia menarik tangannya dan melihat wajah Shen Jiu yang begitu damai dalam tidur abadinya. Tampak cantik sekaligus mematikan. Amat memuakkan.

"Menjawab Tuan Besar, Tuan Shen sama sekali tidak meminta tolong." Salah satu penjaga menjawab dengan penuh percaya diri. Luo BingHe terkekeh mendengar jawabannya dan bangkit, berjalan ke sudut ruangan di mana makanan basi masih tak tersentuh sama sekali.

"Makanan ini basi. Bukankah seharusnya kalian mengantarkan makanan tiap tiga hari sekali? Jika terlambat sehari mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi ini dua hari." Sang iblis buas berbalik, tersenyum kepada para bawahannya yang sudah banjir keringat. "Kalian semua berniat mempersulitnya, membuatnya melahirkan sendirian bukan? Kalian memang ingin membunuhnya. Sungguh berani."

"Kami tidak berani, Tuanku! Mohon ampun--ahh!"

Parasit darah Luo BingHe dengan cepat menghancurkan semua organ dalam para penjaga. Menjadikannya bubur darah. Orang-orang itu dengan cepat muntah darah dan kejang-kejang di lantai penjara. Permohonan ampun mereka hilang di tengah rasa sakit yang begitu mengerikan.

"Kalian harus membayarnya."

Luo BingHe berkata tenang. Ia kembali menunduk, menggendong tubuh mati Shen Jiu dan berjalan keluar penjara meninggalkan para penjaga yang menggeliat kesakitan. Ia membuat mereka semua merasakan apa yang Shen Jiu rasakan, tubuh terbelah dan isi perut yang berantakan.

Para pelayan Istana Huan Hua serentak berhenti ketika melihat Luo BingHe berjalan melewati koridor membawa tubuh Shen Jiu. Raut horor mewarnai wajah mereka. Luo BingHe tidak mengatakan apa-apa, namun ketika ia melewati beberapa pelayan yang bertugas mengantarkan bahan makanan untuk Shen Jiu akan terdengar jeritan kesakitan yang menggetarkan hati. Semuanya berguling di lantai, muntah darah dan kejang-kejang.

Akhirnya Luo BingHe berhenti di depan pintu kamarnya. Pengawal dengan tahu diri segera membuka pintu, tak berani mengintip sedikitpun mayat di pelukan majikan mereka. Tetesan darah dan usus yang terseret di lantai sudah cukup menjadi bukti betapa mengenaskannya kondisi Shen QingQiu.

Dengan tenang Luo BingHe membaringkan tubuh itu di atas ranjang besarnya dan mengambil air di guci serta kain lalu mulai mengelap mayat Shen Jiu. Dalam sekejab mata air di guci itu telah berubah merah sepenuhnya.

Luo BingHe meletakkan kainnya di dalam guci dan merobek perut Shen Jiu lebih besar lagi. Ia memotong tali pusar bayi itu dan mengeluarkannya lalu membaringkannya di samping dan lanjut membersihkan tubuh Shen Jiu. Setelah selesai barulah ia membersihkan tubuh bayi dan membalutnya dengan kain putih.

"Panggil dokter untuk menjahit perut Shen QingQiu." Luo BingHe mengeluarkan perintah kepada pengawal di depan.

Dokter tiba tak lama kemudian. Lelaki tua itu gemetar ketakutan, sudah mendengar berita kematian Shen QingQiu yang tersebar di Istana. Luo BingHe menyuruhnya masuk dan menjahit perut Shen QingQiu yang robek parah.

Bamboo LeavesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang