"Bang, lo jangan main-main deh, ya!" Ana memandang jengkel pada pemuda yang dua tahun lebih tua darinya. Sementara yang di tatap dengan jengkel malah bersikap santai sibuk menghisap rokok dan kedua kakinya yang dengan tak sopannya naik ke atas meja.
Ana geram, ia mengambil pemukul kasur, yang dengan keras ia pukulkan ke kaki pemuda jangkung itu.
Bugh!!
" ----KAMPRET! Sakit bego! Lo mau matahin kaki gue, hah?!"
"Iya! Sekalian aja gue mutilasiin lo lalu di bikin bakso daging manusia!"
Pemuda bernama lengkap Alan Widhiantoro itu menatap tajam Ana yang masih mengacungkang pemukul kasur itu. "Sinting lo!"
"Elo yang sinting bang! Ngapain coba lo tadi jemput Wika di sekolah? Kan gue udah bilang jangan pernah ganggu Wika lagi!"
Alan berdecak sebal, lalu ia menghisap lagi batang rokoknya yang hampir habis itu dan kemudian ia keluarkan asapnya ke udara. Membuat Ana kembali terbatuk karena tak sengaja ikut menghirup asap beracun itu.
"Ya gue jemput calon pacar gue lah, bego!"
"Siapa yang lo anggap calon pacar lo? Wika? Jangan harap!"
Alan terkekeh setelah mendengar ucapan sepupunya itu.
"Kenapa lo ketawa?"
"Heh, Ana, asal lo tahu ya, gue jemput Wika itu karea dia sediri yang minta untuk gue jemput."
Sebelah alis Ana naik –merasa heran dengan ucapan pemuda yang ada di depannya itu, "Lo ngelawak ya bang? Ck! mana mungkin Wika minta jemput sama lo. Yang ada mah elo yang modus, bang!" –Ana mendengus geram, mana mungkin ia dengan mudah percaya omongan Alan si cowok berandalan –alih-alih ia memang mempunyai wajah yang tampan untuk menggaet banyak wanita.
Sekali lagi Alan menghirup rokoknya yang terakhir sebelum putung rokok itu habis dan ia matikan di dalam asbak. "Gak percaya ya sudah. Gue juga gak peduli. Yang penting, Wika bentar lagi gue dapetin."
"Plis bang, Wika bukan gay, atau biseks kayak lo."
"Emang mesti jadi gay atau biseks biar kita bisa jadian? Nih ya, misalnya kedua-duanya memiliki ketertarikan masing-masing, kenapa tidak? Dan gue jamin, Wika telah jatuh ke pesona gue." –dan Alan tertawa dengan keras melihat wajah adik sepupunya yang bete luar biasa.
"Gue gak percaya...." desah Ana. Lalu dengan kaki yang di hentakkan, dia pergi ninggalin ruang tengah dengan Alan yang masih ketawa-ketiwi seperti orang gila dan ia berjalan menuju kamarnya untuk mengambil ponsel.
Seketika Ana mempunyai pikiran untuk mengirimi Wika ebuah pesan.
To : Wika
Wik, lo kok mau tadi di jemput bang Alan?
Dengan gelisah, Ana menunggu lasan dari Wika. Berharap ia segera menjawabnya. Namun, sudah dua puluh lima menit berlalu dan Wika belum juga membalas pesannya.
"Ini bener-bener bikin gue setres!" Ana mengacak-acak rambutnya hingga berantakan.
(Ariana POV)
"Ana! Ada yang nyariin lo nih."
Grrrrrr!!! Denger suaranya bang Jong sialan itu bikin gue pengin nyekek lehernya. Masa sih Wika yang minta dijemput sama dia? Eh ya, asal kalian tahu, waktu Wika digodain bang alan disini dia keliatan risih kan? Nah, mana mungkin Wika minta jemput dia. Bukannya gue gimana atau mengapa ya, bang Alan tuh jenis cowok berbahaya untuk cowok imut dan semanis Wika yang mempunyai sifat polos. Bisa-bisa nanti Wika –
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Or Boyfriend? (Love You More book II)
Teen FictionSetelah merelakan cinta pertamanya untuk bersama dengan orang lain, Rifki Alvin Pratama berusaha untuk move on dari Dave, sahabatnya sekaligus cinta pertamanya. Namun, ia bingung atas jalur seksualnya setelah melupakan cinta pertamanya yang dulunya...