►12

2.4K 256 40
                                    

Author POV

Rifki memberhentikan motornya saat ia melihat motor yang membawa Wika berhenti tepat di rumah Wika. Dalam hati Rifki bersyukur karena orang yang membawa Wika itu tidak pergi kemana-mana –yang berarti Wika aman tak terjadi apa-apa.

Rifki tidak memsukkan motornya ke halaman rumah Wika, ia memarkirkannya di luar pagar dan setelah menaruh helmnya di atas motor, Rifki segera masuk.

Di beranda rumah, Wika diam membeku saat melihat Rifki masuk ke halaman rumahnya dengan wajah yang dingin. Membuat Wika seakan merasakan rasa dingin yang di tujukan oleh senior di sekolahnya itu.

Melihat Wika yang tetap diam dengan kedua matanya yang tak berkedip memandang ke arah gerbang, Alan membalikkan badannya. Dan decakkan lirih terdengar saat kedua mata Alan menangkap sosok Rifki yang balik memandangnya dingin.

"Hai, apa kabar?" mencoba tidak memulai pertengkaran di awal pertemuan, Alan mencoba basa-basi pada Rifki. Meski Rifki tahu, wajahnya tak menunjukkan rasa senang sama sekali sejak kemunculan Rifki.

Rifki melirik tajam pada Alan, bukannya menjawab, ia malah mendengus sinis. Untuk kemudian, ia alihkan kedua matanya pada Wika yang masih memandangnya dengan ekspresi terkejut.

"Wik, gue mau ngomong sama lo."

" –hei! Apa lo mengabaikan salam dari gue?" Alan tersinggung karena terabaikan. Ia mendengus kesal atas aksi bocah SMA yang baru ia temui di depannya itu.

Namun Rifki mengabaikannya lagi, "Wik, gue gak mau ya lo kayak gini. Gue jadi bingung karena sifat lo yang ambigu begini."

"HEH!" Alan mulai kesal, ia banting helm yang tadi ia pegang dan menarik bahu kanan Rifki hingga pemuda yang seumuran dengan adik sepupunya itu berbalik menghadapnya dan hamper saja jatuh. "Gue gak bisa sabar ya! Gue baikin malah lo bersikap seakan-akan gue gak ada!"

"Diem lo! Gue gak ada urusannya sama lo!" Rifki menghempaskan tangan Alan yang meremas kasar bahunya.

"Terus ngapain lo disini? Wika udah gak sudi di deketin orang labil macem lo!"

"Apa urusan lo?! Gue disini Cuma mau ketemu Wika. So, mending kalo lo ngerasa risih dengan adanya gue, mending lo minggat!"

Alan mendengus, sebenarnya bisa saja dia menghajar wajah sok belagu dari bocah SMA yang ada di depannya ini. Tapi ia mencoba bersabar karena dia malas jika memulai perkelahian, "Denger ya bocah, gue calon pacarnya Wika –"

"Apa?! Lo –"

" –ssttt!" Alan mencoba menghentikan ucapan Rifki yang tadi memotong pembicaraannya, "ya, gue calon pacarnya. Dan asal lo tahu, jika lo kesini mau membujuk Wika jadi pacar lo dengan perasaan lo yang gamang, mending lo mundur teratur sebelum badan lo gue hancurin."

Kedua tangan Rifki terkepal. Niatan untuk meninju wajah kakak sepupu Ana itupun sudah sangat ingin ia laksanakan.

"Aku pusing! Silahkan kalo kalian mau tonjok-tonjokkan. Asal jangan di depan rumahku!"

"Wika!"

"Wik –tunggu!"

Keduanya hendak meraih tubuh kecil Wika untuk menahannya, namun Wika lebih cepat, ia telah masuk ke dalam rumahnya dengan mengunci pintunya secara cepat.

Alan memicingkan sebelah matanya sebal, hingga ia melirik ke samping, di mana Rifki sedang memandang kosong kea rah pintu dimana Wika tadi masuk ke rumahnya.

"Kalo tadi lo gak datang, usaha gue buat deketin Wika bisa terus berlanjut! Lo emang pengrusak!"

Mendengar nada sindiran yang ditujukan padanya, Rifki berdecak kesal, "Untunglah gue dateng, jadi bisa ngerusak usaha lo."

Girlfriend Or Boyfriend? (Love You More book II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang