Rifki tidak tahu dan tidak mengerti, sudah beberapa hari ini, Wika sepertinya sedang menghindarinya. Ia tidak tahu kenapa. Tapi perasaannya begitu –bahwa Wika sedang tidak ingin dekat-dekat dengannya. Seperti kemarin waktu ia bertemu di kantin bersama teman kelas sebelasnya, Wika menolak ajakannya untuk makan siang bersama. Padahal seringnya Wika akan senang hati jika makan dengannya.
"Wika!"
Rifki yang memang siang itu sedang bosan dibuntuti temannya –si Tyo yang selalu membahas warna celana dalam milik bu Heni guru PKN yang masih lajang plus seksi itu, Rifki akhirnya berhasil melarikan diri darinya dengan kemunculan Wika bersama salah satu temannya yang ia kenali bernama Rizal di kantin.
Tidak seperti biasanya saat Rifki memanggilnya dengan reaksi wajah manisnya yang bersemu kemerahan dengan aura bahagia muncul, Wika yang kemarin memasang wajah dingin tak bersahabat. Tapi toh Rifki tetap tersenyum kearahnya sambil berjalan mendekatinya.
"Eh, kak Rifki." –itu bukan suara Wika, melaikan suara sumbang yang sok akrab dari Rizal. Sementara Wika malah mengalihkan pandangannya ke arah lain dan tak fokus dengan Rifki yang sekarang ada di depannya.
"Yang disapa Wika loh, bukal lo Zal." Rifki merasa heran, sebelah alisnya terangkat,dan bertanya-tanya –Wika kenapa?
"Halah, jangan gitu kak, masa Wika aja yang disapa."
namun Rifki tak meaggapi ucapa Rizal, ia malah fokus memandang Wika yang sepertinya malas berkontakan langsung dengannya. Lalu inisiatif sendiri, Rifki mendekat ke arah Wika yang kini berdiri di belakang Rizal dengan kedua matanya mengarah entah kemana. Rifki tepuk bahunya –dan seperti dugaannya, Wika menegang dan langsung mendongak menatap Rifki yang jangkung itu.
"Hei, Makan siang bareng?"
Biasanya Wika akan langsung mengangguk semangat jika Rifki sudah mengajaknya untuk makan bersama di kantin, tapi kali ini ia agak lama menjawabnya dan malah menatap Rifki dengan kedua mata bulatnya yang polos, dan beberapa detik kemudian, kedua mata bulat milik Wika beralih menunduk –memandang tangan kanan Rifki yang sekarang masih bertengger mais di bahu kirinya.
Adegan selanjutnya membuat Rifki merasa bahwa yang di depannya ini bukanlah Wika. Pemuda kecil manis yang menggemaskan yang di kenalnya selama ini. Wika menyingkirkan tangan Rifki yang ada di bahunya. Tidak kasar –bahkan amat pelan, tapi itu sukses membuat Rifki.... kecewa? Entahlah. Sikapnya ini menurut Rifki tidak seharusya Wika lakukan padanya.
"Maaf kak, mungkin lain kali." Lalu ia balik memandang temannya yang bengong melihat Rifki dan Wika –tentu saja! Rizal tahu kalau Wika naksir dengan Rifki, dan ketika kesempatan berdekatan dengannya ia tolak, itu membuat Rizal merasa aneh.
"Ayo, Zal kita ke kelas."
"Loh, tadi kan lo bilang mau makan."
Rifki tahu, sekarang Wika sedang salah tingkah, terlihat kedua matanya bergerak-gerak gelisah, namun ia dengan cepat mengontrol dirinya dan kembali memasang wajah dinginnya seperti tadi.
"Tidak jadi." Dan Wika berlalu pergi tanpa menunggu Rizal yang masih berdiri di sana dengan Rifki yang masih bingung dengan sikap Wika hari ini padanya.
Dan tidak hanya itu, ia ingat juga sebelum kejadian di kantin –yang berarti jauh hari sebelum penolakan Wika tentang makan siang, Rifki juga mendapati kabar dari Tyo kalau Wika ijin tidak mengontrol latihan klub. Bahkan ia menyerahkan kas klub sepak bola untuk membeli minuman jikalau perlu.
Ini aneh....
Dan tidak biasanya Wika seperti ini.
"Lo kenapa Ki? Serius banget liatin gawang lapangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Girlfriend Or Boyfriend? (Love You More book II)
Genç KurguSetelah merelakan cinta pertamanya untuk bersama dengan orang lain, Rifki Alvin Pratama berusaha untuk move on dari Dave, sahabatnya sekaligus cinta pertamanya. Namun, ia bingung atas jalur seksualnya setelah melupakan cinta pertamanya yang dulunya...