Sakit

2 1 0
                                    


Fadhlan mulai merasa curiga terhadap Firda. Sejak awal makan siang, dia berharap mendapatkan jawaban pasti tentang saksi mata yang mengetahui kejadian Adila, namun Firda terus menghindari topik serius tersebut. Alih-alih memberikan informasi yang Fadhlan tuntut, Firda malah mengalihkan pembicaraan dan berusaha menjaga suasana tetap santai.


Kecurigaan Fadhlan semakin besar. Dalam hatinya, ia merasa Firda hanya memanfaatkan pertemuan ini untuk mendekatinya lagi, bukan untuk memberikan jawaban yang ia inginkan. Ketika Firda mencoba bercanda, Fadhlan tetap diam dan dingin, menahan kemarahan yang mulai membara.


Namun, di tengah kegelisahannya, saat ia sedang mencicipi makanan, pandangan Fadhlan tiba-tiba teralihkan oleh sosok yang sangat dikenalnya. Dari balik jendela restoran, dia melihat seorang wanita berlari dengan tergesa-gesa. Meskipun wanita itu berpakaian sangat tertutup, Fadhlan tahu betul siapa dia. Bertahun-tahun bersama Adara membuat Fadhlan mengenali cara berjalannya, gestur tubuhnya, bahkan dalam penyamarannya yang berusaha menyembunyikan dirinya.


Saat Fadhlan menyadari bahwa wanita itu adalah Adara, istrinya yang selalu sabar meski diperlakukan dingin olehnya, hatinya bergemuruh. Sebuah perasaan bersalah perlahan muncul di benaknya. Dia tahu, meskipun tak ada percakapan mesra atau sentuhan intim dengan Firda, kehadiran Adara yang menyaksikan pertemuan ini dari jauh pasti telah melukai perasaan istrinya lebih dalam dari yang ia duga. Di dalam dirinya, Fadhlan mulai merasakan bahwa dia mungkin salah, tapi ia tetap kekeh dengan dendam nya 


Adara menghapus air matanya, tekadnya membara. Ia akan membuat suaminya, Fadhlan, mencintainya kembali dengan satu cara: menemukan siapa sebenarnya penyebab jatuhnya Adila. Dengan hati-hati, ia menghubungi ibu mertuanya, menanyakan kabar Adila. Dalam pikirannya, ia sudah menyusun rencana untuk membantu Adila, termasuk beberapa terapi yang mungkin dapat mempercepat proses pemulihan.


Senyum muncul di wajahnya, memantulkan semangat yang tak akan pudar. Setelah merapikan rumah, ia berdandan cantik, berharap penampilannya dapat menyentuh hati Fadhlan saat ia pulang. Ketika pintu terbuka, Fadhlan melangkah masuk dengan wajah lelah. Namun, matanya segera tertuju pada Adara, terpesona oleh kecantikannya. Sejenak, rasa rindu dan cinta bergejolak dalam dirinya, tetapi ia menahan semua itu.


Adara mendekat, mengambil tas di tangan suaminya, lalu mencium tangannya lembut. "Sudah kubuatkan kopi. Air hangat juga siap, buat kamu mandi. Makan malamku sudah siap, aku tunggu di ruang makan, ya."


Fadhlan tersenyum, tapi jawaban yang keluar dari bibirnya menyakitkan. "Aku sudah makan di luar."


Rasa sakit mencengkeram hati Adara, tetapi ia berusaha menahan air matanya. "Ya sudah, kalau begitu aku kasih ke mamang sama bibi di dapur saja," katanya, meski dalam hati ia tahu Fadhlan sebenarnya berbohong. Ia ingin merasakan masakan Adara, tetapi gengsi dan dendamnya menghalanginya. Malam itu, Fadhlan harus tidur dengan perut lapar, terjebak dalam pertarungan antara hati dan egonya.


Ketika malam tiba, Adara tidur di samping Fadhlan. Ia memandang wajah suaminya yang terlihat tenang dalam tidurnya, hati Adara bergetar. Dengan suara lembut, ia membisikkan, "Mas, akan ku buktikan bahwa bukan akulah penyebab jatuhnya Adila. Kamu akan kembali menjadi milikku seutuhnya. I love you."

Di dalam kegelapan, tekadnya menguat. Ia akan berjuang, bukan hanya untuk membuktikan ketidakbersalahannya, tetapi juga untuk menyelamatkan cinta mereka yang terancam. Dengan harapan yang berkobar di dalam hatinya, Adara bersiap untuk menghadapi apa pun yang harus dilakukan demi mendapatkan kembali cinta yang pernah mereka miliki.

Love and DoubtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang