1

65 13 3
                                    

Setelah kurang lebih hampir tiga bulan terpisah oleh jarak dan kesibukan, Lyra dan Jihoon akhirnya bertemu kembali di apartemen kecil mereka di tengah kota. Lebih tepatnya apartemen sewaan milik Lyra. Waktu seolah melambat ketika Lyra melangkah masuk, mendapati Jihoon sudah menunggunya di sofa dengan senyum hangat yang membuat dadanya berdebar.

Jihoon berdiri, melangkah pelan mendekatinya. "Akhirnya kamu di sini," bisiknya, suaranya serak oleh kerinduan yang telah lama terpendam. Tanpa menunggu jawaban, Jihoon menarik Lyra ke dalam pelukannya, erat seolah tak ingin melepaskannya lagi.

"Aku merindukanmu," kata Lyra pelan, membenamkan wajahnya di dadanya, menghirup wangi yang tak berubah meski waktu memisahkan mereka.

"Aku juga, Lyra. Setiap hari rasanya berat tanpa kamu di sini," balas Jihoon, jemarinya perlahan menyusuri rambut Lyra, mengelus lembut seakan mencoba menghapus semua rasa lelah yang Lyra bawa.

Mereka berdiri di sana untuk waktu yang seolah abadi, hanya mendengarkan suara napas satu sama lain, tanpa kata-kata yang perlu diucapkan. Rindu yang terpendam selama berminggu-minggu terasa pecah di udara, melingkupi mereka dengan kehangatan.

Setelah beberapa saat, Lyra melepaskan diri dari pelukan itu, matanya menatap Jihoon dengan senyum tipis. "Aku bawa sesuatu untukmu," katanya seraya meraih tas yang tadi ditaruhnya di lantai. Ia mengeluarkan kotak kecil berwarna biru tua dan memberikannya pada Jihoon.

Jihoon mengerutkan kening, penasaran, lalu perlahan membuka kotak itu. Di dalamnya, sebuah gelang kulit dengan ukiran halus inisial mereka berdua. Jihoon tersenyum lebar, matanya berbinar. "Ini indah, terima kasih."

"Aku ingin kamu selalu ingat kalau aku selalu ada di sini," kata Lyra, menaruh tangan di dada Jihoon. "Meski kita berjauhan."

Jihoon tersenyum, lalu menarik Lyra lagi ke dalam pelukan hangatnya. "Kamu nggak perlu khawatir. Aku selalu ingat, setiap hari."

Malam itu, mereka habiskan bersama, berbagi cerita tentang hari-hari yang mereka lewati tanpa satu sama lain. Jihoon memasak makanan favorit Lyra, sementara Lyra duduk di meja dapur, mengamatinya dengan tatapan penuh kasih sayang. Gelak tawa dan obrolan ringan mengisi ruang, seolah mereka tak pernah terpisahkan.

Waktu terasa cepat berlalu, dan saat malam semakin larut, mereka berdua duduk di sofa, bersandar satu sama lain. Pelukan hangat dan kebersamaan sederhana di apartemen itu menjadi pengingat bahwa jarak tak pernah bisa memisahkan cinta yang tulus di antara mereka.

Hari itu, rindu yang selama ini mengisi ruang kosong di hati mereka akhirnya terlepas.

Sebenarnya hubungan Lyra dan Jihoon mengalir begitu saja tanpa ada kata-kata mereka untuk jadian seperti pasangan lainnya. Mereka berdua sebenarnya adalah rekan kerja di Waiji Studio. Dimana tempat itu merupakan tempatnya orang-orang yang berbakat di bidang seni. Baik itu penari, theater, bernyanyi dan banyak lagi . Bahkan sudah banyak komposer, produser dan sejenisnya tercipta dari Waiji studio.

Lyra dan Jihoon juga cukup terkenal di kalangan Waiji studio. Mereka berdua cukup berbakat baik di vocal dan menari. Tapi, bukan itu poinnya. Lyra dan Jihoon seperti pasangan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Mereka pasangan yang serasi. 

[]

Haruto duduk di tepi tempat tidurnya, menatap langit malam yang berhiaskan bintang-bintang. Namun, bukan bintang-bintang itu yang membuatnya terjaga. Pikirannya terus dipenuhi oleh sosok Lyra, gadis yang selalu hadir dalam ingatannya setiap kali dia mencoba memejamkan mata.

Malam-malam seperti ini sudah menjadi rutinitas baginya. Begitu kepalanya menyentuh bantal, bayangan Lyra mulai bermain di pikirannya. Senyumannya yang lembut, tatapan matanya yang selalu menenangkan, dan suaranya yang seolah berbisik di telinganya. Haruto menarik napas dalam, mencoba mengusir bayangan itu, tetapi justru semakin kuat rasa rindunya.

Sweet Night // 💎 Haruto 🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang