12

37 13 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Haruto!" Pekik Lyra. Matanya berbinar melihat pria yang memiliki tinggi 183 cm meter itu memakai setelan jas, rambut hitam rapi dan sedang tersenyum menatapnya.

"Iya ini aku. Memang kamu pikir siapa?" Bibir Haruto juga tidak berhenti tersenyum kala melihat Lyra yang menatapnya dengan kehangatan. Syukurlah, batin Ruto.

"Bukan siapa-siapa. Kamu dari mana saja? Kenapa baru datang? Kamu seperti membaca pikiran ku ya," cecar Lyra.

"Kamu memang nungguin aku? Bukannya aku yang selalu nunggu kamu?" Timpal Haruto.

Deg.

Sesak.

"Maaf ya," lirih Lyra.

Haruto terkekeh, " aku bercanda. Jangan diambil hati ya. Maaf. Aku tadi ada urusan sebentar, makanya telat. Hei, jangan cemberut, nanti cantiknya hilang." Tubuh Haruto agak membungkuk untuk menatap wajah Lyra lebih dekat.

Namun, entah dari mana datangnya, anak-anak berlarian, mendorong tubuh Haruto sehingga membuatnya maju dan wajahnya membentur wajah Lyra. Hidung mancung Haruto menyentuh pipi Lyra. Dan kedua tangannya sigap menahan tubuh Lyra supaya tidak jatuh ke belakang.

Haruto buru-buru berdiri tegak dan menatap tiga anak lelaki yang sedang berlarian menatapnya. Sepertinya anak dari saudara yang punya hajat.

"Maaf, Paman. Maaf," ucap ketiga bocah tadi sambil membungkuk.

"Kalian jangan lari-lari disini. Tidak cocok lari di tempat seperti ini. Berbahaya untuk kalian dan orang lain. Kalau mau lari, setelah acara usai. Mengerti?" ucap Haruto tanpa rasa marah atau emosi sedikit pun.

"Mengerti Paman. Maaf sekali lagi."

"Jangan minta maaf padaku saja, tapi pada gadis cantik ini juga. Cepat," titahnya lagi.

Lyra menepuk pinggang Haruto pelan dan menahan senyum.

"Maaf Tante gadis cantik. Maaf yaa."

"Bagus, sekarang kalian boleh pergi," usirnya.

Ketiga anak tadi membungkuk sebentar sebelum akhirnya benar-benar pergi. Setelah itu Haruto menatap Lyra , mata mereka bertemu.

Tawa mereka pecah.

"Ya, kamu usil banget sih sama bocah tadi." Lyra mencubit pinggang Haruto gemas.

"Biarin aja, siapa suruh lari-lari di tempat acara seperti ini. Tapi kamu nggak apa-apa kan?" Haruto kembali menelisik Lyra dari atas sampai bawah.

Wajah Lyra seketika menjadi panas. Teringat tadi Haruto hampir menciumnya. Untung saja, hidung mancungnya bisa menjadi tameng. Kalau tidak, bibir mereka yang bertemu.

"Tidak apa-apa. Tenang aja," ujar Lyra yakin.

Tatapan Haruto sekali lagi tidak bisa lepas dari wajah Lyra.

Sweet Night // 💎 Haruto 🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang