13 💋

38 12 3
                                    

Sebulan telah berlalu, kalau kalian pikir hidup Lyra baik-baik saja. Ya, kalian benar meskipun tidak sepenuhnya. Waktu tetap terus berjalan, dan Lyra harus terus melanjutkan hidupnya. Memenuhi segala tanggung jawab yang telah ia janjikan diawal. Privatnya lancar, semuanya lancar-lancar saja.

Setelah perginya Jihoon entah kemana tanpa kabar, tidak ada seorang pun yang tahu kabar pria kekar itu. Terkadang Lyra masih suka memimpikannya. Dan Lyra sadar, kata petuah dulu, jika kamu memimpikan seorang pria yang kamu sukai, itu tandanya kalian tidak berjodoh. Entah petuah darimana, tapi yang jelas Lyra pernah mendengar dan membacanya di sebuah artikel lawas.

Hari-hari Lyra kini dipenuhi dengan waktu bersama Haruto. Pria itu yang selalu ada disaat Lyra membutuhkannya. Hidup Lyra kini seperti bergantung padanya. Seperti hari ini.

"Buku-buku ini mau aku letakkan dimana?"

Lyra menoleh, melihat Haruto dengan setumpuk buku dari dalam dus yang dibawanya dari apartemen lamanya.

"Emm... Aku belum tau. Menurutmu dimana?" Kini Lyra jadi lebih membutuhkan jawaban Haruto. Sepertinya Lyra mengalami krisis kepercayaan diri.

Pria itu terkekeh dan mendekati Lyra, "Kenapa tanya aku. Nanti kalau aku yang letakkan, kamu kesulitan mencarinya." Haruto menjawil hidung Lyra.

"Mmm, aku bingung. Ternyata barangnya banyak." Lyra duduk di kursi sedangkan Haruto hanya memperhatikan.

Sebelumnya Lyra pernah cerita pada Haruto ingin pindah apartemen, karena ingin lebih dekat dengan perusahaan. Juga ingin melupakan kenangan di dalamnya. Lantas, Haruto pun mencarikannya. Namun, bukan apartemen yang didapat, tetapi sebuah rumah minimalis yang letaknya tidak jauh dari kantor.

Ada di dalam gang yang hanya bisa dimasuki satu mobil saja. Akan tetapi, rumah itu masih terawat dengan begitu baik oleh penghuni sebelumnya.

"Kamar itu saja bagaimana?" tanya Haruto.

"Boleh deh. Letakkan disana dulu aja. Beres-beres nya kapan-kapan," jawab Lyra.

Haruto terkekeh lagi, "dasar pemalas."

Sebenarnya barang yang Lyra miliki tidak terlalu banyak. Hanya bingung penempatannya saja makanya terlihat berantakan dan banyak. Rumah bergaya minimalis dengan 2 kamar tidur harusnya sangat cukup bagi Lyra yang tinggal sendirian.

Bagi Lyra, Haruto itu seperti seorang kakak, adik, sahabat, dan pacar sekaligus. Perhatian kecil tidak luput dari Haruto untuk diingatkan padanya.

"Sudah selesai, Lyra. Pukul berapa sekarang?" Haruto mengangkat tangan kirinya yang memakai arloji dengan tali berwarna coklat. "Jam 6, wah pantas aja perutku keroncongan. Lyra, aku akan pesan makan. Kamu mau makan apa? Lyra?"

Ternyata Lyra ketiduran di sofa yang sudah tersedia di rumah itu. Haruto mendekati Lyra dan tersenyum melihat wajah Lyra yang terlihat damai dalam tidurnya.

"Kamu kelelahan ya," ujar Ruto dengan lembut sambil merapikan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Lyra. "Semoga rumah ini membawa kedamaian pada dirimu dan kamu bisa melupakannya."

Haruto beranjak dari tempatnya dan berjalan ke arah luar untuk memesan makanan lewat ponselnya. Saat itulah Lyra membuka matanya. Ternyata Lyra tidak benar-benar tidur dan ia mendengar apa yang Haruto katakan.

"Kamu baik sekali, Haruto. Tidak sepantasnya kamu bersamaku."

~^°^~

"Hmm... Pelan-pelan makannya, jangan buru-buru. Tersedak kan," omel Haruto pada Lyra yang saking kelaparannya sedang terbatuk karena tersedak.

Haruto sigap memberikan segelas air putih dan membantu Lyra membersihkan makan sisa yang berserakan di bibirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet Night // 💎 Haruto 🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang