7

39 14 4
                                    

Lyra gemetaran, baru kali ini ia merasa terguncang hebat, gemetaran, ingin menangis tetapi tidak ada air mata yang keluar, bahkan ingin marah pun, tidak ada tenaga. Kakinya melangkah cepat, tersandung kerikil jalan, yang memang hari sudah sangat larut. Tidak peduli setan, Lyra lebih takut dengan apa yang barusan dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

Jika saja hari ini dirinya tidak mencemaskan Jihoon, lalu pergi bersama Haruto. Pasti Lyra tidak akan seperti ini. Lyra akan menganggap Jihoon pria yang baik besok dan seterusnya.

Namun, jika sudah seperti ini, apa yang bisa Lyra harapkan lagi dari pria tersebut? Pantas saja Jihoon tidak berani berkomitmen dengannya. Ternyata jiwa Jihoon ingin bebas tanpa terkekang dengan suatu ikatan. Membayangkan kembali adegan Jihoon sedang berciuman liar penuh napsu dengan wanita berpakaian seksi tadi, membuat kepala Lyra berdenyut hebat. Bahkan dadanya sudah tidak karuan rasa. Mungkin Lyra sakit jantung, karena dalam beberapa hari ini jantungnya terus saja dibuat kerja tidak normal.

Apartemennya sudah terlihat, tanpa sadar Lyra sudah berlari dan berjalan sejauh ini. Seharusnya jarak apartemennya ke apartemen Jihoon dilalui sekitar 20 menit jika mengendarai mobil. Hebatnya Lyra berjalan kaki bahkan awalnya ia berlari tadi.

Tidak merasakan lelah, hanya berkeringat dan napas yang agak sesak efek keterkejutannya melihat Jihoon dengan wanita lain.

"Nona Lyra? Baru pulang?" Satpam apartemen menyapa Lyra yang nampak kelelahan. "Nona baik-baik saja?" Satpam yang hampir memasuki usia pertengahan itu mencoba mendekati Lyra dengan langkah hati-hati.

Lyra membungkuk karena merasakan sakit di bagian dada.

"Nona?" Panggilnya lagi.

Satpam itu takut kalau yang dihadapannya hanya sosok makhluk halus yang menyerupai Lyra.

"Pak," ucap Lyra pelan.

Satpam itu pun langsung mengelus dada karena ternyata yang dihadapannya kini benar-benar manusia. "Nona Lyra ada yang bisa saya bantu? Nona darimana jam segini baru pulang? Saya lihat Nona berjalan dari ujung sana?" Satpam itu penasaran makanya terus bertanya.

Sedangkan yang ditanya merasa lelah dan jengah. Akhirnya Lyra berdiri tegak dan tersenyum pada satpam.

"Saya masuk dulu ya, Pak." Daripada menjawab banyak pertanyaan yang diberondong satpam tadi, mending Lyra pamit sekalian.

Dengan langkah lemas, Lyra berusaha menaiki anak tangga satu persatu. Untung saja hanya sampai dilantai 2. Bayangkan kalau ia harus berjalan meniti tangga sampai lantai 4 atau 5. Rasanya sudah tidak sanggup.

Di depan tangga langkah Lyra terhenti. Sempat terkejut karena Lyra pikir ada hantu yang sedang berdiri di ujung tangga. Tapi, ternyata bukan.

"Lyra!"

"Kamu ngapain disini?" Lyra mengerutkan keningnya.

Haruto menunggu Lyra sejak pulang tadi. Kalau dikatakan gila, silakan saja. Haruto tidak peduli. Yang jelas ,Haruto merasa cemas dan hampir gila karena tidak mendapatkan kabar dari Lyra sepanjang malam tadi.

"Aku menunggumu," katanya gamblang.

"Kamu kurang kerjaan ya? Oya, aku lupa kalau kamu hanya freelance, makanya kamu kekurangannya kerjaan dan berakhir disini." Lyra terkejut dengan apa yang barusan dikatakannya. Biasanya Lyra tidak bisa berkata kasar pada siapapun. Tapi, kini, kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirnya.

Lyra sedang mengalami fase dramatis dalam hidupnya, jadi lebih sensitif dan tidak percaya diri malam itu. Ulah Jihoon membuat pertahanan dirinya hancur. Membuat segalanya yang ada di dalam diri Lyra berubah.

Sweet Night // 💎 Haruto 🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang