CHAPTER 40

239 19 2
                                    

Untuk kali ini, biarkan takdir terus berpihak padaku. Aku sangat berharap kisah ini akan panjang dan tidak akan pernah ada kata perpisahan di dalamnya.


-Azzalea Syafa Lorenza


°°°


Pukul 20:00 WIB.

Bilal berdiri tegak di depan pintu rumahnya. Ia tidak mempunyai keberanian untuk masuk kedalam rumah karena Lea pasti akan bertanya pada nya. Mengapa terlambat pulang? Sedangkan di pesantren tidak ada jadwal kajian?

Tapi, setelah berpikir panjang akhirnya Bilal memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumahnya. Karena apapun yang akan terjadi kedepannya ia harus siap menanggung resikonya.

Ketika Bilal sudah bersiap-siap untuk mengetuk. Nyatanya Lea justru lebih dulu membukakan pintu untuknya.

Kedua bola mata Bilal membulat sempurna, jantungnya berdetak kencang tidak karuan, rongga mulutnya juga ikut menganga. Sementara posisi tangannya masih berdiri tepat didepan wajah Lea.

Bilal dengan cepat menurunkan tangannya sambil tersenyum untuk menghilangkan rasa gugupnya. "Assalamualaikum, sayang!"

Lea juga tersenyum manis di hadapan Bilal. Ia langsung mengambil tangan Bilal dan menciumnya. "Wa'alaikumussalam warahmatullah!"

Bilal merasa bingung dengan sikap Lea yang terkesan biasa saja. Padahal Bilal berpikir bahwa Lea pasti akan marah dan sudah menyiapkan seribu pertanyaan untuknya.

"Ayo, sayang! Masuk." Ucap Lea membangunkan lamunan Bilal.

"I-iya, sayang!"

Mereka berdua berjalan masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamar.

Setelah di dalam kamar, Lea mengambil tas di tangan Bilal dan menaruhnya di atas meja. "Aku udah nyiapin air hangat buat Mas mandi!"

"I-iya." Jawab Bilal dengan terbata bata. Ia bergegas mengambil handuk dan langsung masuk kedalam kamar mandi.

Lea juga telah menyiapkan pakaian untuk Bilal dan menaruhnya di atas kasur. Setelah itu, Lea langsung keluar dari kamar karena ingin membuatkan teh hangat untuk Bilal.

Sambil menggosok gosok rambutnya yang masih basah dengan handuk. Seketika bibir Bilal langsung tersenyum sumringah karena melihat pakaian yang sudah berada di atas kasur. Ia langsung mengambil pakaian tersebut dan memakainya. "Maa syaa Allah!"

Setelah beberapa saat, Lea kembali masuk kedalam kamar sambil membawa segelas teh hangat. "Ini, Mas!"

Bilal langsung mengambil segelas teh di tangan Lea. Ia langsung duduk dan meminum teh tersebut. "Makasih ya, sayang!"

"Iya, Mas!"

"Sayang." Ucap Bilal sambil menoleh ke wajah Lea.

"Hem?"

"Maafin Mas ya, sayang. Mas tadi nggak jemput kamu di kampus."

"Iya, Mas! Nggak papa."

"Tadi sebenarnya, Mas udah pergi jemput kamu. Tapi, pas di jalan tiba tiba Hanna nelpon. Dia bilang Bunda pingsan."

"Pingsan?"

"Iya. Makanya Mas langsung kesana buat nolongin Bunda."

"Terus sekarang keadaan Bunda gimana?"

"Alhamdulillah, udah mendingan. Cuma kata dokter Bunda harus dirawat inap sampai keadaannya benar benar pulih."

"Alhamdulillah!"

Lentara Untuk Zaujaty [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang