Leo berdecak malas menatap seisi rumah besar ini dengan pandangan kesal. Dia sepertinya dikerjai oleh temannya ini
"Halo Sing benar kan rumah ini yang dihuni oleh krimal itu"
Leo menelpon temannya yang bernama Sing dengan kesal. Dan saat Sing membenarkan Leo semakin kesal.
Rumah luas dan besar ini mana mungkin pria yang merampok jam mahal dan uang tinggal disini. Tidak mungkin kriminal itu menhuni rumah besar dan luas ini. Kalau dia orang kaya ngapain mengambil jam dan juga uang nya? Leo yakin pemilik rumah ini lebih dari kata mampu untuk membeli ratusan jam tangan miliknya. Lalu untuk apa dia merampok jam tangannya?
"Lihat saja kalau kudapatkan pencuri itu akan kuseret dan kusiksa dia dipenjara"geram Leo menyusuri semakin dalam rumah besar tersebut.
Pemandangan megah dan mewah dirumah tersebut membuat Leo semakim ragu dengan informasi yang diberikan oleh Sing.
Langkah kaki Leo berhenti didepan sebuah kamar yang terbuka sedikit. Apa Sing salah rumah? Bukannya pemilik rumah ini ada pertemuan sekeluarga? Tapi kenapa kamar ini tak tertutup dengan rapat.
"Bodoh amat"Leo masuk kedalam kamar yang ternyata bernuasa biru laut."Apa pemilik kamar ini seorang anak kecil? Kenapa banyak sekali boneka disini?"Leo menyentuh berbagai boneka dilemari besar tersebut.
Kakinya melangkah ke kasur besar, dimana selimut tersebut bermotif pikacu kuning yang membuat matanya sakit."Sudah dipastikan kalau pemilik kamar ini adalah anak kecil"matanya melirik sekitar merasa ngeri melihat beberapa kostum yang membuatnya sakit mata. Yang paling mendominasi dari kostum tersebut adalah kostum pikacu.
Leo bangkit dari kasur melangkah kenakas saat melihat sebuah bingkai poto diletakkan disana"Kenapa bingkai itu dibalikkan?"bingung Leo.
Dia sudah memutuskan untuk keluar dari rumah ini. Karna seperti nya Sing salah memberinya informasi. Tak ada bukti yang menunjukkan kalau pemilik rumah ini yang merampok jam dan uang nya.
Lagian dia bukan orang miskin yang akan rugi jika kehilangan salah satu jam tangan favorit dan beberapa ratus uang miliknya. Leo hanya ingin memberi pelajaran kepada perampok itu biar kapok.
Mengangkat bingkai yang terbalik itu Leo melotot kan mata saat melihat siapa orang didalam bingkai tersebut. Dia hampir melempar bingkai tersebut andai tidak dihentikan dengan suara pintu yang dibuka dari luar.
Clik..
Leo dengan panik menoleh kepintu saat mendengar gerutuaan dari luar.
"Cih mama memang seenaknya nyuruh aku"
Itu dia..!
Leo berniat menangkap sosok mungil tersebut yang datang sambil menhentak-hentakkan kakinya kesal.
"Zayyan kan tak suka"
Zayyan sosok mungil namun manis itu meraba-raba dinding sekitar mencari sesuatu. Langkah terlihat pelan dan berhati-hati. Bahkan Leo yang didepannya tak ia tangapi.
Leo yang ingin memukul Zayyan berhenti dengan mengerutkan dahinya bingung. Bukannya seminggu lalu Zayyan bisa berlari cepat setelah mengambil jam dan uang nya tapi kenapa sekarang dia berjalan pelan.
Tunggu..?
Leo mengayungkan tangannya didepan mata Zayyan sembari menhindar tangan Zayyan yang meraba lemari.
"Dia buta?"
Leo menurun kan tangannya lalu mundur secara perlahan tak menimbulkan suara supaya Zayyan tak menyadarinya.
"Apa gunanya Zayyan ganti pakaian itu juga Zayyan tak bisa menilai"
Pipi Leo memerah saat Zayyan membuka satu persatu kancing bajunya membiarkan kulit tan yang terlihat mulus itu jadi tontonan gratis oleh mata tajam Leo. Kenapa dia jadi memerah begini? Seharusnya dimenyeret Zayyan sekarang. Namun dia malah diam saja sembari menhindar dari tangan Zayyan yang meraba area sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoot story=LeoZay
Short StoryHanya berisi one shoot Leo Zayyan Jangan salpak ya