1.

427 44 0
                                    

..

Di sini, Remaja laki-laki itu, menemukan dirinya sendiri terbangun di tengah hutan. Langit berwarna biru tua, dan matahari bersinar cerah, memancarkan sinarnya yang hangat di atas rerumputan hijau subur yang membentang sejauh mata memandang.

Udaranya segar dan bersih, dan Dia dapat mendengar kicauan burung saling menyaut dari kejauhan dan gemerisik dedaunan yang lembut bergesekan akibat tertiup angin.

Remaja itu bangkit, berdiri di tengah-tengah tempat terbuka yang sedikit sempit akibat dikelilingi oleh hutan lebat.

Pohon-pohon yang menjulang tinggi dengan batang dan dahan tebal, yang tumbuh tinggi ke langit menciptakan kanopi di atas kepalanya, melindunginya, dari sebagian besar sinar matahari.

Oh, itu cukup menganggumkan.

Tanahnya ditutupi lapisan lembut daun-daun yang berguguran, dan aliran kecil air yang jernih mengalir di tanah lapang.

Perasaannya senang, dan tenang.

Di hadapannya, sebuah jalan setapak mengarah ke kedalaman hutan. Dia menatapnya sedikit lama, itu terlihat sangat gelap, dan seolah tak ada akhir.

Sedangkan di saat ia menoleh pada sisi kiri, Remaja itu dapat melihat sebuah desa kecil yang terletak di antara pepohonan, asap mengepul dari cerobong asap rumah-rumah kayu.

Dia menghela nafas pelan, di sebelah kanannya, tanah menanjak, dan Anda dapat melihat puncak bukit yang dimahkotai oleh pohon oak kuno yang besar.

Remaja itu tak berhenti mengangumi pemandangan indah tersebut. Sangat mengagumkan. Tidak seperti kehidupan sebelumnya-

Dia mengerjap, kehidupan sebelumnya?

Matanya meliar, tidak. Mengapa ia tidak bisa mengingat? Mengapa tak bisa mengingat siapa ia sebenarnya.

Dahinya mengernyit, tangannya meraih dedaunan yang menutup tangannya.

Menghiraukan jalan ke hutan gelap yang seolah menggerogotinya dengan rasa penasaran, Remaja itu pada akhirnta memutuskan untuk menuju desa.

Meninggalkan jalan setapak yang mengarah ke kedalaman hutan, beralih mengikuti jalan setapak yang melengkung ke kiri.

Udara di desa ini penuh dengan suara kehidupan, seperti suara manusia yang tengah bercakap-cakap, tawa anak-anak, dan dentingan di antara logam yang cukup mengganggu.

Saat Dia memasuki desa, Dia dapat melihat bahwa desa ini terdiri dari kumpulan pondok-pondok kayu, masing-masing beratap jerami dan taman kecil di depannya.

Bangunan-bangunan itu saling berdekatan, menciptakan labirin jalan berbatu yang sempit.

Beberapa penduduk desa meliriknya saat Dia melintas, namun sebagian besar terlalu sibuk dengan rutinitas harian mereka untuk memberi Remaja itu banyak perhatian.

Alun-alun pusat desa ini ramai dengan aktivitas. Sekelompok anak-anak bermain lompat tali, sementara sekelompok penduduk desa yang lebih tua duduk di bangku, mengobrol dan menyeruput kopi dari asap yang mengepul dari dalam cangkir.

Seorang wanita dengan sekeranjang buah beri yang terlihat segar itu membuka kios, sementara beberapa pria tengah memukuli besi, seorang pemandai besi? mungkin.

Dia ingin bergabung dengan mereka, namun rasa takut di anggap kurang ajar itu, ia memilih untuk terus menyusuri jalanan desa.

Mengambil jalan memutar di setiap gang sempit dan mengintip ke dalam jendela rumah-rumah yang Ia lewati. Beberapa dari hunian itu kosong, namun sebagian besar, Ia bisa melihat para penghuninya tengah melakukan rutinitas seperti sudah terbiasa.

Dia terus melangkah, menghiraukan rasa pegal pada kedua kakinya.

Ketika mengamati lagi, di dalam salah satu rumah, terlihat seorang wanita sedang menenun kain dengan alat tenun, tangannya bergerak dengan terampil dan berirama.

Sedangkan di rumah yang lain, seorang pria sedang mengukir patung kayu, wajahnya fokus dan penuh tekad. Ini sangat menyenangkan baginya.

Remaja itu kemudian, melewati sebuah toko kecil di mana seorang wanita sedang merawat api, sembari meracik ramuan dalam kuali.

Aroma rempah-rempah dan bumbu memenuhi udara, dan ketika menyadari kehadirannya, wanita menatapnya dengan senyum penasaran.

Lalu remaja itu, kembali berjalan kembali ke alun-alun.

Melihat sebuah pintu kecil yang tersembunyi di dinding salah satu rumah. Pintu itu sedikit terbuka, menimbulkan celah hingga suara bisikan lembut terdengar oleh telinganya.

Remaja itu penasaran, tanpa sadar mendorong pintu itu hingga terbuka sedikit lebar. Dia menatap mereka dengan tenang.

Ruangannya remang-remang, dengan lilin yang berkedip-kedip di atas meja di tengahnya.

Di sekeliling meja, sekelompok penduduk desa duduk, wajah mereka serius saat mereka mendiskusikan sesuatu dengan nada pelan. Dia tak bisa mendengarnya dengan jelas.

Mereka melihat Anda memasuki ruangan dan terdiam, lalu dengan perasaan terkejut dan waspada, mereka bersiap-siap untuk bangkit.

Lalu dengan langkah ragu, Ia mendekati kelompok tersebut, Dia sedikit terbatuk, dan memperkenalkan diri.

"Permisi, saya orang baru di sini. ___Saya tersesat di hutan, dan saya menemukan tempat ini." Ujarnya.

Dia membasahi bibir dengan lidahnya, kembali melanjutkan perkataannya.

"Apakah ada di antara kalian yang mengenal saya?"

Para penduduk desa saling bertukar pandang, dan salah satu dari mereka, yang seorang wanita yang lebih tua dengan mata yang ramah, angkat bicara.

"Sayangnya kami tidak mengenal Anda, wahai sayangku. Tapi kamu diterima di sini." Ujarnya dengan ramah.

Keriput di wajahnya tak menutupi ekspresi ramah tersebut. Kemudian kembali berucap.

"Kami adalah dewan desa, dan kami sedang mendiskusikan masalah yang sangat penting." Kata wanita itu. Matanya melirik ke sekeliling. Dan segera menawarkan Remaja itu sesuatu yang terlalu mudah.

"Maukah kamu bergabung dengan kami dan membantu kami menemukan solusinya?"

Tidak, bukan masalahnya yang mudah, namun cara mereka meminta bantuan padanya, itu cukup mengejutkan, karna ia hanyalah orang asing, ingat?

Namun, dia mengangguk, berterima kasih atas sambutannya, meskipun tak yakin apakah ia bisa membantu atau tidak, dia akan berusaha. pikirnya.

"Tentu saja, saya akan dengan senang hati membantu," kata Remaja itu setelah terdiam cukup lama.

Dengan begitu, para penduduk desa memberi tempat untuknya di meja, dan begitu dengannya yang dengan segera duduk pada tempat yang di berikan.

Wanita yang lebih tua mulai menjelaskan masalahnya.

"Akhir-akhir ini, hasil panen kami gagal, dan ternak kami banyak yang sakit." Katanya. Remaja itu mengangkat alisnya.

"Kami yakin ini disebabkan oleh semacam gangguan magis ___tapi kami tidak bisa menemukan sumbernya. Dapatkah Anda membantu kami- maaf, Saya tidak berlaku sopan, siapa namamu?"

Dia tertegun. Sihir? tanda tanya tentu muncul pada kepalanya, jangankan sihir, paham akan asal-usulnya sendiri saja ia tidak tahu.

Namun sekali lagi, Remaja itu mendengarkan dengan saksama, pikiran Anda berpacu dengan berbagai kemungkinan.

"Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu Anda. __Mungkin kita bisa mulai dengan memeriksa tanaman dan hewan untuk melihat apakah ada tanda-tanda gangguan sihir." Ujarnya.

..

AerethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang