..
Cessalie terbangun dengan terkejut. Nafasnya tak teratur ketika sadar Dia telah menemukan dirinya sendiri berada di dalam ruangan yang lebih gelap dan lembap dari terakhir kali ia sadar.
Tangannya terangkat menyentuh lempengan di dekatnya, dinding itu licin.
Ketika ia menunduk pun, pakaian rapi yang ia kenakan compang-camping, Cessalie bingung dengan perubahan yang tiba-tiba.
Cessalie terus berusaha bangkit, mengamati sekelilingnya yang tak ada apapun kecuali kegelapan.
Matanya pun lama-kelamaan mulai terasa tak nyaman.
Cessalie menghela nafas, bunyi tetes air jatuh membuatnya menoleh, mendekat dengan penasaran, apakah ada sumber air di dalam sini?
Melangkah tanpa ragu, Cessalie benar-benar mendekat pada sumber suara.
Tangannya menjulur, menyentuh genangan air yang terlihat sebening crystal.
"ah!" Dia tersentak, seolah air itu menyengat saking dinginnya.
Meski begitu, Cessalie tak menyerah, dia tetap berjongkok, menunduk untuk memperhatikan air yang terdapat pantulan cahaya, ah!
Cessalie tersentak dan terjatuh akibat sadar apa yang baru saja ia lihat. Ia mendongak dengan mata yang terbelalak.
Dua sosok yang mengancam muncul dari bayang-bayang, mata mereka tertuju pada Cessalie, yang terpantul dari genangan air tersebut.
Cessalie gugup, ia dapat merasakan niat predator mereka. Seolah mengancamnya. Nafas Cessalie memburu akibat kepanikan yang tak kunjung hilang.
Mata mereka, menakutkan. Cahaya yang seolah ingin menebasnya.
Cessalie tidak segera mendapatkan ide, apa yang harus ia lakukan, hingga sedaat kemudian dia bangun.
Dia dengan hati-hati mendekati dua sosok yang Pria itu, mencoba mempertahankan kontak mata sambil mengingat rute pelarian. Jika mereka tidak melepaskannya, Dia akan segera berlari lewat jalur kiri, ia yakin di sana ada jalan keluar.
Cessalie membuka mulutnya, dengan ragu ia berucap. "Saya- Saya tidak tahu, mengapa saya berada di sini."
Entah mereka akan percaya atau tidak, semoga saja mereka tidak menganggapnya sebagai tumbal yang di sediakan.
"Saya tengah mengelilingi goa, dan Saya tak mengingatnya mengapa Saya bisa berada di sini."
Cessalie menyatukan kedua tangannya. "Saya tidak bermaksud mengganggu kalian, sungguh." Ia memohon.
Namun, salah satu dari mereka, sosok kekar dengan bekas luka di wajahnya, tertawa kecil. "Kamu bukanlah Orang pertama yang mereka kirimkan pada kami, Elf."
Cessalie mengerjap. huh? ____Elf?
"Beri tahu kami, apa kemampuanmu?"
Dia ingin mengetahui kemampuan Cessalie dan apa yang bisa Cessalie tawarkan sebagai imbalan atas kebebasannya.
Cessalie menurunkan pandangannya, berpura-pura bingung dan tidak bersalah.
"Maaf, saya tidak mengerti. Saya tidak punya kekuatan atau apapun itu. Saya hanya seorang pengembara yang menemukan diri saya di tempat yang asing ini." Ujar Cessalie, memohon pada mereka.
"Tolong, bisakah kalian membantu saya untuk keluar?" kata Cessalie.
Suara Cessalie bergetar karena ketakutan. Pria kekar dengan bekas luka di wajahnya tertawa, suara yang dingin dan mengancam.
Dia memberitahu Cessalie bahwa Casselie, akan segera mengetahui nilai dari kemampuannya, dan mereka akan memberinya tawaran yang tidak bisa di tolak.
Pria kedua, bertubuh ramping dan licik, menyeringai dan setuju. Mereka membawa Cessalie lebih dalam ke dalam goa, membuat Cessalie bertanya-tanya apa yang mereka miliki untuknya, hingga kepercayaan diri an mereka terlihat begitu tinggi.
Sungguh, dengan paksaan ini, Cessalie benar-benar merasa tertekan.
Pada akhirnya, tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali mengikuti kedua orang itu.
Jantungnya berdegup kencang dengan rasa takut dan ketidakpastian. Goa melebar, menampakkan sebuah ruang tersembunyi yang dipenuhi dengan mesin-mesin aneh dan tumpukan harta karun.
Pria bertubuh kekar itu menjelaskan bahwa mereka adalah bagian dari organisasi rahasia, dan mereka membutuhkan bantuan Casselie untuk mengakses artefak kuat yang tersembunyi di kuil terdekat.
Sebagai imbalannya, mereka akan memberi Cesselie kebebasan dan bagian dari kekayaan tersebut. Pria kurus itu menambahkan bahwa jika Cesselie menolak, mereka akan membiarkannya membusuk di dalam goa
Mendengar ancaman itu tentu membuat Cessalie merasa tertekan.
Dia ragu sejenak, matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, mencari jalan keluar yang memungkinkan untuk melarikan diri.
Pria kekar itu menyadari gerak-gerik kegelisahan Cessalie dan mendesaknya untuk memberikan jawaban.
Pada saat itu, perhatian pria bertubuh kurus teralihkan saat dia memeriksa beberapa mesin.
Cessalie yang melihat peluang, memanfaatkan kesempatan itu, berbalik dan berlari menuju bayangan terdekat.
Dengan kedua Pria itu yang dengan segera mengejarnya.
Suara langkah kaki yang berat dan dentingan logam bergema di seluruh ruangan saat mereka mengejar.
Cesselie ragu sejenak, jantungnya berdegup kencang.
Dia mengambil risiko dengan melirik sekilas ke belakang, dan matanya melebar saat melihat pria kekar dengan bekas luka di wajahnya mulai berdiri, wajahnya berkerut karena marah.
Sedangkan Pria kurus itu berada sedikit di belakangnya, ekspresinya penuh tekad, seolah tengah mengejar mangsa.
Segera berbalik, adrenalinnya melonjak saat Cessalie berlari lebih dalam ke dalam goa.
Kegelapan menyelimutinya, dan ia hanya bisa berharap menemukan cara untuk mengakali atau berlari lebih cepat dari para pengejar di belakangnya.
Namun belum juga tumbuh rasa semangatnya yang lebih membara, tubuhnya tersungkur karna dorongan keras dari belakangnya.
Ujung bibirnya berdarah, dia kembali bangkit dan hendak berlari dari mereka, namun helaian rambutnya di tarik. Membuatnya terdongak secara kasar.
"Mau kemana? hah?"
Pupil Cessalie mengecil akibat ketakutan yang menyerangnya secara tiba-tiba. Tubuhnya di lempar hingga menghantam dinding goa.
Suara Cessalie memekik reflek dari rasa sakit yang hinggap pada sebagian tubuhnya, mati rasa.
Mereka bwrdua mendekat, dengan di dahului Pria dengan luka di wajahnya. Dia berjongkok dan meraih leher Cessalie untuk di cekik.
"Apa kamu pikir, bisa kabur ____dariku?"
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Aereth
FantasyDia tidak bodoh, Dia tahu berada di tempat asing, yang bukan asalnya.