..
Beberapa hari berada di sini, membuatnya cukup merasa puas. Hanya saja ia belum mengetahui siapa namanya.
Dia beberapa kali sering melamun, sulit sekali hidup tanpa mengetahui asal-usulnya.
Tak ada yang menyebutkan namanya, mereka hanya memanggilnya dengan sebutan bintang. mungkin karna matanya yang berair? beberapa dari mereka menyebutkannya.
Akibat tak memiliki tujuan, dan kebingungan, Dia memutuskan untuk fokus terlebih dahulu untuk menjalin hubungan yang lebih dalam dengan penduduk desa.
Dia bahkan menghabiskan beberapa hari berikutnya untuk bergabung dalam rutinitas harian mereka, membantu mengerjakan tugas-tugas, dan mendengarkan cerita mereka.
Seperti mahasiswa yang di utus untuk menyelesaikan masalah di pedalaman.
Seiring berjalannya waktu, Dia mungkin akan mendapatkan kepercayaan mereka dan belajar lebih banyak tentang adat istiadat dan cara hidup mereka?
Namin, meskipun begitu, Dia tetap tak merasa puas.
Dia mulai merasa kurang, terus berdoa, supaya memiliki tujuan di sini. Apa yang dapat membuatnya puas?
Hingga suatu malam, penduduk desa mengundangnya ke sebuah pesta untuk menghormati para bangsawan kota di alun-alun.
Alun-alun itu, disulap menjadi tempat berkumpul yang meriah, dengan meja-meja yang penuh dengan makanan dan minuman, dan api unggun di tengahnya.
Penduduk desa bernyanyi dan menari, bahkan Ia sendiri pun ikut bergabung, merasakan kegembiraan dan persahabatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Tenggelam pada kesenangan sesaat.
"Kamu menyukainya? Bintang?"
Yang di tanya hanya mengangguk, dia duduk di samping wanita tua. mereka menyenangkan, Dia bahkan hampir lupa kalau dia hanyalah seorang pendatang.
Berbincang-bincang, dan memakan beberapa cemilan dengan santai.
Sampai saat malam semakin larut, seorang wanita tua dari dewan menariknya ke samping.
"Bintang, kami telah menemukan sesuatu yang mungkin berhubungan dengan masalah yang kita hadapi." Katanya dengan nafas tak teratur.
"Sekelompok pengembara melewati desa ini beberapa minggu yang lalu, dan kami menduga mereka mungkin bertanggung jawab atas gangguan sihir ini." Wanita tua itu menggenggamnya erat.
"Mereka terlihat pergi ke arah utara, dan kami ingin bantuan Anda untuk melacak mereka dan mengakhiri gangguan mereka."
Dia mengangguk, berterima kasih atas kepercayaan yang mereka berikan kepadanya.
Namun, apakah itu sebuah keputusan yang tepat?
Bagaimana jika, pilihan impulsifnya, salah kaprah?
Apakah dia bisa bertanggung jawab atas tindakannya sendiri?
Dan dengan bodohnya, Dia mengangguk.
"Tentu saja, saya akan melakukan apa yang saya bisa untuk membantu. Sementara itu, ___saya akan terus bekerja dengan penduduk desa, membantu memulihkan kesehatan tanaman dan hewan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aereth
FantasyDia tidak bodoh, Dia tahu berada di tempat asing, yang bukan asalnya.